Yosefologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Santo Yosef dan Kanak-Kanak Yesus, karya Guido Reni, sekitar tahun 1640

Yosefologi adalah kajian teologi mengenai Yusuf/Yosef, suami Maria, ibu Yesus. Rekam sejarah devosi kepada Santo Yosef dapat dirunut kembali sampai ke tahun 800, dan termuat dalam karya tulis para Doktor Gereja karena Tomas Aquinas pernah menulis tentangnya.[1] Dengan berkembangnya Mariologi, kajian teologi mengenai Yosef ikut pula berkembang, dan pusat-pusat Yosefologi pun akhirnya dibentuk pada era 1950-an.[2] Kajian teologi modern mengenai Yosef merupakan salah satu dari disiplin-disiplin ilmu teologi termutakhir.[3]

Sejarah dan latar belakang[sunting | sunting sumber]

Awal kemunculan[sunting | sunting sumber]

Pernyataan bahwa Yosef senantiasa perjaka di dalam makalah Melawan Helvidius yang ditulis Hieronimus sekitar tahun 383 melempengkan jalan bagi aspek-aspek devosi kepada Santo Yosef yang muncul kemudian hari.[4] Rekam sejarah tertua mengenai devosi formal kepada Santo Yosef di dalam Gereja Barat terdapat dalam Martirologi Rheinau, ikhtisar hal-ihwal orang-orang kudus yang ditemukan di kawasan utara Prancis dan diperkirakan berasal dari tahun 800. Penyebutan Yosef sebagai Nutritor Domini (Pengasuh Tuhan), yang muncul pada abad ke-9, kian meningkat seiring berkembangnya Mariologi.[5] Pada abad ke-12, selain menganjurkan devosi kepada Santa Maria, para rahib Benediktin juga mulai menganjurkan devosi kepada Santo Yosef dalam karya-karya tulis mereka, dan mencantumkan namanya di dalam kalender-kalender liturgi maupun martirologi mereka.[6][7]

Pada abad ke-13, Tomas Aquinas, Doktor Gereja dari tarekat Dominikan, berwacana tentang betapa pentingnya kehadiran Yosef dalam rencana inkarnasi, karena Maria mungkin saja sudah tewas dirajam orang-orang Yahudi sezamannya andaikata tidak bersuami, dan karena kanak-kanak Yesus sepatutnya membutuhkan asuhan dan perlindungan seorang ayah insani.[8] Yosefologi Aquinas kerap mendampingkan Yosef dengan Maria.[9]

Pada abad ke-15, Bernardinus dari Siena, Petrus dari Ailly, dan Jean Gerson, Kanselir Gereja Katedral Notre-Dame de Paris, memberikan sumbangan besar bagi perkembangan Yosefologi.[5] Jean Gerson menulis sebuah makalah panjang dalam bahasa Prancis dengan judul Consideration sur Saint Joseph dan sebuah puisi yang terdiri atas 120 larik dalam bahasa Latin mengenai Santo Yosef. Dari tahun 1416 sampai 1418, Jean Gerson menyampaikan khotbah-khotbah tentang Santo Yosef di hadapan sidang Konsili Konstanz. Banyak sekali tema Mariologi yang ia gunakan dalam khotbah-khotbah tersebut.[10]

Abad ke-16 sampai abad ke–19[sunting | sunting sumber]

Perkembangan devosi kepada Santo Yosef tampak pada nama gereja pertama yang didedikasikan kepadanya di Roma, yakni gereja San Giuseppe dei Falegnami yang didirikan pada tahun 1540 di Forum Romanum, tepat di atas bangunan penjara yang dipercaya sebagai tempat Rasul Petrus dan Rasul Paulus pernah ditahan.[11] Penyebaran devosi kepada Santo Yosef tampak pada penerbitan Litani Santo Yosef yang pertama di Roma pada tahun 1597, dan munculnya amalan pemakaian tali Santo Yosef di Antwerpen pada tahun 1657. Sesudah itu, muncul pula doa kaplet Santo Yosef pada tahun 1850, dan amalan pengenaan skapulir Santo Yosef oleh tarekat Kapusin yang disetujui pada tahun 1880.[12] Pada abad ke-17, muncul venerasi formal kepada Keluarga Kudus yang diprakarsai Monsinyur François de Laval.

Sejak abad ke-16, sejumlah orang kudus Katolik berdoa kepada Santo Yosef, meminta pertolongan maupun perlindungannya, dan mengajak orang lain untuk melakukannya. Dalam bukunya, Pengantar Kepada Kehidupan Saleh, Fransiskus de Sales mengikutsertakan Santo Yosef dan Perawan Maria dalam daftar orang kudus yang perlu diminta syafaatnya dalam doa seusai pemeriksaan batin.[13] Teresia dari avila menganggap kesembuhannya sebagai anugerah yang ia peroleh berkat syafaat Santo Yosef. Ia juga merekomendasikan Santo Yosef sebagai pensyafaat ulung.[14] Dalam biografinya, Kisah Suatu Jiwa, Teresia dari Lisieux menuturkan bahwa selama beberapa waktu ia berdoa setiap hari kepada "Santo Yosef, Bapa dan Pelindung Para Perawan..." dan mendapatkan perasaan aman dari bahaya.[15] Ketiga tokoh tersebut dihormati sebagai Doktor Gereja oleh umat Kristen Katolik.

Pada tahun 1870, Paus Pius IX memasyhurkan Santo Yosef sebagai "Pelindung Gereja Universal". Meskipun tidak resmi, Santo Yosef juga dihormati sebagai pelindung perjuangan melawan komunisme. Pada tahun 1889, Paus Leo XIII menerbitkan ensiklik Quamquam Pluries (Meskipun Sering Kali), yang berisi imbauannya kepada umat Katolik untuk berdoa kepada Santo Yosef selaku pelindung Gereja, mengingat Gereja sedang menghadapi berbagai tantangan, misalnya peningkatan kemerosotan moral di kalangan generasi muda. Ia menganjurkan agar setiap bulan Oktober, doa Rosario ditambahi doa kepada Santo Yosef, disertai dengan indulgensi.

Perkembangan modern[sunting | sunting sumber]

Seiring berkembangnya Mariologi, berkembang pula kajian teologi mengenai Yosef dalam rangka mendiskusikan perannya di dalam Ekonomi Keselamatan. Tiga pusat kajian Yosefologi dibentuk pada era 1950-an. Yang pertama dibentuk di Valladolid, Spanyol; yang kedua dibentuk di Oratorium Santo Yosef, Montreal; dan yang ketiga dibentuk di Sekolah Tinggi Teologi Viterbo, Italia.[2]

Pada tahun 1989, bertepatan dengan peringatan seratus tahun terbitnya ensiklik Quamquam Pluries, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan Anjuran Apostolik Redemptoris Custos (Pengawal Sang Penebus). Redemptoris Custos adalah salah satu di antara sekian banyak "dokumen penebusan" yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II, dan merujuk kepada ensiklik mengenai Santa Perawan Maria yang berjudul Redemptoris Mater (Bunda Sang Penebus).[16] Anjuran Apostolik ini memuat pembahasan mengenai arti penting Santo Yosef di dalam Keluarga Kudus, dan paparan pandangan Paus Yohanes Paulus II tentang peran Santo Yosef di dalam rencana penebusan.[17] Paus Yohanes Paulus II memosisikan Santo Yosef sebagai pendobrak adat kolot dominasi ayah atas keluarga, dan mendapuknya sebagai sosok ayah penyayang yang patut diteladani.[18][19]

Baca juga[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Untuk analisis mengenai Yosefologi Aquinas, baca A Thomistic Josephology karangan James J. Davis, 1967, Universitas Montreal, ASIN B0007K3PL4
  2. ^ a b P. de Letter, "The Theology of Saint Joseph", The Clergy Monthly, Maret 1955, Tersedia daring di JSTOR
  3. ^ "Sunday - Catholic Magazine". sunday.niedziela.pl. Diakses tanggal 2020-07-24. 
  4. ^ Jerome Contra Patres
  5. ^ a b The liturgy and time, Irénée Henri Dalmais, Aimé Georges Martimort, Pierre Jounel 1985 ISBN 0-8146-1366-7 hlm. 143
  6. ^ Holy people of the world: a cross-cultural encyclopedia, Jilid 3, Phyllis G. Jestice 2004 ISBN 1-57607-355-6 hlm. 446
  7. ^ Bernard of Clairvaux and the shape of monastic thought, M. B. Pranger 1997 ISBN 90-04-10055-5 hlm. 244
  8. ^ The childhood of Christ by Thomas Aquinas, Roland Potter, 2006 ISBN 0-521-02960-0 hlmn. 110-120
  9. ^ Aquinas on doctrine, Thomas Gerard Weinandy, John Yocum 2004 ISBN 0-567-08411-6 hlm. 248
  10. ^ Medieval mothering, John Carmi Parsons, Bonnie Wheeler 1999 ISBN 0-8153-3665-9 hlm. 107
  11. ^ The Roman Forum, David Watkin, 2009 ISBN 0-674-03341-8 hlm. 128
  12. ^ Ann Ball, 2003, Encyclopedia of Catholic Devotions and Practices ISBN 0-87973-910-X hlm. 520
  13. ^ Introduction to the Devout Life, St. Francis de Sales ISBN 0-7661-0074-X Kessinger Press, 1942, hlm. 297
  14. ^ The interior castle, St. Teresa of Avila, Paulist Press, 1979, ISBN 0-8091-2254-5 hlm. 2
  15. ^ The Story of a Soul, Therese De Lisieux Bibliolife 2008 0554261588 page 94
  16. ^ Foundations of the Christian way of life, Jacob Prasad, 2001 ISBN 88-7653-146-7 hlm. 404
  17. ^ "Redemptoris Custos (15 Agustus 1989) | Paus Yohanes Paulus II". www.vatican.va. Diakses tanggal 2020-07-24. 
  18. ^ Cradle of redeeming love: the theology of the Christmas mystery, John Saward, 2002 ISBN 0-89870-886-9 hlm. 230
  19. ^ Divine likeness: toward a Trinitarian anthropology of the family, Marc Ouellet ISBN 0-8028-2833-7 hlm. 102

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Discovering Saint Joseph, Andrew Doze, 1991 ISBN 0-85439-383-8
  • Josephology and its advancement since the time of Pius IX, Jean Edward Furey, 1961, Lembaga Pers Universitas St. Bonaventura, Allegany New York