Serbuk pisang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Serbuk pisang atau bubuk pisang adalah serbuk yang dibuat dari pisang olahan. Serbuk ini merupakan salah satu komponen pembuat milk shake dan makanan bayi.[1][2] Serbuk ini juga digunakan dalam pembuatan berbagai jenis kue dan biskuit.[3]

Pembuatan[sunting | sunting sumber]

Serbuk pisang dibuat dari bubur pisang, di mana pisang dipotong secara mekanis lalu diproses dengan pemotong hidrolik pada penggilingan koloid hingga menjadi pasta. Natrium metabisulfit lalu ditambahkan untuk mencerahkan warna kuning pada pasta. Pasta ini lalu dikeringkan, bisa dengan pengeringan semprot ataupun pengeringan drum. Pengeringan drum lebih umum digunakan, karena tidak ada pasta yang tertinggal saat pengeringan, serbuk yang dihasilkan akan sekitar 2% lebih banyak, serta kering lebih merata.[3][4] Terlepas dari cara pengeringannya, serbuk pisang hanya dapat bertahan selama sekitar satu tahun di suhu ruang.[5]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Penggunaan serbuk pisang dalam susu formula untuk menjaga bayi tetap sehat telah beredar luas sejak 1900-an awal.[6] Pada tahun 1916, serbuk pisang, beserta pisang kering "figs", dianggap sebagai salah satu "industri penting di Hindia Barat" di periode ini.[7]

United Fruit Company mulai memproduksi produk dengan serbuk pisang sebagai bahan utamanya, bernama Melzo, sepanjang tahun 1930-an. Karena manfaat dari serbuk pisang, Melzo dipasarkan sebagai "makanan kesehatan untuk anak-anak dan lansia, yang dapat memperbaiki gangguan pencernaan tertentu, dan dapat merevitalisasi penderita kelambanan mental dan fisik".[2]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Penggunaan umum[sunting | sunting sumber]

Serbuk pisang telah diketahui sebagai "sumber utama karbohidrat dan kalori". Meski rendah protein, bahan-bahan bermanfaat dalam serbuk ini masih "sangat unggul dibanding buah lain".[8] Serbuk ini juga diketahui dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan umum untuk indigesti.[9]

Penggunaan ilmiah[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1984, para ilmuwan dari India dapat mengekstrak bagian dari "senyawa antitukak (antiulcer)" yang ditemukan dalam serbuk pisang, yang pada akhirnya digunakan untuk menciptakan jenis bubuk yang "300 kali lebih aktif" mencegah tukak pada perut.[10] Serbuk pisang juga kemudian diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan sel, yang memungkinkan penyembuhan yang lebih cepat pada area terjadinya tukak.[11]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "The Hindu Business Line : BARC develops tech to make biscuits, baby food from banana". The Hindu. Diakses tanggal 25 November 2010. 
  2. ^ a b Scofield Wilson, David (1999). Rooted in America: foodlore of popular fruits and vegetables. Univ. of Tennessee Press. hlm. 28–29. ISBN 9781572330535. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  3. ^ a b H. Hui, Yiu; Stephanie Clark (2007). Handbook of Food Products Manufacturing: Principles, Bakery, Beverages, Cereals, Cheese, Confectionary, Fats, Fruits, and Functional Foods. Wiley-Interscience. hlm. 873. ISBN 9780470049648. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  4. ^ Food and Agriculture Organization of the United Nations (1989). Utilization of Tropical Foods: Trees. Food & Agriculture Org. hlm. 33–34. ISBN 9789251027769. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  5. ^ Association of Food Technologists (2007). "Packaging and storage studies on spray dried ripe banana powder under ambient conditions". Journal of Food Science. 44: 16–19. 
  6. ^ Pamphlets on Biology: Kofoid collection, Volume 147. 1900. hlm. 12–15. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  7. ^ United States. Bureau of Manufactures (1916). Commerce reports, Volume 4. Bureau of Foreign and Domestic Commerce, United States Dept. of Commerce. hlm. 290. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  8. ^ Sri Avinashilingam Home Science College (1976). The Indian journal of nutrition and dietetics, Volume 13. Sri Avinashilingam Home Science College for Women. hlm. 218–224. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  9. ^ Al-Achi, Antoine (2008). An introduction to botanical medicines: history, science, uses, and dangers. ABC-CLIO. hlm. 80. ISBN 9780313350092. Diakses tanggal 26 November 2010. 
  10. ^ Information, Reed Business (6 September 1984). "Rats with ulcers go bananas". New Scientist: 22. 
  11. ^ R.K. Goela; Saroj Guptab; R. Shankarc; A.K. Sanyal (1986). "Anti-ulcerogenic effect of banana powder (Musa sapientum var. paradisiaca) and its effect on mucosal resistance". Journal of Ethnopharmacology. 18 (1): 33–44. doi:10.1016/0378-8741(86)90041-3. PMID 3821133. [pranala nonaktif]

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Wang, Juan; Li, Yuan Zhi; Chen, Ren Ren; Bao, Jin Yong; Yang, Gong Ming (Januari 2007). "Comparison of volatiles of banana powder dehydrated by vacuum belt drying, freeze-drying and air-drying". Food Chemistry. 104 (4): 1516. doi:10.1016/j.foodchem.2007.02.029. 
  • von Meysenbug, L.; Fine, Archie (Mei 1936). "Banana powder and the fecal flora of infants". The Journal of Pediatrics. 8 (5): 630. doi:10.1016/S0022-3476(36)80163-2.