Rasio keuangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Rasio finansial)

Rasio keuangan atau rasio finansial (bahasa Inggris: financial ratio) merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.[1]

Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.

Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.

Pengertian Rasio Keuangan[sunting | sunting sumber]

Rasio keuangan adalah suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu pos dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan atau antar pos yang ada diantara laporan keuangan. [2]

Manfaat Analisis Rasio Keuangan[sunting | sunting sumber]

  1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
  2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan
  3. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
  4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stekholder organisasi.[3]

Teknis Analisis Rasio Keuangan[sunting | sunting sumber]

  1. Analisis horizontal (trend analysis), yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.
  2. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industry untuk waktu yang sama.[4]

Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan[sunting | sunting sumber]

  1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri.
  2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan ''(trend)'' dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan[sunting | sunting sumber]

Secara umum rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:[1]

  1. Rasio Profitabilitas/ Rentabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara lain: GPM (Gross Profit Margin), OPM(Operating Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total Asset), ROE (Return On Equity).
  2. Rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Cepat (quick ratio), Rasio Lancar (current ratio)
  3. Rasio Pengungkit/ Leverage/ Solvabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total Hutang terhadap Modal sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE Time Interest Earned.
  4. Rasio Aktivitas. Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. ada dua penilaian rasio aktivitas yaitu:
    1. Rasio Nilai Pasar. Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap Nilai Buku perusahaan. Rasio ini antara lain: PER (Price Earning Ratio), Devidend Yield, Devideng Payout Ratio, PBV (Price to Book Value). Dalam sumber yang berbeda rasio pasar dianggap terpisah dari rasio aktivitas.[5]
    2. Rasio Efesiensi/ Perputaran. Rasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan. Rasio ini antara lain Rasio Perputaran Persediaan, Perputaran Aktiva Tetap, dan Total Asset Turnover.

Rasio Likuiditas[sunting | sunting sumber]

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berhubungan dengan keadaan keseluruhan perusahaan tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Jadi likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. [6]

Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang illikuid. Pada saat jatuh tempo, perusahaan harus membayar kewajiban kepada pihak luar perusahaan. Untuk dapat memenuhi kewajibannya perusahaan harus memiliki jumlah kas atau investasi atau aktiva lancar lainnya yang dapat segera dikonversi atau diubah menjadi kas untuk memenuhi kewajibannya seperti membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.[7]

Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas[sunting | sunting sumber]

berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas:

  1. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat di tagih.
  2. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar keseluruhan.
  3. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang.
  4. untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
  5. untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
  6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang
  7. untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode
  8. untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing -masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar
  9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

[8]

Jenis-Jenis Rasio Likuiditas[sunting | sunting sumber]

Rasio Likuiditas terbagi kepada:

  • Current Ratio

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.[9]

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.
Rumus : [10]

  • Quick Ratio

Quick ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan dibandingkan dengan aset lain. Dengan kata lain, quick ratio diukur dari total aktiva lancar kemudian dikurangi dengan persediaan termasuk biaya yang di bayar di muka dan dibandingkan dengan seluruh utang. [11]

Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratiotinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.[12]

  • Cash Ratio

'Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana atau kas yang setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. [13]

Rumus : [14]

  • Rasio Perputaran Kas

Rasio perputaran kas menunjukkan nilai relatif antara nilai penjualan bersih terhadap modal kerja bersih. Modal kerja bersih merupakan seluruh komponen aktiva lancar dikurangi total utang lancar. Rasio perputaran kas dihitung dengan membagi nilai penjualan bersih dengan modal kerja bersih.

Rumus : [15]

  • Inventory to Net Working Capital

Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

Rumus : [16]

Rasio Solvabilitas[sunting | sunting sumber]

Rasio solvabilitas atau Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi.[17]

Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas[sunting | sunting sumber]

  1. untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).
  2. untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap seperti angsuran pinjaman termasuk bunga.
  3. untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
  4. untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
  5. untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.
  6. untuk menilai berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka pendek.
  7. untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih.

[18]

Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas[sunting | sunting sumber]

Rasio solvabilitas terbagai kepada:

  • Debt to Asset Ratio

Debt to asset ratio atau yang biasa disebut debt ratio adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang.

Rumus : [19]

  • Debt to Equity Ratio

Debet to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang , termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio yang rendah semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas penanganan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.

Rumus : [20]

  • Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rumus : [21]

  • Times Intered Earned

Times intered earned rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan laba sebelum pajak dan biaya bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.

Rumus : [22]

  • Fixed Charge Coverage

Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai Times Intered Earned ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. adapun rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage adalah earning before tax ditambah sewa bunga ditambah kewajiban sewa dan dibandingkan dengan biaya bunga ditambah kewajiban sewa. [23]

  • Current Asset to Equity

Current asset to equityadalah rasio yang membandingkan antara total aktiva lancar dengan modal sendiri.

Rumus : [24]

  • Inventory to Equity

Inventory to equityadalah rasio yang membandingkan antara total persediaan barang dengan modal sendiri.

Rumus : [25]

  • Receivable to Equity

Receivable to equity adalah rasio yang membandingkan antara total piutang dengan modal sendiri.

Rumus : [26]

Rasio Aktivitas[sunting | sunting sumber]

Rasio aktivitas adalah rasio yang dapat digunakan manajemen untuk mengembil keputusan terdiri dari beberapa jenis. penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen perusahaan tersebut.[27]

Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas[sunting | sunting sumber]

  1. untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang berputar dalam satu periode.
  2. untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang.
  3. untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan di dalam gudang.
  4. untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan.
  5. untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan.

[28]

Jenis-Jenis Rasio Aktivitas[sunting | sunting sumber]

Rasio aktivitas terbagi kepada:

  • Perputaran piutang

Perputaran piutang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang di tanam dalam piutang berputar selama satu periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah. dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio ini semakin rendah ada over investmen dalam piutang. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang.

Rumus : [29]

  • Perputaran sediaan

Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan berputar dalam satu periode. Semakin kecil rasio ini, menunjukkan perusahaan bekerja secara tidak efisien. Sebaliknya jika rasio ini tinggi menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Cara menghitung rasio perputaran sediaan dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai sediaan, yang kedua membandingkan antara penjualan dan sediaan.

Rumus :

Rumus : [30]

  • Perputaran modal kerja

Perputaran modal kerja adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak modal kerja berputar dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini dengan membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal rata-rata. Dari hasil penilaian apabila perputaran modal kerja rendah dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.

Rumus :

Rumus : [31]

  • Perputaran aktiva tetap

Perputaran aktiva tetap adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Untuk mencari rasio ini adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.

Rumus : [32]

  • Perputaran Aktiva

Perputaran aktiva adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Rumus : [33]

Rasio Profitabilitas[sunting | sunting sumber]

Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. [34]

Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas[sunting | sunting sumber]

  1. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
  2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
  3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
  4. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri

[35]

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas[sunting | sunting sumber]

Rasio Profitabilitas terbagi kepada:

  • Profit Margin 0n Sales

Profit margin on sales adalah rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut:

  1. Untuk margin laba kotor dihitung dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan dibandingkan dengan penjualan.
  2. Untuk margin laba bersih membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dengan penjualan.

[36]

Return on investment adalah rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. 'Return on investment juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan dalam mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Rumus : [37]

  • Return On Equity

Return on equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakian kuat, demikian pula sebaliknya.

Rumus : [38]

  • Earning per Share of Common Stock

Earning per share of common stock adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. rasio yang rendah menunjukkan manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat.

Rumus : [39]

Rasio Pasar[sunting | sunting sumber]

Rasio pasar adalah rasio yang menunjukkan sekelompok rasio yang berhubungan dengan harga saham perusahaan yang dibandingkan dengan laba perusahaan, nilai buku per lembar dan nilai pasar dibandingkan dengan nilai buku.[40]

Jenis Jenis Rasio Pasar[sunting | sunting sumber]
  • Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga per saham dengan laba per saham.[41]

Rumus :

  • Book Value Per Share

Book value per share adalah rasio yang membandingkan antara modal sendiri dengan jumlah saham yang beredar.[42]

Rumus :

  • Market to Book Value Ratio

Market to book value ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga per saham dengan nilai buku per saham.[43]

Rumus :

Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan[sunting | sunting sumber]

  1. Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat dimanipulasi.
  2. Seorang manajer keuangan harus berhati - hati dalam penilaian apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam penilaian gabungan tentang sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan rasio - rasio.
  3. Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu jaminan bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal dan dipimpin dengan baik.
  4. Dalam menganalisis setiap rasio, angka - angka yang diperoleh dan perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio tersebut akan berarti bila setidaknya satu dari dua hal ini dipenuhi 1)Adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hampir sama; 2)Adanya analisis kecenderungan (trend) dari setiap rasio pada tahun – tahun sebelumnya.
  5. Pencapaian target sesuai dengan rata rata industri tidak menunjukkan Kinerja perusahaan yang baik. Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang lebih baik dari rata - rata industri. Oleh karena itu lebih tepat jika difokuskan pada industry leader's ratios..

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b wijanarko. "Cara Menghitung Rasio Keuangan yang Benar". ekonomi.bunghatta.ac.id. Diakses tanggal 2020-10-26. 
  2. ^ Hery (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: PT. Buku Seru. ISBN 978-602-375-540-0. 
  3. ^ Fahmi. Analisis Laporan Keuangan (edisi ke-4). Bandung: Alfabeta. ISBN 978-602-8800-73-0. 
  4. ^ Fahmi. Analisis Laporan Keuangan (edisi ke-4). Bandung: Alfabeta. ISBN 978-602-8800-73-0. 
  5. ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 45. ISBN 978-602-589176-2. 
  6. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 59. ISBN 978-602-498-136-5. 
  7. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 59. ISBN 978-602-498-136-5. 
  8. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 133. ISBN 978-979-769-216-2. 
  9. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Mmahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 60. ISBN 978-602-498-136-5. 
  10. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 60. ISBN 978-602-498-136-5. 
  11. ^ Kasmir & Jakfar (2003). Study Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana. hlm. 123. ISBN 602-9413-09-0. 
  12. ^ Munawir (2007). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. hlm. 74. ISBN 979-499-132-5. 
  13. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 138. ISBN 978-979-769-216-2. 
  14. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 69. ISBN 978-602-498-136-5. 
  15. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 70. ISBN 978-602-498-136-5. 
  16. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 141. ISBN 978-979-769-216-2. 
  17. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 151. ISBN 978-979-769-216-2. 
  18. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan (edisi ke-5). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 153. ISBN 978-979-769-216-2. 
  19. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 156. ISBN 978-979-769-216-2. 
  20. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 158. ISBN 978-979-769-216-2. 
  21. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 158. ISBN 978-979-769-216-2. 
  22. ^ Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 84. ISBN 978-602-498-136-5. 
  23. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 162. ISBN 978-979-769-216-2. 
  24. ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 47. ISBN 978-602-589176-2. 
  25. ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 48. ISBN 978-602-589176-2. 
  26. ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 49. ISBN 978-602-589176-2. 
  27. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 175. ISBN 978-979-769-216-2. 
  28. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan (edisi ke-5). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 175. ISBN 978-979-769-216-2. 
  29. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 176. ISBN 978-979-769-216-2. 
  30. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 180. ISBN 978-979-769-216-2. 
  31. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 181. ISBN 978-979-769-216-2. 
  32. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 184. ISBN 978-979-769-216-2. 
  33. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 185. ISBN 978-979-769-216-2. 
  34. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 196. ISBN 978-979-769-216-2. 
  35. ^ Kasmir (2018). Analisis Laporan Keuangan (edisi ke-5). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 197. ISBN 978-979-769-216-2. 
  36. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 199. ISBN 978-979-769-216-2. 
  37. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 202. ISBN 978-979-769-216-2. 
  38. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 204. ISBN 978-979-769-216-2. 
  39. ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 207. ISBN 978-979-769-216-2. 
  40. ^ Darmawan (2018). Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 49. ISBN 978-602-5891-76-2. 
  41. ^ Darmawan (2018). Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 49. ISBN 978-602-5891-76-2. 
  42. ^ Darmawan (2018). Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 49. ISBN 978-602-5891-76-2. 
  43. ^ Darmawan (2018). Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 49. ISBN 978-602-5891-76-2.