Zionisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Zionis)

Zionisme (Ibrani: צִיּוֹנוּת, translit: Tsiyonut) adalah gerakan nasionalis Yahudi internasional yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah negara Yahudi di wilayah Palestina.[1][2] Gerakan Zionis muncul di Eropa tengah dan timur pada akhir abad kesembilan belas dan menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk bermigrasi ke tanah Palestina dengan tujuan kembali kepada tanah nenek moyang mereka (Eretz Israel) dan menghasilkan masyarakat ekslusif murni Yahudi untuk membebaskan diri dari Antisemitisme dan penganiayaan yang terjadi pada mereka selama ribuan tahun. Orang-orang Yahudi terakhir menempati tanah Palestina pada zaman Kekaisaran Romawi dibawah pemerintahan raja-raja dinasti Hasmonean, dan pada tahun 132-135 M mereka memberontak terhadap Romawi dan kalah dan dibuang oleh Kaisar Hadrian yang akhirnya merubah nama daerah tersebut dari Yudea menjadi Provinsi Romawi Syria-Palaestina dan menganeksasi penuh daerah tersebut sebagai balas dendam dengan tujuan untuk menghapus jejak orang-orang Yahudi. Para Diaspora dan pemimpin gerakan Zionis menyerukan pembentukan negara yang diinginkan di wilayah tersebut yang saat itu dikuasai Kesultanan Utsmaniyah.[1][3]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Kata "Zionis" berasal dari kata Ibrani "Zion" (bahasa Ibrani: ציון), yang merupakan salah satu nama panggilan Gunung Sion di Yerusalem seperti yang disebutkan dalam kitab Yesaya,[4] sementara istilah Sion pertama kali disebutkan dalam Perjanjian Lama ketika disajikan kepada Raja David, yang mendirikan kerajaannya 1000–960 SM. Istilah ini diciptakan oleh filsuf Nathan Birnbaum pada tahun 1890, untuk menggambarkan gerakan Pecinta Sion, dan penunjukan mengadopsi Kongres Zionis pertama pada tahun 1897.[5]

Istilah Zionisme juga dinisbahkan kepada sebuah tempat bernama "zion" di Yerusalem yang disebutkan di dalam Kitab Mazmur 9:12. Dalam ayat ini, Zion dinyatakan sebagai tempat bersemayam bagi Tuhan, sehingga menjadi tempat bermazmur. Zion menjadi tempat untuk mengadakan upacara persembahan kepada Tuhan. Pemilihan tempat ini dilakukan setelah Raja Daud menaklukkan Yerusalem dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaannya.[6]

Kronologi sejarah[sunting | sunting sumber]

Pemikir Zionis mengatakan bahwa kebutuhan untuk mendirikan tanah air nasional Yahudi kuno muncul, terutama setelah penawanan Babilonia di tangan Nebukadnezar, serta kepercayaan dari orang-orang Yahudi yang beragama bahwa "tanah perjanjian" (nama Yahudi untuk tanah Palestina) "Tuhan telah menganugerahkannya kepada anak-anak Israel, pemberian ini abadi dan tidak dapat diubah" kecuali mereka tidak melakukannya. Mereka sangat antusias tentang Zionisme, mengingat bahwa Tanah Perjanjian dan Negara Israel tidak boleh didirikan oleh manusia seperti yang terjadi, tetapi harus dibangun oleh Mesias yang ditunggu-tunggu.

Pada pertengahan abad kesembilan belas dua rabi muncul, menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk membuka jalan bagi Mesias untuk mendirikan tanah air nasional. Filsuf Jerman-Yahudi Moses Hess muncul di bukunya Roma dan Yerusalem dan mengatakan bahwa masalah Yahudi terletak pada tidak adanya tanah air nasional untuk orang-orang Yahudi.

Peristiwa berturut-turut dengan cepat antara tahun 1890-1945 dan permulaan peristiwa adalah tren anti-Semit di Rusia, melalui kamp kerja keras yang didirikan oleh Nazi di Eropa dan berakhir dengan pembakaran massal orang-orang Yahudi (Holocaust) dan lainnya oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Keinginan di antara orang-orang Yahudi yang selamat tumbuh dari semua yang disebutkan untuk menciptakan entitas yang akan merangkul orang-orang Yahudi, dan mayoritas orang Yahudi diyakinkan untuk membangun sebuah entitas untuk mereka di Palestina.

Dari apa yang dinyatakan Profesor Shlomo Sand tentang topik ini, wilayah Kekaisaran Rusia barat yang dihuni oleh kelompok-kelompok besar Yahudi menghadapi tekanan yang meningkat dari populasi Rusia sekitar tahun 1881, yang menciptakan kondisi kehidupan yang sulit yang menyebabkan banyak dari mereka (sekitar 2,5 juta orang Yahudi) bermigrasi. Menuju Eropa. Di Eropa, orang-orang Yahudi (Eropa) takut akan meningkatnya permusuhan terhadap Yudaisme karena imigrasi dari Rusia, dan mereka memaksa imigran untuk melanjutkan imigrasi ke Amerika Serikat. Tetapi pada saat yang sama, orang-orang Yahudi yang kaya mulai mencari solusi lain untuk mengurangi tekanan masuknya pengungsi. Baron Maurice de Hirsch menyumbangkan pendirian koloni di Argentina. Adapun Baron Edmund de Rothschild, ia melakukan hal yang sama di Palestina.[7]

Dasar keyakinan[sunting | sunting sumber]

Kaum Zionis yang mengusung Zionisme memperoleh dukungan dari orang-orang Yahudi karena pengaitan namanya dengan kata "zion". Keterhubungan keduanya mengenai kisah pembuangan orang Yahudi di Babilonia yang disebutkan dalam kitab Mazmur 137:1, Kitab Yesaya 51:3 dan Kitab Yesaya 52:1–2. Ketiganya mengisahkan kerinduan bangsa Yahudi untuk kembali ke Zion yang merujuk ke Yerusalem.[8] Dukungan dan kepercayaan kepada Zionisme merupakan akibat dari pengidentikan kondisi bangsa Yahudi dalam pengusiran ke Babilonia dengan pengusiran dan penganiayaan di Eropa.[9]

Tanggapan keagamaan[sunting | sunting sumber]

Yahudi Haredi dan Neturei Karta[sunting | sunting sumber]

Yahudi Haredi dan Neturei Karta merupakan dua kelompok yang menentang zionisme. Kelompok Yahudi Haredi meyakini bahwa tanah Israel memang telah menjadi tanah yang dijanjikan kepada mereka oleh Tuhan. Namun, Tuhan tidak memberikan tanah ini kepada bangsa Yahudi karena ketidakpercayaan mereka sendiri kepada perjanjian dari Tuhan. Kelompok ini meyakini bahwa tanah Israel akan dikembalikan kepada mereka setelah bangsa Yahudi kembali menaati Taurat. Yahudi Haredi meyakini bahwa segala usaha untuk mempercepat penempatan kembali wilayah Israel merupakan sebuah bentuk ketidaksabaran atas janji Tuhan.[10]

Sementara itu, Neturei Karta merupakan kelompok anti-zionisme yang tidak mengakui keberadaan negara Israel. Mereka menganggap bahwa negara Israel merupakan hasil dari zionisme yang tidak bertuhan. Kelompok ini mendukung Palestina dan memperjuangkan internasionalisasi Yerusalem. Keyakinan mereka berasal dari Kitab Talmud yang berisi perintah Tuhan untuk tidak merebut tanah Israel dengan kekerasan. Selain itu, mereka meyakini dari kitab tersebut bahwa Tuhan melarang pemberontakan di wilayah yang di dalamnya tersebar penduduk Yahudi. Neturei Karta juga meyakini bahwa Tuhan melarang bangsa Yahudi untuk mempercepat kedatangan Mesias secara prematur. Kelompok ini menganggap zionisme telah mengubah konsep "tanah yang dijanjikan" menjadi nasionalisme. Neturei Karta meyakini bahwa zionisme akan mengubah bangsa Yahudi yang tinggal di Israel dan menggunakan Bahasa Ibrani akan menjadi bangsa yang tidak bertuhan.[11]

Gush Emunim[sunting | sunting sumber]

Gush Emunim memiliki keyakinan agama yang bertentangan dengan Yahudi Haredi dan Neturei Karta. Setelah Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967, Gush Emunim memberikan pembiayaan kepada para pemukim Yahudi di Tepi Barat. Tujuan kelompok ini untuk mempromosikan kehidupan Yahudi agar Mesias dapat datang lebih cepat.[12]

Zionisme Religius[sunting | sunting sumber]

Zionisme Religius merupakan kelompok lain yang memberikan dukungan kepada negara Israel, tetapi bukan dari sisi keagamaan. Kelompok ini tidak mempercayai pendirian negara Israel sebagai tanda dari kedatangan Mesias. Zionisme Religius hanya mendukung pendirian negara Israel dan menentang pengembalian wilayah Israel kepada Palestina. Salah satu tokoh utama dalam kelompok ini adalah seorang rabi bernama Yehuda Leib Maimon (1875–1962).[13]

Partai Kach[sunting | sunting sumber]

Partai Kach merupakan kelompok yang meyakini keagamaan Yahudi secara ekstrem. Kelompok ini didirikan oleh Meir Kahane. Salah seorang aktivis pendukungnya yang bernama Yigal Amir melakukan pembunuhan kepada Yitzhak Rabin. Pembunuhan ini terjadi pada tanggal 4 November 1995.[13]

Kekerasan Zionis terhadap Anak-anak[sunting | sunting sumber]

Disaat munculnya gerakan zionis ini membuat hak-hak Palestina dirampas haknya terutama pada Anak-anak, banyaknya kekerasan terhadap anak-anak yang dilakukan Zionis membuat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres meminta Israel untuk menghentikan penggunaan kekerasan senjata terhadap anak-anak.[14] Israel sebagai negara Zionis diberi label oleh PBB sebagai salah satu negara yang menjadi pembunuh anak terbesar di dunia.[14]

PBB merilis Laporan menunjukkan Israel telah membunuh lebih dari 56 anak Palestina pada 2018. Itu menjadi jumlah terbesar sejak perang Israel-Hamas di Jalur Gaza pada 2014. Dalam laporan Dewan Keamanan, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengungkapkan, pasukan Israel juga melukai hampir 2.700 anak-anak saat demonstrasi, bentrokan, dan operasi penangkapan.[butuh rujukan]

Zionisme dan dunia[sunting | sunting sumber]

Zionisme merupakan salah satu gerakan politik yang terbentuk akibat adanya penindasan atas bangsa Yahudi di Eropa. Sementara gerakan bangsa Yahudi lainnya adalah asimilasi dengan masyarakat Kristen Eropa-Amerika. Zionisme dimulai sebagai solusi secara politik atas permasalahan penindasan bangsa Yahudi di Eropa. Pada abad ke-20, tujuan Zionisme untuk membentuk sebuah negara Yahudi telah tercapai dengan sukses. Mereka mengembangkan gagasan antisemitisme di Eropa khusunya kepada Yahudi, untuk mengawali pembentukan negara. Pada tanggal 14 Mei 1948, Israel didirikan sebagai negara Yahudi. Pendirian negara Israel hanya memerlukan sekitar 50 tahun sejak diselenggarakannya Kongres Zionis Pertama. Kongres ini diadakan pada tahun 1897.[15]

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1975 menerbitkan Resolusi 3379. Resolusi ini menyatakan bahwa Zionisme adalah sebuah bentuk rasisme. Resolusi ini lolos dengan 72 suara yang mendukung, 35 menolak dan 32 abstain. Jumlah 72 suara yang mendukung ini termasuk 20 negara Arab, 12 negara lainnya dengan mayoritas Muslim, termasuk Turki yang mengakui Israel kala itu, 12 negara komunis, 14 negara Afrika non-Muslim dan 14 negara lainnya termasuk Brasil, India, Meksiko, dan Portugal.[16]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Motyl 2001, hlm. 604..
  2. ^ "Zionisme". Pusat Referensi Sastra Melayu (edisi ke-Kamus Papan Edisi Keempat). DBP. 2008. Diakses tanggal Juli 2020. 
  3. ^ David Hazony, Yoram Hazony, dan Michael B. Oren, eds., "Esai-esai Baru tentang Zionisme," Shalem Press, 2007.
  4. ^ "וּפְדוּיֵי ה 'יְשֻׁבוּן וּבָאוּ צִיּוֹן בְּרִנָּה, וְשִׂמְחַת עוֹלָם עַל רֹאשָׁם, שָׂשׂוֹן וְשִׂמְחָה יַשִּׂיגוּ, וְנָסוּ יָגוֹן וַאֲנָחָה"
  5. ^ Organisasi Zionis Dunia, Ensiklopedia Palestina, Volume IV
  6. ^ Husaini 2005, hlm. 59.
  7. ^ Sand, Shlomo. Penemuan tanah Israel. Diterjemahkan dari bahasa Ibrani oleh Antoine Shalhat dan Asaad Zoubi, Pusat Studi Palestina Palestina, Madar. Ramallah 2013. hlm. 181-182
  8. ^ Husaini 2005, hlm. 59-60.
  9. ^ Husaini 2005, hlm. 60.
  10. ^ Husaini 2005, hlm. 60-61.
  11. ^ Husaini 2005, hlm. 61.
  12. ^ Husaini 2005, hlm. 61-62.
  13. ^ a b Husaini 2005, hlm. 62.
  14. ^ a b Sindonews (29 Juli 2019). "PBB Merilis Fakta, Israel Pembunuh Anak Terbesar di Dunia". Sindonews.com. Diakses tanggal 28 Juli 2020. 
  15. ^ Husaini 2005, hlm. 58-59.
  16. ^ Lewis, Paul."U.N. Repeals Its '75 Resolution Equating Zionism With Racism". The New York Times. 17 Desember 1991. Diakses tanggal 9 Mei 2019. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Husaini, Adian (2005). Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal. Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-602-250-517-4. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]