Ruqayyah binti Muhammad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ruqayyah
Ruqayyah binti Muhammad
Kaligrafi
Kun-yahUmmu Abdillah
NamaRuqayyah
Lahir7 tahun sebelum diutusnya kenabian, 20 tahun sebelum H / tahun 603
EtnisArab, suku Quraisy, bani Hasyimiyah
ZamanPra Hijriah - Abad pertama Hijriah
Wilayah aktifJazirah Arab
Dipengaruhi  oleh
KeturunanAbdullah

Ruqayyah binti Muhammad (Arab: رُقيّة بنت محمد) adalah putri nabi Islam Muhammad dan istrinya Khadijah binti Khuwailid, putri tertua kedua setelah Zainab. Kunyahnya adalah Ummu Abdillah, dan laqab/gelarnyanya Dzat al-Hijratain, lahir sebelum diutusnya kenabian Muhammad sekitar 7 tahun, kemudian ia masuk Islam, dan hijrah ke Habasyah dan Madinah, ia meninggal dunia pada hari Pertempuran Badar tahun 2 H saat bersama dengan suaminya Utsman bin Affan pada usia 21 tahun. Kemudian, pada tahun ke-4 H adiknya, Ummu Kultsum binti Muhammad dinikahi Utsman bin Affan sehingga Utsman digelari Dzun-Nurain (pemilik dua cahaya).[1][butuh rujukan]

Biografi[sunting | sunting sumber]

Ruqayyah lahir di Makkah pada tahun 20 Sebelum Hijriah atau tahun 603 sebelum diutusnya kenabian Muhammad sekitar 7 tahun, pada waktu itu umur Nabi Muhammad 33 tahun. Ruqayyah menikah dengan sepupunya Utbah bin Abu Lahab ketika ia masih belum berusia 10 tahun, ketika diutusnya kenabian Muhammad, Ruqayyah masuk islam sedangkan suaminya tetap pada agamanya, ketika diturunkan surat al-Masad yang terdapat celaan bagi Abu Lahab dan istrinya, Abu Lahab memaksa anaknya Utbah untuk menceraikan Ruqayyah dan Utbah belum menyentuhnya.[2] Kemudian Utsman bin Affan menikahinya di Makkah, dan hijrah bersamanya ke Habasyah, dan lahirlah darinya seorang anak yang bernama Abdullah, oleh karena itu ia berkunyah Ummu Abdullah. Hingga berusia 6 tahun, Abdullah wafat pada tahun ke-4 Hijriah karena sakit.[3]

Keteladanan[sunting | sunting sumber]

Ruqayyah, putri kedua Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra, lahir sekitar 20 tahun sebelum Hijriah, setelah kakaknya Zainab. Tak lama kemudian, lahirlah Ummu Kultsum, yang selalu bersama Ruqayyah setelah Zainab menikah. Ketika kedua saudari ini tumbuh dewasa, Abu Lahab, paman mereka, melamar mereka berdua untuk kedua putranya. Sebelum kenabian Muhammad SAW, Ruqayyah dinikahkan dengan Utbah bin Abu Lahab, yang tidak disukai oleh Khadijah karena kepribadian buruk ibu Utbah, Ummu Jamil. Khadijah khawatir Ruqayyah akan terpengaruh oleh ibu mertuanya yang jahat.[4]

Ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi, Abu Lahab menjadi musuhnya yang paling tegas, menghasut orang-orang Makkah untuk menentangnya. Turunlah ayat yang menegur perilaku Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil. Abu Lahab memerintahkan putranya, Utbah, untuk menceraikan Ruqayyah. Utsman bin Affan kemudian menikahinya di Makkah, membawa kebahagiaan karena Utsman adalah seorang muslim yang teguh imannya.[4]

Mereka hijrah ke Habasyah bersama sejumlah muslim lainnya, memperoleh perlakuan baik dari Raja Habasyah. Namun, saat mereka kembali ke Makkah, mereka menemukan keadaan yang berbeda. Ruqayyah kemudian pulang ke rumah, merindukan orang tuanya. Namun, kesedihan Ruqayyah tidak berakhir di situ. Anak mereka, Abdullah, meninggal ketika masih berusia dua tahun. Kemudian, mereka hijrah ke Madinah, di mana Ruqayyah terserang penyakit saat Perang Badar pecah. Dia meninggal pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah, saat Rasulullah masih berada di medan perang.[4]

Ketika berita kemenangan Perang Badar dan wafatnya Ruqayyah mencapai Rasulullah, beliau menyampaikan bahwa Ruqayyah telah bergabung dengan mereka yang telah meninggal. Ketika jenazahnya akan dimakamkan, Umar ingin menghentikan tangisan para perempuan, tetapi Rasulullah meminta agar mereka dibiarkan menangis. Setelah masa berkabung, Rasulullah menikahkan Utsman dengan Ummu Kultsum, adik Ruqayyah.[4]

Kematian[sunting | sunting sumber]

Ruqayyah wafat ketika Nabi Muhammad masih hidup, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 2 H/Maret 624, ketika sedang berlangsungnya Pertempuran Badar, ia sakit, suaminya Utsman bin Affan menetap bersamanya di Madinah untuk menjaganya serta tidak ikut serta dalam Pertempuran Badar atas perintah Nabi Muhammad ﷺ, ketika Ruqayyah wafat, Utsman memakamkan jenazah istrinya pada hari dimana datangnya Zaid bin Haritsah ke Madinah membawa kabar kemenangan kaum muslimin pada pertempuran Badar. Ketika Nabi Muhammad ﷺ mendapatkan kabar atas wafat putrinya Ruqayyah, ia bersabda: Segala puji bagi Allah, telah dimakamkan putri-putri dari perempuan-perempuan yang mulia.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Utsman bin Affan, Pemilik Dua Cahaya (1)". Republika Online. 2012-07-18. Diakses tanggal 2022-06-06. 
  2. ^ Al-Mawahib al-Laduniyah bil Minah al-Muhammadiyah, Syihabuddin al-Qasthallani
  3. ^ a b Al-Isti'ab fi Ma'rifatil Ashab, Ibnu Abdil Barr
  4. ^ a b c d "Teladan Ruqayyah binti Muhammad SAW". Emir (dalam bahasa Inggris). 2020-07-08. Diakses tanggal 2024-03-31.