Satelit Galileo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dari atas ke bawah: Io, Europa, Ganimede, Kalisto.

Satelit Galileo adalah empat satelit alami Jupiter yang ditemukan oleh Galileo Galilei pada Januari 1610. Satelit-satelit tersebut merupakan satelit alami Jupiter yang terbesar: Io, Europa, Ganimede, dan Kalisto. Keempatnya ditemukan antara tahun 1609 hingga 1610 ketika Galileo memutakhirkan teleskopnya.[1] Penemuannya menunjukkan pentingnya teleskop untuk menemui objek yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Selain itu, penemuan satelit yang mengelilingi planet yang bukan Bumi mengguncang pandangan geosentrisme, atau pandangan bahwa semuanya mengorbit Bumi.

Galileo awalnya menamai penemuannya Cosmica Sidera ("bintang-bintang Cosimo"), tetapi nama yang akhirnya digunakan adalah nama yang dipilih oleh Simon Marius. Marius menemukan satelit-satelit ini secara independen pada waktu yang sama dengan Galileo.

Penemuan[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1604, pengamatan atas supernova mulai diadakan oleh Galileo Galilei. Pengamatan ini dilakukannya karena melihat keberadaan bintang yang jaraknya jauh dari Bulan. Setelah mengetahui bahwa permukaan Bulan tidak rata dan bentuknya tidak bult sempurna, Galileo menyimpulkan bahwa Venus memiliki periode tertentu seperti Bulan. Kemudian, ia melanjutkan pengamatannya menggunakan teleskop dan menemukan satelit yang bergerak mengitari Jupiter. Penemuan ini terjadi pada tahun 1610 M.[2]

Galileo menemukan 4 satelit berukuran besar yang mengitari Jupiter. Nama-nama satelit ini ialah Io, Europa, Ganimede, dan Kalisto. Keempat satelit ini kemudian dikelompokkan menjadi satelit Galileo.[3] Ukuran dari keempat satelit alami ini berkisar antara ukuran Merkurius dan Pluto.[4]

Satelit[sunting | sunting sumber]

Io[sunting | sunting sumber]

Io merupakan salah satu dari empat satelit alami Jupiter yang berukuran besar.[5] Bahan pembentuk mantel di Io adalah batu berbahan silikat.[6] Io merupakan satelit alami Jupiter yang memiliki fenomena alam. Di satelit Io terdapat gunung dan pegunungan.[7] Pegunungan terbentuk di bagian permukaan Io.[7] Di antara satelit alami Jupiter, jumlah gunung berapi di Io merupakan yang terbanyak.[8]

Europa[sunting | sunting sumber]

Europa merupakan salah satu dari empat satelit alami Jupiter yang berukuran besar.[5] Ukuran Europa sama dengan 0,65 kali ukuran Bulan. Kemampuan Europa untuk mengitari Jupiter adalah 1,3 mil per detik.[9] Lapisan es menyelimuti Europa.[8]

Diameter Europa sepanjang 3.138 km. Letaknya sebagai salah satu satelit alami Jupiter adalah yan kedua terjauh. Bagian interior dari Europa terdiri dari material karang yang sama dengan yang membentuk interior Bumi.[4] Bahan pembentuk mantel di Europa adalah batu berbahan silikat.[6] Namun, bagian kerak Europa membeku dan terisi oleh cairan berupa air yang tampak seperti lautan. Bagian ini merupakan bagian Europa yang paling memungkinkan bagi penemuan kehidupan.[5]

Ganimede[sunting | sunting sumber]

Ganimede merupakan salah satu dari empat satelit alami Jupiter yang berukuran besar.[5] Ukuran Ganimede sebagai satelit alami merupakan yang terbesar di Jupiter.[10] Ganimede juga menjadi satelit alami yang terbesar di Tata Surya.[8] Ukuran Ganimede sama dengan 2,1 kali ukuran Bulan. Kemampuan Ganimede untuk mengitari Jupiter adalah 1,8 mil per detik.[9]

Kalisto[sunting | sunting sumber]

Kalisto merupakan salah satu dari empat satelit alami Jupiter yang berukuran besar.[5] Di antara satelit alami Jupiter, jumlah kawah di kalisto merupakan yang terbanyak.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Galilei, Galileo, Sidereus Nuncius. Translated and prefaced by Albert Van Helden. Chicago & London: University of Chicago Press 1989, 14–16
  2. ^ Purwanto, Agus (Agustus 2012). Nalar Ayat-Ayat Semesta: Menjadikan AI-Quran sebagai Basis Konstruksi llmu Pengetahuan. Bandung: Penerbit Mizan. hlm. 40. ISBN 978-979-433-730-1. 
  3. ^ Siregar, Suryadi (2017). Fisika Tata Surya (PDF). Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. hlm. 45. 
  4. ^ a b Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Oktober 2015). Eksistensi Kehidupan di Alam Semesta (PDF). Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. hlm. 88. ISBN 978-979-111-010-5. 
  5. ^ a b c d e Ami, M. S., dan Damayanti, P. (Februari 2021). Ilmu Alamiah Dasar (PDF). Batu: Literasi Nusantara. hlm. 32. ISBN 978-623-329-081-4. 
  6. ^ a b Islami, Nur (2017). Fisika Bumi (PDF). Universitas Riau Press. hlm. 30. ISBN 978-979-792-797-4. 
  7. ^ a b Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (November 2016). Gunung dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (PDF). Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. hlm. 90. ISBN 978-979-111-019-8. 
  8. ^ a b c d Williams, Brian (2005). Fakta Paling Top Alam Semesta. Jakarta: Erlangga. hlm. 21. 
  9. ^ a b Malaka, Tan (Februari 2022). Madilog. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 305. ISBN 978-623-6166-83-3. 
  10. ^ Dhiyaulhaq (2015). RPAL Plus SD/SDIT/MI Kelas 3, 4, 5, dan 6. Jakarta Selatan: Wahyu Qolbu. hlm. 560. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]