Porselen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jambangan kuno pada masa Dinasti Ming Xuande awal abad ke-15
Porselen Nymphenburg yang dirupa oleh Franz Anton Bustelli pada tahun 1756

Porselen atau gerabah beling adalah bahan keramik yang dibuat dengan pemanasan. Porselen pada umumnya terbuat dari kaolin yang kemudian ditanur dengan suhu antara 1.200 dan 1.400 °C (2.190 dan 2.550 °F). Tingkat ketahanan, kekuatan, dan sifat tembus pandang dari porselen muncul terutama dari vitrifikasi dan pembentukan mineral mullite pada suhu yang sangat tinggi.

Porselen mula-mula berkembang di Tiongkok dan akhirnya muncul di beberapa tempat sekitar 2.000 dan 1.200 tahun yang lalu, perlahan-lahan menyebar ke negara negara Asia Timur lainnya, Eropa dan kemudian di seluruh dunia. Porselen biasanya sudah dianggap sebagai jenis tembikar yang paling sering dipakai karena keindahan, ketahanan, dan warna putihnya. Porselen menggabungkan glasir dan cat dengan baik, dan sangat mudah untuk dibentuk. Hal ini memungkinkan adanya banyak macam dekorasi meja yang berbentuk kapal dan patung-patung. Porselen juga memiliki banyak kegunaan dalam teknologi dan industri.

Nama porselen di Eropa dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Italia porcellana (kewuk) karena kemiripannya dengan permukaan tembus dari cangkang kerangnya.[1] Porselen juga disebut sebagai tembikar Tiongkok (fine china) di beberapa negara-negara berbahasa Inggris, karena pertama kali terlihat diimpor dari Tiongkok.[2] Sifat-sifat bahan porselen antara lain ketelapan dan kelentingan rendah, kekuatan bahan yang tinggi, keras, andal, putih, lejas, dapat beresonansi, ketahanan yang tinggi terhadap serangan kimia dan mudah pecah ketika dalam suhu yang tidak menentu (thermal shock).

Porselen halus mangkuk, 1752-6, di Chelsea.

Bahan[sunting | sunting sumber]

Kaolin adalah bahan utama dari pembuatan porselen dan sebagian kecil mengandung mineral.

Pembuatan[sunting | sunting sumber]

Bagian berikut ini menyediakan informasi tentang metode yang digunakan untuk membentuk, menghias, menyempurnakan, glasir, dan memanaskan barang-barang keramik.

Membentuk[sunting | sunting sumber]

Pembentukan atau sering disebut dalam istilah jiggering merupakan proses untuk membentuk adonan keramik menjadi suatu bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik jiggering, yaitu secara tradisional dan modern. Secara tradisional biasanya menggunakan teknik pengalunan pada adonan dengan menggunakan tangan, sedangkan secara modern proses jiggering menggunakan alat yang dirancang khusus untuk membentuk body keramik.

Glasir[sunting | sunting sumber]

Tidak seperti keramik lainnya, porselen tidak perlu di-glasir untuk membuatnya kedap air dan sebagian besar bagian porselen di-glasir untuk tujuan dekoratif dan untuk membuatnya tahan terhadap kotoran dan noda.

Menghias[sunting | sunting sumber]

Porselen celadon dengan fenghuang cerat (Dinasti Song), abad ke-10, China.

Porselen dapat dihias dengan glasir menggunakan pigmen, seperti kobalt dan tembaga. Seperti barang-barang keramik lainnya.

Memanaskan[sunting | sunting sumber]

Dalam proses ini, keramik yang belum jadi dipanaskan dengan temperatur tinggi agar mendapatkan bentuk yang permanen. Porselen dibakar dalam temperatur yang lebih tinggi dari produk tembikar lainnya sehingga porselen bisa mengkilap seperti kaca dan tidak berpori.

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Oxford English Dictionary: "The ceramic material was apparently so named on account of the resemblance of its translucent surface to the nacreous shell of the mollusc.
  2. ^ OED, "China"; An Introduction to Pottery. 2nd edition.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]