Pura Parahyangan Agung Jagatkarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pelinggih candi yang dibangun untuk menghormati Prabu Siliwangi di Pura Parahyangan Agung Jagatkarta.

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta (Sunda: ᮕᮥᮛ ᮕᮛᮠᮡᮍᮔ᮪ ᮃᮌᮥᮀ ᮏᮌᮒ᮪ᮊᮁᮒ) berarti "alam dewata suci sempurna"[1] atau sering disebut hanya Pura Jagatkarta adalah pura agama Hindu Nusantara yang terletak di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Setelah dibangun, Pura Jagatkarta adalah pura terbesar di Jawa Barat dan terbesar ke-2 di Indonesia setelah Pura Besakih di Bali, dianggap sebagai tempat persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri di wilayah Parahyangan.

Tata letak[sunting | sunting sumber]

Pura Jagatkarta terletak di kaki Gunung Salak, di Ciapus, Kecamatan Ciomas di Kabupaten Bogor. Pura Jagatkarta dibangun di lokasi unik di Gunung Salak karena konon Kerajaan Sunda Pajajaran pernah berdiri di lokasi tersebut. Pakuan Pajajaran adalah wilayah ibu kota Kerajaan Sunda Galuh, Kerajaan Hindu terakhir di Nusantara (bersama Majapahit) yang mengalami masa keemasannya di bawah pemerintahan Prabu Siliwangi, sebelum ditaklukkan oleh Muslim Jawa pada abad ke-16.[2]

Tata letak Pura Jagatkarta juga berdasarkan legenda bahwa titik tersebut adalah tempat di mana Prabu Siliwangi mencapai moksa bersama para prajuritnya, sehingga sebelum dibangun, sebuah Candi dengan patung harimau (Sunda: maung) berwarna putih dan hitam (lambang Prabu Siliwangi) didirikan sebagai penghormatan terhadap Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Hindu terakhir di tanah Parahyangan. Sebagian peninggalan Pajajaran kini tersimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.

Akses jalan dari kaki Gunung Salak menuju Pura Jagatkarta telah diperlebar sejak pembangunannya dirintis pada tahun 1995, sehingga kendaraan bisa mencapai Pura dengan mudah. Namun karena banyaknya pengunjung yang datang untuk mengikuti upara ngenteg linggih atau peresmian Pura Jagatkarta, areal parkir terletak jauh dari areal pura.

Pembangunan[sunting | sunting sumber]

Umat Hindu yang sedang berdoa di dalam lingkungan pura

Pembangunan Pura Jagatkarta dirintis pada tahun 1995 dan adalah dari hasil kerja gotong royong umat Hindu Nusantara. Pura Jagatkarta secara resmi belum selesai dibangun, tetapi bangunan pura utama seperti bagian Pura Padmesana, Balai Pasamuan Agung, dan Mandala Utama telah selesai.

Sebelum masuk di areal utama Pura Jagatkarta juga terdapat Pura Melanting dan Pura Pasar Agung yang digunakan khusus untuk bersembahyang, menyempurnakan, serta menyucikan persembahan yang akan dihaturkan di Pura Jagatkarta sebagai wujud rasa syukur. Pengunjung wisatawan umumnya dilarang masuk ke pura utama, kecuali bagi yang hendak melakukan ritual bersembahyang, akses hanya hingga pelataran luar pura.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Laman Pura di Situs Pemerintah Kabupaten Bogor Diarsipkan 2013-12-14 di Wayback Machine., diakses 12 Desember 2013.
  2. ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. ISBN 0-333-57689-6. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]