Saya Indonesia, Saya Pancasila

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Spanduk "Saya Indonesia, Saya Pancasila".

"Saya Indonesia, Saya Pancasila" merupakan slogan yang diciptakan untuk memeriahkan Pekan Pancasila 2017, yang diselenggarakan pada 29 Mei—4 Juni 2017. Pekan Pancasila 2017 dirayakan untuk memperingati Hari Kelahiran Pancasila pada 1 Juni 2017, yang merupakan hari libur nasional pertama kalinya sejak disahkan tepat setahun sebelumnya. Slogan ini menjadi ilham bagi tema Pekan Pancasila 2017.

Slogan ini diperkenalkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dalam status di akun Instagram-nya pada 26 Mei 2017. Dalam status yang sama, Joko mengunggah gambar, yang kemudian digunakan bersamaan dengan foto profil oleh warganet di beragam media sosial. 3 hari setelahnya, Joko mengunggah video yang menandai bermulanya Pekan Pancasila 2017 sekaligus memperkenalkan kembali slogan ini. Slogan ini menjadi viral di media sosial, terutama karena ajakan Joko untuk menyebarluaskan slogan ini berikut ketujuh tagar yang disebutkan pada status pertamanya. Slogan ini mengilhami Saykoji dan Traviata Bianca Berliana Putri untuk membuat lagu terkait slogan ini. Sejumlah tokoh juga membuat video kompilasi berdasarkan slogan ini.

Slogan ini mendapatkan tanggapan yang beragam; tanggapan positif menyoroti upaya pemerintah untuk mengingatkan kembali semangat Pancasila yang dinilai memudar di kalangan masyarakat, sedangkan tanggapan negatif menyoroti tata bahasa yang dinilai tidak sesuai, kekhawatiran akan kediktatoran, dan kekhawatiran terhadap serangan terhadap kelompok tertentu. Slogan ini pula dijadikan bahan sindiran oleh beberapa pihak.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Joko Widodo mengunggah 2 status di akun Instagram-nya untuk memperkenalkan slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila".

Pekan Pancasila tahun ini akan diselenggarakan dari 29 Mei-4 Juni 2017 dengan tema "Saya Indonesia, Saya Pancasila”. Peringatan Hari Lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 2017 dipusatkan di halaman Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jl. Pejambon, Jakarta Pusat. Pekan Pancasila kita gelar untuk menguatkan dan memperkenalkan ulang dasar-dasar Pancasila dan untuk menarik minat para generasi muda terhadap Pancasila, sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ayo sebarkan logo ini untuk mengingatkan bangsa ini memiliki perekat kebhinekaan: Pancasila. Kita gunakan tagar #PekanPancasila #SayaPancasila #PancasilaReborn #KenalPancasila #PancasilaPunyaKita #PancasilaSatu #Pancasila2017

– Joko Widodo (@Jokowi), 26 Mei 2017.[1]

Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita, perekat keutuhan bangsa dan negara. Saya Jokowi, Saya Indonesia, Saya Pancasila. Kalau kamu?

– Joko Widodo (@Jokowi), 29 Mei 2017.[2]

Pada 1 Juni 2016, Joko Widodo menetapkan 1 Juni adalah Hari Lahir Pancasila[3] dan ditetapkan sebagai hari libur nasional pada tahun berikutnya[4] berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.[5][6] Keppres ini menyebabkan Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2016, Nomor 109 Tahun 2016, dan Nomor 01/SKB/MENPANRB/04/2016 tentang hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2017—ditandatangani oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani pada 14 April 2016—yang sebelumnya berjumlah 14 hari libur nasional (selama 15 hari, Idulfitri dihitung 2 hari) dan 2 cuti bersama (selama 4 hari, Idulfitri dihitung 3 hari),[7] bertambah menjadi 15 hari libur nasional (selama 16 hari) dan 2 cuti bersama.[8] Surat Keputusan Bersama itu lalu direvisi dengan Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 684 Tahun 2016, Nomor 302 Tahun 2016, dan Nomor SKB/02/MENPANRB/11/2016 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2016, Nomor 109 Tahun 2016, dan Nomor 01/SKB/MENPANRB/04/2016 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2017—ditandatangani oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri pada 21 November 2016.[9]

Pada 26 Mei 2017, Joko Widodo mengadakan Pekan Pancasila 2017 yang dirayakan dalam rangka Hari Pancasila untuk pertama kalinya. Tema yang dipilih yaitu "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Pekan Pancasila 2017 berlangsung dari 29 Mei hingga 4 Juni. Pekan Pancasila 2017 dipusatkan di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri. Tujuan Pekan Pancasila 2017 adalah menguatkan dan memperkenalkan ulang dasar-dasar Pancasila dan untuk menarik minat para generasi muda terhadap Pancasila, sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.[10] Bersamaan dengan itu, Joko Widodo mengunggah sebuah status di Instagram yang mengajak warganet menyebarkan slogan ini ke beragam layanan media sosial dengan tagar #PekanPancasila, #SayaPancasila, #PancasilaReborn, #KenalPancasila, #PancasilaPunyaKita, #PancasilaSatu, dan #Pancasila2017. Sampai 29 Mei, atau hari pertama Pekan Pancasila 2017, tagar #Saya Pancasila menjadi topik terhangat di Twitter.[1]

Pada 29 Mei 2017, tepat pada hari pertama Pekan Pancasila 2017, Joko Widodo mengunggah sebuah video berdurasi 34 detik[note 1] yang menandai Pekan Pancasila 2017 resmi dimulai.[11][12] Video ini segera menjadi viral di dunia maya.[13] Sampai 30 Mei, video ini ditonton lebih dari 290.000 pengguna.[2] Tagar #SayaPancasila juga menjadi semakin viral karena video ini.[14] Sampai 30 Mei, tagar ini sudah digunakan lebih dari 38.000 kali.[12]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Pratikno memperkenalkan slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kepada mahasiswa baru UGM pada 7 Agustus 2017.

Slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" menjadi terkenal karena dipasang bersamaan dengan foto profil di banyak ragam media sosial. Banyak warganet, termasuk seniman dan pebulutangkis, mengunggah foto profil mereka bersama slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila".[15] Dari kalangan seniman, misalnya Sophia Latjuba, Donna Agnesia, Tata Janeeta, Luna Maya, Lukman Sardi, Krisdayanti, Rossa, dan Regina Ivanova.[16][17] Dari kalangan pebulutangkis, misalnya Liliyana Natsir, Debby Susanto, Hendra Setiawan, Eng Hian, Yuni Kartika, dan Taufik Hidayat.[18] Meskipun demikian, terdapat sebagian warganet yang menganggap slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" berlebihan dan tak perlu.[15]

Sejumlah tokoh yang terdiri dari Hermann Josis Mokalu, Djoni Permato, Tika Panggabean, Astrid Tiar, Nafa Urbach, Rejoz (The Groove), Guntur Simbolon, Lukman Sardi, Wulan Guritno, Nia Dinata Andini Effendi, Hilbram Dunar, Grace Natalie, Bayu Oktara, Charles Bonar Sirait, Ammho, dan Pandji Pragiwaksono berkolaborasi membuat video kompilasi berjudul "Saya Indonesia, Saya Pancasila" yang terilhami dari video unggahan Joko Widodo lewat akun Instagram-nya. Video tersebut berdurasi dua menit, dengan rincian 24 detik pertama berisi suara Joko yang berasal dari video unggahan Joko sendiri, lalu diikuti dengan semua tokoh yang tampil bergantian, mengucapkan slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila", dengan latar suara yaitu lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Video kompilasi ini bermula dari pembicaraan di grup jejaring media sosial. Setiap orang membuat rekaman sendiri, yang kemudian dipadukan menjadi satu video. Video kompilasi ini diunggah oleh Hermann pada 31 Mei 2017 lewat akun Twitter-nya.[19]

Saykoji mengunggah video lagu rap bertema "Saya Indonesia, Saya Pancasila" di Instagram pada 1 Juni 2017.[20] Video ini telah ditonton sebanyak 27.678 kali dalam jangka waktu hanya 8 jam sejak pengunggahannya.[21] Traviata Bianca Berliana Putri, alumni SMA Negeri 1 Jember, juga membuat lagu berjudul "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Lagu tersebut dibuat dalam dua versi. Versi pertama, selain lagu Indonesia Raya, dinyanyikan oleh 60.000 siswa SD/MI dan SMP/MTs penerima Kartu Indonesia Pintar yang diturunkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember[22] untuk menyambut kedatangan Joko Widodo sebagai lagu persembahan khusus di Stadion Jember Sport Garden.[23] Versi kedua termotivasi dari rasa nasionalisme, dan didedikasikan untuk meningkatkan rasa bangga anak muda zaman sekarang terhadap Pancasila yang mulai luntur.[24]

Ketua Wahdah Islamiyah Zaitun Rasmin menggunakan slogan "Saya Indonesia, Saya Bela Al-Aqsa"—yang terilhami dari slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila"—dalam pembukaan orasi aksi solidaritas bela Al Aqsa di Lapangan Masjid Al-Azhar Jakarta. Al Aqsa dalam keadaan memprihatinkan.[25]

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada yang kini menjabat sebagai Menteri Sekretariat Negara Pratikno memperkenalkan slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kepada 8.322 mahasiswa baru UGM[note 2] dalam orasi kebangsaan di upacara pembukaan Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru di Lapangan Grha Sabha Pramana pada 7 Agustus 2017. Pratikno mengucapkan slogan itu dan selanjutnya diikuti oleh seluruh mahasiswa baru UGM.[26]

Tanggapan[sunting | sunting sumber]

Mahyudin mengaku gembira mengetahui fenomena "Saya Indonesia, Saya Pancasila" dan menyebut masyarakat Indonesia masih mengingat Pancasila di tengah isu perpecahan sebagai dampak dari Pilgub Jakarta 2017.

Satu di antara Wakil Majelis Permusyawaratan Rakyat Mahyudin mengaku gembira ketika slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" menjadi viral. Menurut Mahyudin, itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih mengingat Pancasila di tengah isu perpecahan sebagai dampak dari Pilgub Jakarta 2017. Mahyudin menegaskan bahwa isu perpecahan tidak memengaruhi masyarakat Indonesia. Mahyudin juga menegaskan bahwa pada dasarnya masyarakat Indonesia adalah Pancasilais. Namun, bergantung pada bagaimana masyarakat melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.[27]

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris menilai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengingatkan kembali semangat Pancasila adalah hal penting yang dilakukan karena Pancasila memang terancam sebagai ideologi nasional bangsa oleh kelompok-kelompok yang menamakan diri 'Bela Agama' atau 'Bela Islam' yang menganggap Pancasila itu tidak penting dan malah mungkin digantikan dengan ideologi yang lain. Namun, tentu butuh upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman, tetapi tidak mudah.[12]

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Muhammad Abdullah Darraz, menyebutkan bahwa viralnya video yang diunggah Joko Widodo menjadi salah satu contoh dari cerminan keteladanan dalam ber-Pancasila, menjadikan Pancasila tak sekadar menjadi dasar negara, namun sesuatu yang lebih luas, yakni pandangan hidup. Direktur Eksekutif Setara Institute Ismail Hasani menyebutkan, hal yang disampaikan Joko tersebut merupakan keteladanan. Keteladanan merupakan hal yang masih belum tercipta dalam cara hidup ber-Pancasila. Negara, kata Ismail, sering kali juga masih bingung dalam mendorong kehidupan ber-Pancasila tersebut. Ismail mencontohkan, kehidupan ber-Pancasila yang sangat sederhana adalah membuang sampah pada tempatnya. Namun, hal itu pun masih gagal dijalankan pemerintah. Ismail juga menuturkan, kerap kali anggaran dikembalikan ke kas negara karena pemerintah pun tak tahu bagaimana membangun karakter bangsa dan mendorong kehidupan ber-Pancasila tersebut. Karenanya, tantangan ke depan adalah mencari pola pendidikan Pancasila yang riang gembira bagi warga negara, sehingga Pancasila tumbuh berkembang dalam imajinasi kebudayaan anak bangsa. Tanpa itu, Pancasila hanya akan menjadi jargon.[14]

Jodhi Yuwono dari Kompas menyebutkan bahwa viralnya slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" menandakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sastrawi, yang gemar bersahut-sahutan dalam pernyataan, misalnya berbalas pantun.[28]

Kritik[sunting | sunting sumber]

Tata bahasa[sunting | sunting sumber]

Anies Baswedan (kiri), bersama dengan Hafidz Abbas & Eros Djarot, menyatakan tata bahasa slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kurang tepat, namun Triawan Munaf (kanan) membantah bahwa tata bahasa slogan tersebut kurang tepat dan menyebut penggunaan idiom tersebut merupakan bagian dari memperkenalkan Pancasila kepada kaum muda. Anies Baswedan (kiri), bersama dengan Hafidz Abbas & Eros Djarot, menyatakan tata bahasa slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kurang tepat, namun Triawan Munaf (kanan) membantah bahwa tata bahasa slogan tersebut kurang tepat dan menyebut penggunaan idiom tersebut merupakan bagian dari memperkenalkan Pancasila kepada kaum muda.
Anies Baswedan (kiri), bersama dengan Hafidz Abbas & Eros Djarot, menyatakan tata bahasa slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kurang tepat, namun Triawan Munaf (kanan) membantah bahwa tata bahasa slogan tersebut kurang tepat dan menyebut penggunaan idiom tersebut merupakan bagian dari memperkenalkan Pancasila kepada kaum muda.

Pakar bahasa Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sriyanto, menyatakan bila dilihat dari sudut pandang ilmu linguistik, ungkapan yang tepat adalah “Saya Pancasilais”. Menurut Sriyanto, 'Pancasilais' itu berarti ‘penganut ideologi Pancasila’. ‘Saya Pancasilais’ hanya berarti ‘saya penganut ideologi Pancasila’. Tetapi ‘Saya Pancasila’ mengandung banyak arti. 'Saya Pancasila' bisa mengandung makna yaitu 'saya cinta Pancasila', 'saya penganut paham Pancasila', 'saya pembela Pancasila', 'saya pejuang nilai-nilai Pancasila', atau 'saya menjadi benteng Pancasila'.[29]

Pakar bahasa Indonesia Universitas Indonesia, Untung Yuwono menyatakan sesuai dengan kaidah formal pembentukan kata sifat dalam bahasa Indonesia, ungkapan yang benar adalah 'Saya Pancasilais', berarti 'saya bersifat atau berperilaku sesuai dengan Pancasila'. Sedangkan ungkapan "Saya Pancasila" bisa dipandang sebagai 'ungkapan metafora yang kira-kira mempersamakan orang Indonesia sebagai Pancasila; meleburkan Pancasila ke dalam diri orang Indonesia sehingga tidak terpisahkan Pancasila dari diri 'saya''.[29]

Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada Iva Ariani menyatakan penggunaan ungkapan 'Saya Pancasila' kurang tepat dari sisi bahasa maupun pemaknaan. Kata 'Pancasila' seharusnya dibubuhi tambahan -is yang berarti penganut ideologi atau pandangan Pancasila. Menurut Iva, penggunaan ungkapan ini menjadi perdebatan di antara dosen Filsafat di universitas tersebut. Sedangkan menyangkut ungkapan 'Saya Indonesia', lanjut Iva, memang agak berbeda dengan ungkapan 'Saya Pancasila'. 'Saya Indonesia' menyiratkan kebangsaan, seperti halnya penyebutan American, yang artinya 'orang Amerika'. Ini berarti, 'Saya Indonesia' tidak perlu dipermasalahkan, tetapi ‘Saya Pancasila’ menjadi sedikit rancu. Bagi Iva, persoalan apakah seseorang sudah Pancasilais atau belum, justru datang dari pandangan pihak ketiga atau orang lain. Jadi, pilihan kata yang tepat adalah ‘Saya ber-Pancasila’.[29]

Seperti halnya ketiga tokoh di atas, Ketua Umum Depinas Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia sekaligus mantan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin juga menganggap keliru slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Menurutnya, kalimat yang tepat adalah "Saya Indonesia, Saya Pancasilais". Pendapat Ade berasal dari penjelasan beberapa pemimpin redaksi media massa nasional.[30]

Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan,[11] Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Hafidz Abbas,[31] dan Budayawan Eros Djarot[32] menyatakan tata bahasa slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kurang tepat. Anies dan Hafidz menyarankan agar slogan tersebut diganti menjadi "Kita Indonesia, Kita Pancasila", karena dapat merangkul satu sama lain.[11][31]

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menampik kritik terkait slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" yang dianggap keliru oleh sebagian pihak. Triawan mengatakan penggunaan idiom tersebut merupakan bagian dari memperkenalkan Pancasila kepada kaum muda. Triawan juga menanggapi adanya sejumlah pihak yang menganggap penggunaan slogan tersebut tidak tepat secara bahasa. Triawan menilai mereka yang mengkritik tidak memahami dunia kaum muda saat ini. Triawan justru mengatakan slogan tersebut banyak diterima masyarakat dan menjadi viral di media sosial.[33]

Kekhawatiran akan kediktatoran[sunting | sunting sumber]

Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, Anton Tabah Digdoyo, menyebutkan bahwa pemimpin yang berkata "Saya Indonesia, Saya Pancasila" akan mudah jadi diktator dan merasa diri selalu benar. Anton menyamakan hal ini dengan ucapan Louis XIV dari Prancis, "L'État c'est moi" ("Negara adalah saya"). Anton menambahkan dengan mengatakan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" berarti perbuatan yang belum tentu sesuai dengan Pancasila dianggap Pancasilais.[34] Namun, Joko Widodo membantah segala tuduhan bahwa dirinya diktator.[35] Joko juga memastikan bahwa tiada satupun institusi di Indonesia yang mempunyai kekuasaan diktator dalam konstitusi Indonesia. Konstitusi memastikan adanya perimbangan kekuasaan antarlembaga negara. Setiap lembaga negara bisa saling mengendalikan dan mengawasi dari kewenangan yang diberikan konstitusi. Dengan adanya hal itu, demokrasi juga akan berjalan secara sehat.[36]

Serangan terhadap kelompok tertentu[sunting | sunting sumber]

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Hafidz Abbas berpendapat slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" bisa menjadi alat suatu kelompok untuk menyerang kelompok lain sebagai kelompok anti-Pancasila hanya karena perbedaan pendapat. Apalagi, pada saat itu masyarakat seperti terbagi menjadi dua kelompok akibat Pilgub Jakarta 2017, yakni kelompok yang mendukung dan menentang Basuki Tjahaja Purnama. Menurutnya, slogan yang dibutuhkan adalah slogan yang bisa menyatukan kedua kelompok tersebut, bukan slogan tersebut, agar tidak ada romantisme sempit yang ada pada rakyat Indonesia, bahwasanya jika tidak mengikuti kehendak 'saya', maka dianggap tidak Pancasilais.[31] Ketua Komisi Pendidikan dan Kader Majelis Ulama Indonesia Pusat Sudarnoto A. Hakim menyatakan bahwa slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" mengesankan kuat adanya serangan terhadap kelompok tertentu yang dinilai sebagai anti-Pancasila atau setidaknya bertentangan dengan Pancasila.[37]

Sindiran[sunting | sunting sumber]

Pemusik Ahmad Dhani lewat akun Twitter-nya menyindir warganet yang mengunggah foto profil mereka bersama slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" adalah orang-orang yang baru mendalami makna Pancasila.[38] Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin menyindir slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" sebagai "kalau saya Indonesia, saya bukan Ade Komarudin".[30] Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan mempermasalahkan video "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Zulkifli berujar bahwa jika berperilaku dengan tepat, maka Pancasila bisa jadi pemersatu. Namun, kalau diperalat, itu bisa memecah belah. Zulkifli juga menyindir slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" sebagai "Saya bukan Pancasila, saya Zulkifli Hasan, belum pernah ganti nama".[39] Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyindir banyak warga negara yang memiliki paspor dan KTP, menyatakan "Saya Indonesia, Saya Pancasila", tetapi tidak membayar pajak dengan tambahan kalimat "Saya Tidak Bayar Pajak".[40] Menurut Sri, jika mereka memang merasa sebagai warga negara Indonesia, maka harusnya mereka membayar pajak, sehingga kalimat tersebut bisa dilanjutkan dengan "Saya Bayar Pajak".[41]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Berita lain menyebut 33 detik.[2]
  2. ^ Terdiri dari 6.128 mahasiswa baru program sarjana serta 2.194 mahasiswa baru program diploma yang diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Jalur Mandiri, Program Beasiswa Santri Berprestasi, serta Program Afirmasi Pendidikan Tinggi, Afirmasi Pendidikan Menengah dan 3T yang dilakukan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Belarminus, Robertus (29 Mei 2017). Gatra, Sandro, ed. "Jokowi dan Netizen Suarakan #SayaPancasila". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Januari 2018. Diakses tanggal 18 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 35 (bantuan);
  2. ^ a b c Belarminus, Robertus (30 Mei 2017). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Jokowi: Saya Indonesia, Saya Pancasila, kalau Kamu?". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Januari 2018. Diakses tanggal 16 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 46 (bantuan);
  3. ^ Ihsanuddin (31 Mei 2016). Gatra, Sandro, ed. "Presiden Jokowi Putuskan 1 Juni Hari Lahir Pancasila". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2018. Diakses tanggal 20 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 26 (bantuan);
  4. ^ Kuwado, Fabian Januarius (1 Juni 2016). Gatra, Sandro, ed. "Jokowi: 1 Juni Hari Lahir Pancasila, Diliburkan". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2018. Diakses tanggal 20 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 39 (bantuan);
  5. ^ Divisi Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (6 Juni 2016). "Jadi Hari Libur Nasional, Inilah Keppres Penetapan 1 Juni Sebagai Hari Lahir Pancasila". Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Oktober 2017. Diakses tanggal 20 Januari 2018. 
  6. ^ Purnama, Basuki Eka (6 Juni 2016). "Ini Keppres Penetapan 1 Juni Sebagai Libur Nasional". Media Indonesia. Media Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2018. Diakses tanggal 20 Januari 2018. 
  7. ^ Putra, Lutfy Mairizal (14 April 2016). Gatra, Sandro, ed. "Pemerintah: Total 19 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2017". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Januari 2018. Diakses tanggal 31 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 36 (bantuan);
  8. ^ Gatra, Sandro (ed.) (1 Juni 2016). Gatra, Sandro, ed. "1 Juni Tanggal Merah, Ini Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama 2017". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Januari 2018. Diakses tanggal 31 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |first= pada posisi 8 (bantuan)
  9. ^ Ihsanuddin (7 Desember 2016). Galih, Bayu, ed. "Resmi, Ini Daftar Hari Libur Nasional pada 2017". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Januari 2018. Diakses tanggal 31 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 24 (bantuan);
  10. ^ Jordan, Ray (26 Mei 2017). "Peringati Hari Lahir Pancasila, Jokowi Gelar 'Pekan Pancasila'". detikcom. Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2018. Diakses tanggal 20 Januari 2018. 
  11. ^ a b c Harni, Diah (3 Juni 2017). "Anies Kritik Kalimat 'Saya Indonesia Saya Pancasila'". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Januari 2018. Diakses tanggal 17 Januari 2018. 
  12. ^ a b c Franciska, Christine; Affan, Heyder (30 Mei 2017). "'Saya Pancasila': Melawan ancaman ideologi bangsa". BBC Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Juli 2017. Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  13. ^ Rachmatunnisa (1 Juni 2017). "Netizen Viralkan 'Saya Indonesia Saya Pancasila'". detikcom. Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Januari 2018. Diakses tanggal 18 Januari 2018. 
  14. ^ a b Tashandra, Nabilla (4 Juli 2017). Asril, Sabrina, ed. "Viralnya Tagar "Saya Indonesia, Saya Pancasila" Jadi Bagian Keteladanan". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Januari 2018. Diakses tanggal 18 Januari 2018. 
  15. ^ a b Rachmatunnisa (3 Juni 2017). "Kemeriahan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' Tuai Kontroversi". detikcom. Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Juni 2017. Diakses tanggal 10 Maret 2018. 
  16. ^ Pertiwi, Triroessita Intan (31 Mei 2017). "Unggahan 'Saya Indonesia Saya Pancasila' Viral di Instagram, Gaya 5 Artis Ini Bisa Jadi Inspirasimu!". Tribunnews.com. Tribunnews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Januari 2018. Diakses tanggal 18 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 47 (bantuan);
  17. ^ Manilasari, Sinta (31 Mei 2017). "Menjelang Hari Lahir Pancasila, 3 Selebritis Ini Posting Foto dengan Tema #Pekanpancasila". Tribunnews.com. Tribunnews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Januari 2018. Diakses tanggal 18 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 29 (bantuan);
  18. ^ Akhsan, Oka (1 Juni 2017). "Insan Bulutangkis Suarakan Saya Indonesia Saya Pancasila". Bola. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2018. Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  19. ^ Deviyana, Nia (1 Juni 2017). "Selebritas Buat Video Kompilasi Saya Indonesia, Saya Pancasila". Medcom.id. Media Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Maret 2018. Diakses tanggal 10 Maret 2018. 
  20. ^ Nurohmah, Aprilia (1 Juni 2017). "Persembahan Saykoji pada hari Lahir Pancasila ini banjir pujian netizen". Brilio. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  21. ^ Pertiwi, Triroessita Intan (1 Juni 2017). "Lirik Kece 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' Ala Saykoji Dibanjiri Pujian, Berani Tiruin, Guys?". Tribunnews.com. Tribunnews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 44 (bantuan);
  22. ^ Moh. Ali Mahrus, Heryanto (ed.) (10 Agustus 2017). "Kedatangan Presiden Jokowi di Jember Disambut Lagu "Saya Indonesia, Saya Pancasila" oleh 60 Ribu Siswa". Jatim Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2018. Diakses tanggal 27 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 27 (bantuan)
  23. ^ Zumrotun Solichah, Slamet Hadi Purnomo (ed.) (10 Agustus 2017). "Presiden Jokowi akan Disambut dengan Lagu "Saya Indonesia, Saya Pancasila"". ANTARA News. Antara Jatim. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2018. Diakses tanggal 27 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 40 (bantuan)
  24. ^ Divisi Humas Pemerintah Kabupaten Jember (4 November 2017). "Lagu "Saya Indonesia, Saya Pancasila", Diharapkan Bisa Menasional". Pemerintah Kabupaten Jember. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2018. Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  25. ^ Pratiwi, Fuji; Yulianto, Agus (red.) (22 Juli 2017). "Saya Indonesia, Saya Bela Al Aqsha". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2017. Diakses tanggal 10 Maret 2018.  templatestyles stripmarker di |first2= pada posisi 6 (bantuan)
  26. ^ Gloria (8 Agustus 2017). "Sederet Atraksi dan Orasi Kebangsaan Memeriahkan Pembukaan PPSMB UGM 2017". Universitas Gadjah Mada. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Agustus 2017. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  27. ^ Purba, Gervin Nathaniel (12 Juni 2017). "Kata Wakil Ketua MPR Soal Slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila'". Metrotvnews.com. Metro TV News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  28. ^ Yudono, Jodhi (1 Juni 2017). Yudono, Jodhi, ed. "Saya Pancasila, Kamu?". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Agustus 2017. Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  29. ^ a b c Evani, Fuska Sani; Bata, Anselmus (2 Juni 2017). ""Saya Pancasila" atau "Saya Pancasilais"?". Berita Satu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2018. Diakses tanggal 27 Januari 2018. 
  30. ^ a b Habibie, Nur (2 Juni 2017). Firdaus, Randy Ferdi, ed. "Mantan Ketua DPR kritik tren 'Saya Pancasila, Saya Indonesia'". Merdeka.com. Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Juni 2017. Diakses tanggal 11 Maret 2018. 
  31. ^ a b c Wiwoho, Bimo (10 Juni 2017). "Jargon 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' Rawan Disalahgunakan". CNN Indonesia. CNN Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Januari 2018. Diakses tanggal 18 Januari 2018. 
  32. ^ Pratama, Fajar (4 Juni 2017). "Kritik ⁠⁠⁠⁠⁠Eros Djarot untuk 'Saya Pancasila'". detikcom. Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Januari 2018. Diakses tanggal 30 Januari 2017. 
  33. ^ Rimadi, Luqman (4 Juni 2017). Rimadi, Luqman; Muhammad, Djibril; Hida, Ramdania El, ed. "Slogan Saya Indonesia, Saya Pancasila Dikritik, Ini Kata Barekraf". Liputan6.com. Liputan 6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Januari 2018. Diakses tanggal 17 Januari 2018. 
  34. ^ Siregar, Zulhidayat (12 Juni 2017). "Kampanye Saya Pancasila, Jokowi Bisa-Bisa Jadi Diktator". Rakyat Merdeka Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  35. ^ Kuwado, Fabian Januarius (8 Agustus 2017). Gatra, Sandro, ed. "Jokowi: Masa Wajah Saya Kayak Gini Dibilang Diktator". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 39 (bantuan);
  36. ^ Rizqo, Kanavino Ahmad (9 Agustus 2017). "Jokowi: Tak Ada Institusi di Indonesia yang Diktator". detikcom. Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  37. ^ Hakim, Sudarnoto A. (15 Juni 2017). "Pancasila". Rakyat Merdeka Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  38. ^ Priliawito, Eko (1 Juni 2017). "Dhani Sindir Netizen Posting Saya Indonesia, Saya Pancasila". VIVA.co.id. Viva. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Oktober 2017. Diakses tanggal 10 Maret 2018. 
  39. ^ Media Indonesia (26 Juli 2017). "Saya bukan Pancasila, Saya Zulkifli Hasan". Metrotvnews.com. Metro TV News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  40. ^ Sapto Andika Candra, Bayu Hermawan (red.) (21 Juni 2017). "Sri Mulyani: Bilang "Saya Indonesia, Saya Pancasila" Tapi tak Bayar Pajak". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018.  templatestyles stripmarker di |author= pada posisi 36 (bantuan)
  41. ^ Sembiring, Lidya Julita (21 Juni 2017). "Sri Mulyani: Banyak Orang yang Bilang 'Saya Pancasila' tapi Tidak Bayar Pajak". Okezone.com. Okezone. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Januari 2018. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Instagram
Twitter
Keputusan presiden dan surat keputusan bersama