Wanga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wanga
Banga, Pigafetta elata
dari Bussu, Desa Tadisi, Sumarorong, Mamasa
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
P. elata
Nama binomial
Pigafetta elata
Sinonim
  • Metroxylon elatum Mart.[2] (basionym)
  • Sagus elata (Mart.) Reinw. ex Blume

Sumber: The Plant List[3]

Wanga[4] atau banga[5] (Pigafetta elata) adalah sejenis palma yang tinggi dan indah; yang menyebar terbatas di wilayah pegunungan di Sulawesi. Batangnya licin dan lurus, acap digunakan sebagai tiang bangunan.

Pengenalan dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Pelepah dan tangkai daun berduri rapat

Pohon palem yang tumbuh tegak lurus, anggun dan indah, soliter, tinggi hingga 35-40 m.[6] Batang dihiasi cincin-cincin keputihan bekas melekatnya pelepah daun. Pelepah, ibu tulang daun, dan tepi anak-anak daun dengan duri-duri yang panjang dan lentur, tersusun rapat. Berumah dua (dioesis); dengan perbungaan yang terletak interfoliar, terkadang menjadi infrafoliar tatkala menjadi buah.[7] Buahnya berukuran kecil serupa buah rotan, hampir bulat (globose), tertutupi oleh 11-12 deret sisik ke arah vertikal.[8]

Wanga menyebar terbatas (endemik) di Pulau Sulawesi. Palem ini merupakan tumbuhan pionir, yang lekas menginvasi habitat-habitat yang terganggu di pegunungan, di mana ia didapati melimpah pada ketinggian antara 300–1500 m dpl. Wanga kerap tumbuh di bekas-bekas tanah longsor, bekas aliran lava yang melapuk, tepian sungai, serta bekas-bekas tanah pertanian yang ditinggalkan yang tumbuh menjadi hutan sekunder. Semainya tampak memerlukan intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk pertumbuhannya.[7]

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Batangnya untuk tiang-tiang penyangga lumbung padi

Dari pohon yang tua diambil batangnya yang lurus, bulat torak, dan berkayu keras, untuk digunakan sebagai tiang bangunan. Di wilayah Mamasa dan Toraja, batang banga ini digunakan sebagai tiang lumbung padi tradisional yang disebut alang; setelah diserut licin kayu ini sukar dipanjat oleh tikus, sehingga padinya aman tersimpan.[9][10] Bagian yang berkayu dari batang banga ini dapat dibelah-belah menjadi semacam papan yang disebut ruyung; yang digunakan untuk lantai atau dinding bangunan.[6]

Daunnya yang muda (janur), pada masa lalu diproses untuk menghasilkan serat yang dipergunakan sebagai benang. Dari bagian tertentu palem ini juga diambil serupa bahan yang lunak seperti spons, yang digunakan sebagai pangkal anak sumpitan.[4] Bijinya dimakan oleh orang-orang Toraja.[9] Buahnya pun dapat dimakan.[11] Pohonnya yang indah acap ditanam sebagai pohon hias.[9]

Catatan taksonomis[sunting | sunting sumber]

Selama berpuluh tahun, wanga (Pigafetta elata) dikacaukan dan dianggap sama dengan sagu hutan (P. filaris), berdasarkan penyataan Odoardo Beccari pada tahun 1918,[12] yang kemudian dituruti oleh banyak penulis yang lain. Baru delapan puluh tahun kemudian kekeliruan ini diperbaiki oleh John Dransfield, meskipun sebelumnya pada tahun 1970an ia telah pernah diingatkan oleh isterinya, Soejatmi Dransfield, soal perbedaan kedua spesies tersebut.[8]

P. elata berbeda dari P. filaris pada beberapa aspek seperti bentuk buahnya yang cenderung bulat (vs. bentuk gelendong pada P. filaris); sisik-sisik penutup buah dalam 11-12 deret vertikal (vs. 13-15 deret); bentuk biji yang bulat pendek (vs. bersudut); duri-duri pada pelepah daun yang berderet rapat (vs. agak renggang, berjarak). Pelepah dan tulang daun utama pada P. elata cenderung berwarna gelap, sementara pada P. filaris tersaput warna kelabu keputih-putihan seperti berbedak.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kerchove de Denterghem, Oswalde, comte de 1878. Les palmiers; histoire iconographique, géographie--paléontologie--botanique--description--culture--emploi, etc., avec index général des noms et synonymes des espèces connues ...: 253. Paris :J. Rothschild, 1878.
  2. ^ Martius, Carol. Frid. Phil. de. 1838. Historia naturalis palmarum ed. 1. vol. 3: 216. Tab. 102. Lipsiae: T.O. Weigel, [1823-50]
  3. ^ The Plant List: Pigafetta elata (Mart.) H.Wendl.
  4. ^ a b Rumpf, G.E. 1741. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars I: 85. Amstelaedami:apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCL.
  5. ^ van Balgooy, M.M.J. (Ed.) 2008. Pengenalan jenis-jenis pohon yang umum di Sulawesi: 89. Palu: Untad Press. ISBN 978-970-3701-64-6
  6. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 390-1. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 335-6)
  7. ^ a b PalmWeb: Pigafetta (Blume) Becc.
  8. ^ a b c Dransfield, J. 1998. "Pigafetta". Principes, 42(1): 34-40. Diarsipkan 2012-08-26 di Wayback Machine.
  9. ^ a b c Samsoedin, I. 1998. "Pigafetta (Blume) Becc." in MSM. Sosef, LT. Hong, & S. Prawirohatmodjo (Eds.) Plant Resources of South-East Asia 5(3) Timber trees: lesser-known timber: 445-6. Bogor:Prosea Foundation.
  10. ^ Tonapa, N., Y. Jusuf, & M.A.S. Mahbub. 2014. "Pemanfaatan dan Pelestarian Pohon Wanga (Pigafetta elata) di Lembang Mai’ting Kecamatan Rindingallo Kabupaten Toraja Utara". Diarsipkan 2016-05-06 di Wayback Machine.
  11. ^ Panannangan, FD. & J. Oktavina. 2012. "Pigafetta elata (Blume)H. Wendl." Diarsipkan 2016-04-20 di Wayback Machine. Informasi Singkat Benih no 133, Nopember 2012. Makassar:BPTH Sulawesi.
  12. ^ Beccari, O. 1918. "Asiatic Palms-Lepidocaryeae. The species of the genera Ceratolobus etc." Annals of The Royal Botanic Garden, Calcutta vol. 12(2): 102. (Pigafetta pp. 99-103.)

Pranala luar[sunting | sunting sumber]