Sungai Musi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sungai Musi
سوڠي موسي
Bioa Musêi
Sungai Musi dengan Jembatan Ampera
Daerah aliran sungai Musi
Lokasi
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Selatan
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiPegunungan Bukit Barisan
 - lokasiBukit Kelam,[1] Kabupaten Rejang Lebong
Muara sungaiSelat Bangka, Laut China Selatan
 - lokasiKota Sungsang
Panjang720 km (450 mi)
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Musi[2]
Kode DASDAS130077[2]
Luas DAS77.964 km2 (30.102 sq mi)
Pengelola DASBPDAS Musi[2]
Wilayah sungaiWS Musi-Lemau-Banyuasin
Kode wilayah sungai01.40.A2
Otoritas wilayah sungaiBBWS Sumatera VIII
Markah tanahJembatan Ampera, Kelenteng Hok Tjing Bio
JembatanJembatan Ampera
Informasi lokal
Zona waktuWIB (UTC+7)
GeoNames1634647
Peta

Sungai Musi, dikenal pula sebagai Sungi Musi (Jawi: سوڠي موسي) dalam bahasa Melayu Palembang atau Bioa Musêi (Bioa Musai) dalam bahasa Rejang,[3] adalah sebuah sungai lintas provinsi, yang mengaliri wilayah provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, Indonesia.[4] Dengan panjang 720 km,[5] tidak jauh dari muaranya di Selat Bangka, sungai ini membelah Kota Palembang menjadi dua bagian, Ilir dan Ulu. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh Jembatan Ampera yang merupakan ikon Palembang dan tiga jembatan lainnya. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.

Lukisan kota Palembang yang dilalui sungai Musi, oleh Jan van der Laen

Hulu sungai[sunting | sunting sumber]

Hulu Sungai Musi berada di Bukit Kelam, sekitar 15 kilometer dari Curup, ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.[1][6] Air sungai Musi di titik paling awalnya memancar dari dasar tebing di Bukit Kelam, dengan lebar 5 meter dan kedalaman semata kaki, dengan dasar berupa batu-batu kerikil. Air dari tebing tersebut turun ke arah tenggara dan semakin membasar setelah menyatu dengan air dari sumber-sumber lain, termasuk puluhan anak sungai, dan mengalir hingga 720 km panjangnya sebelum bermuara ke Selat Bangka.[1] Bagian hulu sungai ini dalam kebudayaan Rejang dikenal sebagai Luak Ulu Musi.

Hidrologi[sunting | sunting sumber]

Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian kawasan, yaitu Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan. Sungai Musi, bersama dengan sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang.

Sungai Musi disebut juga "Batanghari Sembilan[7]" yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut adalah:[8][9]

  1. Sungai Komering
  2. Sungai Rawas
  3. Sungai Leko
  4. Sungai Lakitan
  5. Sungai Kelingi
  6. Sungai Lematang
  7. Sungai Rupit
  8. Sungai Ogan

Lahan seluas 3 juta ha di daerah aliran sungai (DAS) Musi dianggap kritis akibat maraknya penebangan liar. Kondisi ini dapat memicu banjir bandang dan tanah longsor.DAS Musi secara geografis terletak pada 103° 34’ 12 “ – 105°  0’ 36” BT dan 02° 58’ 12”  -  04° 59’ 24” LS dengan luas 7.760.222, 86 Ha.  Secara administrasi DAS Musi termasuk pada 4 (empat) provinsi yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi dan Lampung. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan yang masuk ke dalam DAS Musi meliputi 17 (tujuh belas) Kabupaten/Kota atau seluruh Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan.

Daerah aliran sungai[sunting | sunting sumber]

Daerah aliran sungai (DAS) Musi dikelola oleh BPDASHL Musi Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang masuk pada DAS Musi meliputi Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, sedangkan Kabupaten di Provinsi Jambi yang masuk pada DAS Musi meliputi Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Muaro Jambi. Dan kabupaten di Provinsi Lampung Barat yang masuk pada DAS Musi meliputi Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Way Kanan. DAS Musi berbatasan dengan DAS Ketahun di sebelah barat dan DAS Batanghari di sebelah utara.[10]

Sub DAS[sunting | sunting sumber]

DAS Musi yang terbagi kedalam beberapa sub-DAS antara lain:[11]

  • Sub DAS Banyuasin
  • Sub DAS Batang Pelidang
  • Sub DAS Batanghari Leko
  • Sub DAS Baung
  • Sub DAS Bungin
  • Sub DAS Calik
  • Sub DAS Deras
  • Sub DAS Kelingi
  • Sub DAS Kikim
  • Sub DAS Komering
  • Sub DAS Lakitan
  • Sub DAS Lalan
  • Sub DAS Lematang
  • Sub DAS Macan
  • Sub DAS Medak
  • Sub DAS Musi Hilir
  • Sub DAS Musi Hulu
  • Sub DAS Ogan
  • Sub DAS Rawas
  • Sub DAS Soleh
  • Sub DAS Semangus
  • Sub DAS Sugihan

Geografi[sunting | sunting sumber]

Sungai ini mengalir di bagian selatan pulau Sumatra yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[12] Suhu rata-rata setahun sekitar 24 °C. Bulan terpanas adalah Juli, dengan suhu rata-rata 26 °C, and terdingin Februari, sekitar 23 °C.[13] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2579 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah April, dengan rata-rata 344 mm, dan yang terendah September, rata-rata 99 mm.[14]

Objek wisata di tepi Sungai Musi[sunting | sunting sumber]

  • Jembatan Ampera
  • Benteng Kuto Besak
  • Restoran terapung Riverside
  • Restoran terapung Warung Legenda
  • Rumah Rakit
  • Pulau Kemaro
  • Bagus Kuning
  • Sungai Gerong
  • Pasar 16 Ilir
  • Kampung Kapitan
  • Kampung Arab

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Widiantoro, Wisnu; J. P., Slamet (8 Mret 2010). "Jelajah Musi 2010: Susahnya Mencari Titik Hulu Musi". Kompas.id. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  2. ^ a b c https://hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011
  3. ^ Handayani 2014, hlm. 33, 51, 64, 98.
  4. ^ Air Musi - Geonames.org.
  5. ^ Tim Ekspedisi Jelajah Musi 2010 (8 Maret 2010). "Jelajah Musi 2010: Selalu Banjir, tetapi Masih Sepenting Dulu". Kompas.id. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  6. ^ "Perpustakaan Digital Limnologi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-22. Diakses tanggal 2021-08-29. 
  7. ^ yusmino,Dkk, boby agus (2021). "PERANAN SUNGAI BATANGHARI SEMBILAN SEBAGAI JALUR PEREKONOMIAN DI MASA KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM TAHUN 1659-1714". PERANAN SUNGAI BATANGHARI SEMBILAN SEBAGAI JALUR PEREKONOMIAN DI MASA KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM TAHUN 1659-1714: 117–134. 
  8. ^ Yoana Dianika, Redy Kuswanto, Ruwi Meita, et al. Indonesia Bercerita: Kisah-Kisah Rakyat yang Terlupakan. Pustaka Alvabet, Apr 1, 2017. ISBN 6026577084. Hlm. 133
  9. ^ Jelajah Musi: eksotika sungai di ujung senja: laporan jurnalistik Kompas Penerbit Buku Kompas, 2010. ISBN 9797094855
  10. ^ Kusuma 2007, hlm. 134.
  11. ^ "Cakupan Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-14. Diakses tanggal 2016-04-02. 
  12. ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11: 1633–1644. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. Diakses tanggal 30 January 2016. 
  13. ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-07. Diakses tanggal 2018-12-21. 
  14. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2018-12-21. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Makalah untuk konferensi, seminar, dan simposium[sunting | sunting sumber]

Skripsi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Koordinat: 2°20′35″S 104°55′04″E / 2.34308°S 104.91773°E / -2.34308; 104.91773