Serbuk gergaji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Serbuk gergaji yang dibuat dari gergaji tangan

Serbuk gergaji atau serbuk kayu merupakan limbah industri penggergajian kayu. Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan.

Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Pemanfaatan utama dari serbuk gergaji adalah sebagai bahan camputan pembuatan papan partikel di mana serbuk gergaji disatukan dengan lem membentuk papan. Serbuk gergaji juga bisa diolah menjadi pulp yang lalu diolah kertas. Dalam pertanian, serbuk gergaji dapat menjadi mulsa. Serbuk gergaji juga bisa menjadi penyerap cairan sehingga cairan yang tumpah dapat lebih mudah dibersihkan.[1]

Serbuk gergaji dapat diolah dengan dibentuk menjadi bahan bakar briket yang kemudian diarangkan. Pemanfaatan ini pertama kali dilakukan secara komersial oleh Henry Ford dari serbuk gergaji dan kayu bekas yang dihasilkan pabrik mobilnya.[2]

Dalam industri makanan[sunting | sunting sumber]

Selulosa dapat diekstrak dari serbuk gergaji. Dalam industri makanan, selulosa merupakan bahan pengisi pada berbagai jenis makanan sehingga volume makanan terlihat lebih besar.[3] Makanan yang diisi selulosa dari serbuk gergaji diantaranya adalah sosis[4] dan roti.[5] Selulosa dari serbuk gergaji juga telah dimanfaatkan untuk menjadi casing sosis.[4] Di kamp konsentrasi Auschwitz zaman Nazi, penghuni diberikan roti yang terbuat dari kastanya dan ditaburi serbuk gergaji.[6]

Pertanian[sunting | sunting sumber]

Pemanfaatan limbah Serbuk kayu dalam Dalam pertanian yakni; sebagai mulsa, pembudidayaan berbagai macam komoditas jamur untuk konsumsi memanfaatkan serbuk kayu sebagai media tanam utama yang mana lebih cepat didapat daripada kayu lapuk, serbuk kayu merupakan salah satu media tanam dalam budidaya tanaman dengan teknik bertani hidroponik.

Limbah industri kayu seperti serbuk gergaji dan kepingan kayu juga dapat diolah menjadi pupuk organik.[7][8]

Hewan[sunting | sunting sumber]

Serbuk Kayu untuk sarang pada kandang Hamster betina jenis hamster "syrian" dengan 2 anaknya.

Serbuk kayu sebagai alas pada kandang hamster (ataupun hewan pengerat lainnya seperti marmot) bermanfaat sebagai sarang dan media mengerat, namun tidak semua serbuk kayu aman dan cocok untuk alas hamster ataupun hewan pengerat lainnya, Mengerat dan memakan serbuk kayu yang terbuat dari pohon cedar, pinus, ataupun yang lain yang dimungkinkan mengandung fenol yang bisa merusak sistem respirasi, hati dan kulit hamster.

Daya serap serbuk kayu yang baik ini juga bermanfaat menyerap air seni agar meminimalisir bau pada kandang hamster dan menjaga kandang tetap kering. Sebaiknya serbuk kayu diganti berkala.[butuh rujukan].Meskipun demikian, kayu dari tumbuhan runjung ataupun bekas tripleks dan papan partikel dianggap berbahaya untuk hewan-hewan tertentu, seperti hamster. Hal ini disebabkan karena hamster yang mengerat bekas papan mengandung lem maupun resin akan meracuni mereka.[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Felman, David (2005) "Why Did Bars Used to Put Sawdust on the Floor? Why Don't They Anymore?" Why Do Elephant's Jump? HarperCollins, New York, page 118, ISBN 978-0-06-053914-6, quoting Christopher Halleron, bartender and beer columnist.
  2. ^ Green, Harvey (2006) Wood: Craft, Culture, History Penguin Books, New York, page 403, ISBN 978-1-101-20185-5
  3. ^ Nassauer, Sarah (4 May 2011). "Why Wood Pulp Makes Ice Cream Creamier". The Wall Street Journal. 
  4. ^ a b Savic, I. V. (1985). "Small-scale sausage production: Sausage Casings". Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 
  5. ^ "Bread Labels on Wood Fiber Draw Attack". Los Angeles Times. 9 October 1985. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-16. Diakses tanggal 2014-08-04. 
  6. ^ Nyiszli, Miklos (2011). "3". Auschwitz: A Doctor's Eyewitness Account. New York: Arcade Publishing. hlm. 34. 
  7. ^ "Organic Materials as *Nitrogen Fertilizers". CO State Extension. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-10. Diakses tanggal 2015-08-13. 
  8. ^ (Inggris) FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.
  9. ^ (Indonesia) "Perekat Kayu Olahan". DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING SEBELAS MARET UNIVERSITY, Indonesia. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-09. Diakses tanggal 2020-10-13. 

Bacaan Lebih Lanjut[sunting | sunting sumber]