Soewandi Roestam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Soewandi Roestam
Gubernur Kalimantan Timur ke-6
Masa jabatan
1983–1988
Bupati Lumajang ke-6
Masa jabatan
1973–1983
Sebelum
Pendahulu
N.G. Subowo
Pengganti
Karsid
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1926-10-24)24 Oktober 1926
Surabaya, Hindia Belanda
Meninggal6 Juli 1990(1990-07-06) (umur 65)
Malang, Indonesia
ProfesiTentara, Politisi
Karier militer
Pihak Kekaisaran Jepang (1943–1945)
 Indonesia (1945–1983)
Dinas/cabang PETA (1943—1945)
TNI Angkatan Darat (1945—1983)
Masa dinas1945-1983
Pangkat Kolonel (pangkat terakhir)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kolonel Inf. (Purn.) H. Soewandi Roestam (24 Oktober 1924 – 6 Juli 1990) adalah Bupati Lumajang ke-6 periode 1973-1983 dan Gubernur Kalimantan Timur ke-6 periode 1983-1988. Sebelum menjadi kepala daerah di Lumajang dan Kalimantan Timur, ia sempat memegang beberapa jabatan militer di Jawa Timur.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Soewandi lahir di Surabaya[a] pada tanggal 24 Oktober 1926. Dia mengawali pendidikannya di HIS dan lulus pada tahun 1939. Kemudian, Soewandi melanjutkan ke MULO dan lulus pada tahun 1942. Pada masa pendudukan Jepang, dia mengikuti kursus elektro pada tahun 1943, sebelum masuk PETA dan menjadi anggota Dai-san Daidan (Batalyon Tiga) hingga tahun 1945.[1] Saat menjadi anggota PETA, Soewandi pernah hampir dihukum mati oleh militer Jepang.[2]

Karir militer[sunting | sunting sumber]

Semasa Revolusi Nasional, Soewandi menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan tergabung dalam Divisi VII/Untung Suropati. Dia menjadi anggota Batalyon I/Resimen 38 sebelum menjadi komandan Batalyon II/Resimen 38. Sebagai anggota BKR, Soewandi terlibat dalam Pertempuran Surabaya.[2] Dia juga terlibat dalam pertempuran di Porong pada tahun 1946, Malang Barat saat Agresi Militer Belanda I, dan Malang saat Agresi Militer Belanda II. Selain itu, Soewandi ikut dalam penumpasan Peristiwa Madiun pada September 1948. Dia pernah bertugas sebagai pengawal Istana Kepresidenan di Yogyakarta dan menjadi saksi hidup Peristiwa 3 Juli.[3]

Setelah pengakuan kedaulatan, Soewandi terlibat dalam penumpasan APRA di Bandung pada tahun 1950. Dia juga terlibat dalam operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat hingga tahun 1951 serta penumpasan gerombolan Malik di Pasuruan pada tahun yang sama. Pada tahun berikutnya, dia menjadi anggota Divisi I TNI Jawa Timur akibat penggabungan Divisi VII/Untung Suropati ke dalamnya, sebelum kemudian menjadi anggota KodamVII/Brawijaya. Pada tahun 1953, Soewandi lulus dari Sekolah Pendidikan Infanteri (SPI) Cimahi, kemudian melanjutkan di Sekolah Komando Satu (Kopaltu) dan lulus pada tahun 1956.[1]

Soewandi pernah menjadi pelatih dengan jabatan Komandan Kompi di Depot Pendidikan yang berkedudukan di Jember dari tahun 1954 hingga 1960. Dia kemudian menjadi Komandan Kursus Kompi di Rindam VII/Brawijaya di Malang hingga tahun 1964. Selain menjadi pengajar, Soewandi juga pernah menjabat sebagai Komandan Kodim (Dandim) 0833 di Malang dan Dandim 0321 di Lumajang hingga tahun 1973.[1][2]

Menjadi birokrat[sunting | sunting sumber]

Soewandi memulai karirnya sebagai birokrat ketika diangkat menjadi Bupati Lumajang pada tahun 1973 merangkap Perwira Koordinator Kekaryaan ABRI (Pakokarda) Tingkat II Kabupaten Lumajang. Sebagai bupati, dia terlibat dalam operasi penanggulangan banjir lahar dari Gunung Semeru di Lumajang Selatan pada tahun 1976 dan 1977. Saat menjabat sebagai bupati, dia lulus dari Kopalda pada tahun 1974. Pada tahun 1983, Soewandi ditunjuk menjadi Gubernur Kalimantan Timur dan menjabat hingga tahun 1988. Selain itu, dia juga terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1985 sebagai utusan daerah Kalimantan Timur.[2][3]

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Soewandi menikah dengan seorang wanita bernama Soelastyaningsih. Pernikahan tersebut membuahkan sembilan anak. Dia dikenal sebagai pribadi yang ceplas-ceplos dan merakyat. Selama menjadi gubernur, Soewandi kerap kali melakukan kunjungan ke berbagai perkampungan, bahkan sampai dijuluki "gubernur kampungan". Meski demikian, dia merasa bangga akan julukan tersebut. Dia mengubah nama kediaman Gubernur Kalimantan Timur dari Pendopo menjadi Lamin Etam, yang berarti "rumah kita". Soewandi juga menerima kunjungan dari rakyat ke rumahnya, selama tidak lewat tengah malam, dan tidak membatasi tamu-tamunya. Di kalangan terdekatnya, dia dijuluki "Wandi Londo" karena tubuhnya yang tinggi dan kulitnya yang putih.[2]

Warisan[sunting | sunting sumber]

Namanya diabadikan menjadi nama beberapa ruas jalan di Kelurahan Gunung Kelua, Kota Samarinda.

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sumber lain menyebutkan Lumajang sebagai tempat kelahirannya

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Lembaga Pemilihan Umum 1987, hlm. 191.
  2. ^ a b c d e "Apa dan Siapa: H. Soewandi". ahmad.web.id. 2016-03-24. Diakses tanggal 2016-06-28. 
  3. ^ a b Lembaga Pemilihan Umum 1987, hlm. 191-192.

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]

Jabatan politik
Didahului oleh:
Erry Soepardjan
Gubernur Kalimantan Timur
1983–1988
Diteruskan oleh:
Muhammad Ardans
Didahului oleh:
N.G. Subowo
Bupati Lumajang
1973–1983
Diteruskan oleh:
Karsid