Lompat ke isi

Pembicaraan Pengguna:Guntur Abd Rahman

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Bagian baru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komentar terbaru: 6 tahun yang lalu oleh Kenrick95
Halo, Guntur Abd Rahman.
Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

-- Kℇℵ℟ℑℭK 26 Januari 2018 08.29 (UTC)Balas

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN SEKTOR PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TIKEP

[sunting sumber]

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 4.1.1. Pembentukan Kota Tidore Kepulauan Kota Tidore Kepulauan merupakan daerah otonomi hasil pemekaran wilayah Kabupaten Halmahera Tengah yang secara yuridis diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Wilayah Kota Tidore Kepulauan meliputi sebagian daratan Pulau Halmahera pada bagian barat dan gugus Pulau Tidore yang secara astronomis berada antara 0047’20’’LU – 000’12’’LS dan 127018’15’’127049’20’’BT. Berbatasan dengan 5 Kabupaten/Kota, yakni Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Tengah dan Kabupaten Halmahera Selatan. Dengan luas wilayah ±2.793,686 km2 yang terbagi atas daratan ±1.680,295 km2 (60,15%) dan laut ±1.113,391 km2 (39,85%) dengan panjang garis pantai ±219,75 km. Secara administratif wilayah Kota Tidore Kepulauan terbagi atas 8 kecamatan dan 72 keluarahan/desa. Dari 72 kelurahan/desa tersebut, sebanyak 52 kelurahan/desa diantaranya berada di wilayah pesisir sebagaimana diperlihatkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Luas Wilayah Daratan Kota Tidore Kepulauan Per Kecamatan Berdasarkan Hasil digitasi peta.

No Kecamatan

Luas wilayah

Jumlah kel/desa


(Km)

(%)

pesisir

Total 1 Tidore 21.814 1,3 7 11 2 Tidore selatan 28.598 1,7 8 8 3 Tidore Utara 43.915 2,6 7 12 4 Tidore timur 32.117 1,9 3 4 5 Oba utara 237.609 14,1 9 12 6 Oba tengah 705.841 42,0 4 9 7 Oba 377.619 22,5 9 9 8 Oba selatan 232.737 13,9 5 7

Jumlah Total 1.680.250

100

52

72

(sumber : Olahan data citra) 4.1.2. Kependudukan Merupakan salah satu modal dalam pelaksanaan pembangunan, karena penduduk itu sendiri merupakan objek sekaligus subjek dari pembangunan. Jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan adalah 92.164 jiwa yang terdiri atas laki-laki 46.628 jiwa (50,59 %) dan perempuan 45.536 jiwa (49,1 %) sebaran penduduk utamanya terkonsentrasi di Pulau Tidore yang merupakan pusat aktivitas pemerintah dan perekonomian Kota Tidore Kepualauan. Table 4.2. Luas wilayah dan jumlah penduduk, kepadatan Kota Tidore Kepulauan. Kecamatan Luas wilayah (km2) Jumlah penduduk Kepadatan penduduk (org/m) Tidore selatan 42,40 13,131 310 Tidore utara 37,64 14,573 387 Tidore 36,08 18,475 513 Tidore timur 34,00 7,657 225 Oba 403,67 10,337 26 Oba selatan 196,58 4,892 25 Oba utara 376,00 13, 331 35 Oba tengah 424,00 7, 659 18 TOTAL 1.550, 37 90, 055 1539

4.1.3. Perekonomian Sebagai salah satu indikator makro ekonomi PDRB menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi untuk menghasilkan suatu barang dan jasa di suatu wilayah berdasarkan data PDRB Kota Tidore Kepulauan yang bersumber BPS Kota Tidore Kepulauan menunjukan bahwa nilai PDRB pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku adalah 428,394.78 (juta rupiah). Angka tersebut mengalami peningkatan jika membandingkan dengan data PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar 289,063.17 (juta rupiah) dan tahun 2008 sebesar 342,137.08 (juta rupiah). Presentase peningkatan dari tahun 2007 ke 2008 7,71% dan dari tahun 2008 ke 2010 sebesar 8,49%. Sementara nilai PDRB Kota Tidore Kepualaun pada tahun 2010 atas dasar harga konstan adalah 270,094.52 (juta rupiah) yang juga mengalami kenaikan dari dua tahun sebelumnya yakni 2007 sebesar 225.850,16 (juta rupiah) pada tahun 2008 sebesar 238,918.31 (juta rupiah). Dengan kata lain ada presentasi kenaikan di tahun 2007 sebesar 5,91% dan tahun 2008 sebesar 5,99%. Adanya trend kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan ini memeperlihatkan bahwa terjadi peningkatan produksi barang dan jasa di Kota Tidore Kepulaun. Lebih dari separuh nilai PDRB Kota Tidore Kepulauan tahun 2007 atas dasar harga berlaku bersumber dari sektor pertanian,peternakan, dan kehutanan dengan nilai sebesar 144.779,74 (juta rupaih) atau 51% dari total PDRB di tahun tersebut. Sumbangan terbesar dari nilai tersebut bersumber dari subsektor perkebunan sebesar 63.931,73 (juta rupiah) atau 44,16%, disusul secara berturut-turut adalah subsektor tenaman bahan makanan sebesar 41.556,55 (juta rupiah) atau 28,70%, perikanan sebesar 23.030,59 (juta rupiah) atau 15,91%, kehutanan sebesar 13.202,01 (juta rupiah) atau 9,12% terkecil dari subsektor peternakan dan hasil-hasilnya yakni 3.058,86 (juta rupiah)atau 2,11%. Walaupun mengalami peningkatan nilai dari tahun 2005 ketahun 2007, ternyata dari sisi presentase sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan mengalami trend penurunan, yakni 54,71% (pada tahun 2005), 53,29% (pada tahun 2006) dan 51,00% (pada tahun 2007). Berdasarkan hasil analisa, hanya subsektor perikanan yang mengalami penurunan presentase yakni pada tahun 2005 sebesar 16,20% tahun 2006 meningkat menjadi 16,80% dan pada tahun 2007 menurunan menjadi 15,91%. Fluktuasi ini juga terjadi pada subsektor perkebunan dengan nilai presentase berturut-turut pada kurun waktu 2005-2007 adalah 44,71%, 43,73%, dan 44,15%. 4.1.4. Keunggulan komparatif wilayah Kota Tidore Kepulauan Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat di ukur dengan pertumbuhan ekonomi daerah (economic growth), produktifitas ekonomi daerah (produktivity), pendapatan hasil daerah, tingkat kemiskinan dan pengangguran di daerah. Namun untuk menentukan prioritas tersebut sangat tergantung pada tujuan yang akan dicapai dalam pengembangan daerah setempat. Jika tujuan pembangunan daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka sumber daya di arahkan pada sektor unggulan yang mempunyai nilai daya tertinggi. Sebaliknya jika pembangunan daerah di laksanakan untuk mengejar pemerataan, maka pengembangan lebih di prioritaskan pada sektor unggulan yang menyerap tenaga kerja yang besar. Untuk menyemakan persepsi mengenai sektor basis dan sektor unggulan, khususnya mengenai pengertian dan kriterianya di perlukan metode yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menetapkan sektor basis dan sektor unggulan, di mana Tarigan (2005) menyatakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa sektor ekonomi yang outputnya lebih banyak di ekspor merupakan sektor basis, sedangkan sektor ekonomi yang outpunya lebih banyak digunakan untuk menggunakan permintaan dalam negeri merupakan sektor non basis. Analisis yang di gunakan untuk mengukur suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis adalah dengan menggunakan analisis LQ (location quotient). Sektor ekonomi memiliki keunggulan komparatif untuk di kembangkan Kota Tidore Kepulauan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, serta sektor perdagangan besar dan eceran, sedangkan sektor-sektor ekonomi yang termasuk sektor non basis adalah pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahan, serta sektor jasa-jasa. Sektor ini mempunyai nilai LQ< 1 yang berarti merupakan sektor ini dianggap tidak berpotensi karena bukan sektor basis dan pertumbuhan ekonominya lambat. Maka perlu perhatian karena cukup berpotensi untuk dikembangkan. Sedangkan suatu wilayah memiliki keunggulan kompetitif di banding wilayah lainnya dapat di analisis dengan SSA (Shift Share Analysis). Penentuan strategi yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan dilakukan pendekatan kualitatif menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunitiesand Treaths). Strategi pengembangan di turunkan dengan mempertimbangkan baik kondisi internal maupun eksternal dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengan pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Faktor-faktor penentu kondisi internal menggambarkan peluang (Oppourtunity) dan ancaman (Treath) yang di hadapi oleh para stakeholders dalam pelaksanaan pengembangan sektor perekonomian dan pengembangan wilayah, sehingga permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan dapat teratasi. 4.1.5. Kontribusi Sektor Sektor Perekonomian Dalam Pengembangan Wilayah Dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi terhadap produk domestic regional bruto (PDRB) Kota Tidore Kepulauan adalah terdiri dari Sembilan sektor. Hal ini dapat dilihat pada PDRB Kota Tidore Kepulauan berdasarkan pada harga konstan dengan tahun dasar yaitu 2010. Perkembangan PDRB mempunyai trend yang semakin meningkat, yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp. 201.194.20 juta, pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 213.082.28 juta, pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi Rp. 225.730.16 juta. Pada tahun 2008 sebesar Rp. 238.918.31 juta. Sedangkan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi Rp. 253.056.20 juta, pada tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 270.094.52 juta, dan kemudian pada tahun 2011 sebesar Rp. 286.447.68 juta. Sembilan sektor/lapangan usaha yang tercatat dalam PDRB dalam tahun ke-tahun selalu mengalami peningkatan. Nampak bahwa sektor pertanian masih lebih mendominasi dalam memberikan andil terhadap total PDRB, yaitu sebesar Rp. 102.888.16 juta pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 105.932.47 juta pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 112.389.84 juta pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 119.093.69 juta pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 126.050.90 juta pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 134.993.80 juta pada tahun 2010 dan kemudian pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 162,738.42 juta sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa peranan sektor pertanian masih berada pada posisi yang sangat menjanjikan. Diantara yang paling menonjol adalah sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran dan jasa-jasa. Secara rata-rata, pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan secara sektoral tahun 2005/2009 s.d 2010/2014 lebih besar di capai oleh sektor bangunan sebesar 1,79% diikuit oleh sektor pertanian sebesar 1,51%. Diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 1,21% sektor perdagangan besar dan eceransebesar 1,01%. Tabel 4.3. Data PDRB Kota Tidore Kepulauan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2014 (Juta Rupiah) SEKTOR 2004 2005 2006 2007 2008 1 100,008.45 102,888.16 105,932.47 112,389.84 119,093.69 2 1,195.88 1,211.23 1,274.90 1,255.64 1,285.56 3 11,012 12.748.58 13,090.62 13,283.62 13,310.19 4 338.48 384.31 430.90 394.26 400.07 5 5,012.00 5,029.70 5,337.07 5,489.13 5,850.89 6 42,532.97 49,044.84 56,686.41 62,039.73 67,251.86 7 8,339.27 8,572.98 8,955.56 930,848.00 9,784.37 8 3,398.01 3,545.06 3,645.32 3,701.09 3,887.06 9 17,377.54 17,589.34 17,729.10 17,868.37 18,054.62 TOTAL 178,202.60 201,194.20 213,082.28 225,730.16 238,918.31

2009 2010 2011 2012 2013 2014 126,050.90 134,993.80 144,971.57 150,674.20 158,413.27 162,738.42 1,379.06 1,518.90 1,650.41 1,695.32 1,757.20 1,842.74 13,398.22 13,638.67 14,324.53 14,966.40 15,756.16 16,847.43 453.91 508.25 550.97 601.12 659.19 744.43 6,076.18 6,689.31 7,534.82 7,675.60 8,068.40 8,068.12 72,915.76 78,052.71 80,763.28 89,774.20 96,775.60 98,842.27 10,323.16 11,303.87 11,831.23 12,312.12 12,695.23 13,732.48 3,999.76 4,813.98 4,483.30 4,797.40 5,417.42 6,324.52 18,459.25 19,205.03 20,367.57 21,873.30 23,592.20 24,672.21 253,056.20 270,094.52 286,477.68 304369.66 323,134.67 333,812.62





(Sumber : BPS Kota Tidore Kepulauan ). Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan besar & eceran 2. pertambangan & penggalian 7. Pengangkutan & komunikasi 3. industri pengelolaan 8. Keuangan,persewaan & jasa prshan 4. listrik, Gas & Air bersih 9. Jasa-jasa. 5. bangunan 5.1. Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari berbagai sumber penerbitan, seperti yang di terbitkan oleh badan pusat statistic (BPS), dan sumber-sumber lain yang terkait dengan objek yang diteliti. Data tersebut di gunakan untuk menganalisis perubahan pertumbuhan perekonomian dan kontribusi PDRB pada sektor-sektor ekonomi di kota Tidore Kepulauan dibandingkan perubahan pertumbuhan perekonomian dan kontribusi PDRB pada sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku Utara atau Nasional. Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Location Quotiont (LQ), Shift-Share dan SWOT. Data-data tersebut adalah jumlah PDRB pada sektor-sektor ekonomi atas dasar harga konstan Kota Tidore Kepulauan dan Provinsi Maluku Utara, dimana data tersebut dimulai dari tahun 2004-2014. 5.1.1. Hasil Hitungan Location Quotiont (LQ) Penyajian dalam penelitian ini, sektor perekonomian di rinci menjadi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air minum, bangunan, perdagangan besar dan eceran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa perusahan, dan jasa-jasa. Berikut ini hasil perhitungan LQ dari Tahun 2004-2014. Tabel. 4.4. Hasil analisis Location Quotient (LQ) Kota Tidore Kepuluan menurut sektor perekonomian tahun 2004-2014.

Locationg Question 2004 2008 Rata-rata Pertanian Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik,gas & air minum Bangunan Perdagangan besar daneceran Pengangkutan & komunikasi Keuangan & jasa perusahan Jasa-jasa 1,573345313 0,136676907 0,000214298 0,387684595 1,81516938 1,004089475 0,679466037 0,581772672 1,23250125 1,389236133 0,112364152 0,435236235 0,344352347 1,376288421 1,116261931 0,518885731 0,466405372 0,985580784 1,450388519 0,123471776 0,330221802 0,372227104 1,568253867 1,064964443 0,588922965 0,517349616 1,079444111 Unggul Tdk unggul Tdk unggul Tdk unggul Unggul Unggul Tdk unggul Tdk unggul Unggul

Locationg Question 2009 2014 Rata-rata Pertanian Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik,gas & air minum Bangunan Perdagangan besar daneceran Pengangkutan & komunikasi Keuangan & jasa perusahan Jasa-jasa 1,404250315 0,133878459 0,422869131 0,382923843 1,328313982 1,102293294 0,500979189 0,43686637 0,94002257 1.53303634 0.14949311 0.44611167 0.47079554 1.23933861 0.95442867 0.51292451 0.51025722 0.92246218 1.486144646 0.142385224 0.42729532 0.418380408 1.317346569 1.015134772 0.504663137 0.4578454 0.910329152 Unggul Tdk unggul Tdk unggul Tdk unggul Unggul Unggul Tdk unggul Tdk unggul Unggul

Dari tabel di atas dapat di ketahui, bahwa di wilayah Kota Tidore Kepulauan, selam periode tahun 2004-2014 sektor ekonomi yang tergolong sektor basis atau berpotensi sektor ekspor dengan nilai rata-rata LQ-nya> 1 adalah sektor pertanian sebesar 1.486144646, sektor bangunan dengan rata-rata indeks LQ 1,317346569, sektor perdagangan besar dan enceran nilai LQ sebesar 1.015134772. Dengan demikian sektor-sektor tersebut mempunyai potensi untuk di kembangkan guna meningkatkan laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Sedangkan sektor-sektor yang termasuk sektor non basis adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahan serta sektor jasa-jasa memiliki nilai LQ lebih kecil dari 1, yang berarti sektor-sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan cenderung mengimpor dari wilayah lain atau luar negeri. Walaupun merupakan sektor non basis hanya mampu melayani kebutuhan dalam perekonomian daerah bersangkutan (lokal), bukan berarti tidak dapat dikembangkan namun sektor ini harus di pacu untuk dapat lebih di kembangkan sehingga dapat menajdi sektor basis. Sebenarnya sektor basis tidak dapat lepas dari pengaruh sektor non basis beberapa faktor pendorong majunya sektor basis Kota Tidore Kepulauan antara lain disebabkan luasnya lahan pertanian sehingga terdapat peningkatan produksi tiap tahunnya, di mana sektor pertanian sebagai sektor penunjang terbesar dalam kontribusi PDRB Kota Tidore Kepulauan. Berdasarkan tabel 4.4. juga dapat di ketahui bahwa sektor rata-rata nilai LQ terbesar adalah sektor pertanian sedangkan sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran, masing-masing berada urutan ke dua dan ke tiga. Hal ini menunjukan bahwa kurun waktu tersebut, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat menunjang pembangunan ekonomi Kota Tidore Kepulauan. Secara umum, dari hasil perhitungan LQ di atas terdapat sektor-sektor yang memiliki ke unggulan komparatif maupun kompetitif, pentingnya sangat di perlukan perhatian untuk di kembangkan sebagai sektor unggulan dalam proses pembangunan Kota Tidore Kepulauan di masa yang akan datang. Data produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Tidore Kepulauan menunjukan bahwa sektor pertanian yang memiliki nilai produksi yang paling terbesar, yakni sebesar 100,008.45 pada tahun 2004 meningkat menajdi 119,093.69 pada tahun 2008 dan pada tahun 2014 sebesar 162,738.42. Sektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar bagi PDRB Kota Tidore Kepulauan adalah subsektor perikanan dan perkebunan terhadap pembentukan PDRB Kota Tidore Kepulauan. Sebagian besar masyarakat yang menjadikan sektor pertanian khsusnya perikanan dan perkebunana sebagai mata pencarian utama. Oleh karenaya, subsketor perikanan dan perkebunan ini mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif di bandingkan daerah lain yang ada di Provinsi Maluku Utara. Ini menunjukan bahwa mulai terjadi proses ke arah keseimbangan sektoral dimana peran sektor pertanian mulai naik dan peran sektor-sektor lain mulai menguat. Sedangkan proporsi terendah kontribusinya adalah listrik dan air bersih, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa 90% perekonomian Kota Tidore di pengaruh 3 sektor yaitu pertanian, (perdagangn, besar dan eceran), bangunan. Meningkat proporsi pertanian masih merupakan andalan dalam aktifitas ekonomi, maka pemerintah daerah khsusnya terkait dengan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan perlu mewaspadai perubahan iklim yang mulai tidak menentu, yang akan memepengaruhi siklus musiman, sebab hal tersebut juga akan berpengaruh pada masa tanaman dan panen serta kemungkina penurunan produk perikanan akibat cuaca yang tidak dapat di perkirakan. Dengan demikian, di perlukan perhatian dan keseriusan pemerintah daerah dalam mendorong sektor perdagangan besar dan eceran sebagai sektor yang dapat di andalkan dalam mendorong peningkatan pendapatan masyarakat serta pendapatn daerah. Sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pembentukan PDRB Kota Tidore Kepulauan adalah sektor perdagangan besar dan eceran, yakni sebesar 42,532.97 pada tahun 2004, kemudian pada tahun 2008 meningkat sebesar 67,251.86 dan pada tahun 2013 meningkat sebesar 96.775.79 pada sektor ini juga telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan bagi daerah Kota Tidore Kepulauan. 5.1.2. Analisis Shift Share (SSA) Alat analisis dalam penelitian ini adalah SSA. Metode ini menganalisis pergeseran struktur perekonomian wilayah perencanaan dalam hubungannya dengan perekonomian yang lebih tinggi di tingkatkannya (ardiansyah,2002). Dalam penelitian ini kriteria di peroleh dengan membandingkan kinerja sektor-sektor di wilayah kota tidore kepulaun dengan sistim perekonomian provinsi maluku utara dengan demikian pergeseran hasil pembangunan pada wilayah kota maupun provinsi dapat di ketahui. Hasil analisis dapat menunjukan perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatife dengan sektor-sektor lainnya, apakah perkembangan dengan cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat menunjukan bagaimana perkembangan suatu wilayah bila di bandingkan dengan wilayah lainnya. Tabel 4.5. Komponen pertumbuhan wilayah Kota Tidore Kepulauan menurut sektor perekonomian Tahun 2004-2014 Analisis Shift Share Kota Tidore Kepulauan Sektor E,Nit-n E, Nit E, rit-n E,rit 2004 2014 2004 2014 Pertanian 100.008,45 162,738.42 759.077,11 1.162.725,53 Pertambangan & penggalian 1.195,88 1,842.74 104.487,83 135.015,13 Industri pengolahan 11,012 16,847.43 330.698,00 413.646,77 Listrik,gas & air minum 338,48 744.43 10.426,24 17.319,33 Bangunan 5.012,00 8,068.12 32.973,66 71.305,32 Perdagangan,besar & eceran 42.532,97 98,842.27 505.855,58 1.134.328,38 Pengangkutan & komunikasi 8.339,27 13,732.48 146.566,10 293.248,02 Keuangan & jasa perusahan 3.398,01 6,324.52 69.750,06 135.761,92 Jasa-jasa 17.377,54 24,672.21 168.373,67 292.953,74 PDRB 189,214.60 333,812.62 2,128,208.25

2,656,304.14

Sektor E, Nit-n E, Nt/Nt-n C Regional Growt A B (axb) (c-a) Pertanian 759.077,11 1.70 1,290,431.08 531,353.97 Pertambangan & penggalian 104.487,83 1.70 177,629.31 73,141.48 Industri pengolahan 330.698,00 1.70 562,186.60 231,488.60 Listrik,gas & air minum 10.426,24 1.70 17,724.08 7,297.84 Bangunan 32.973,66 1.70 56,055.22 23,081.56 Perdagangan,besar & eceran 505.855,58 1.70 859,954.86 354,099.28 Pengangkutan & komunikasi 146.566,10 1.70 249,162.37 102,596.27 Keuangan & jasa perusahan 69.750,06 1.70 118,575.10 48,825.04 Jasa-jasa 168.373,67 1.70 286,235.39 117,861.72 PDRB 2,128,208.25 3,617,954.01 1,489,745.76


SEKTOR

E, rit-n E Nit/Nit-n E Nt/Nt-n D Proportional Shift

A B C (b-c) (a)x(d) Pertanian 759.077,11 1.58 1.70 -0.12 -91,089.2532 Pertambangan & penggalian 104.487,83 1.47 1.70 -0.23 -24,032.20 Industri pengolahan 330.698,00 1.43 1.70 -0.27 -89,288.46 Listrik,gas & air minum 10.426,24 1.94 1.70 0.24 250,229.76 Bangunan 32.973,66 1.60 1.70 -0.1 -32,973.66 Perdagangan,besar & eceran 505.855,58 2.27 1.70 0.57 -288,337,06 Pengangkutan & komunikasi 146.566,10 1.52 1.70 -0.18

-2,638.98 Keuangan & jasa perusahan 69.750,06 1.59 1.70 -0.11

-76,725.66 Jasa-jasa 168.373,67 1.35 1.70 -0.35

-58,930,78 PDRB 2,128,208.25 14.75 -66,518.45

SEKTOR E, rit-n E,Nit/Nit-n E, rit-n D Differential Shift

A B C (b x c) (a)-(d)


Pertanian 1.162.725,53


1.58 759.077,11 1,199,341.834


118,771,457.85

Pertambangan & penggalihan 135.015,13

1.47 104.487,83 153,597.11

18,581.98

Industri pengolahan 413.646,77 1.43 330.698,00 472,898.14 59,251.37


Listrik,gas & air minum 17.319,33 1.94 10.426,24 20,226.56 2,907.23

Bangunan 71.305,32 1.60 32.973,66 52,757.85 18,547.47

Perdagangan,besar & eceran 134.328,38

1.27 505,855.58 642.436,58

508,108.20

Pengangkutan & komunikasi 293.248,02 1.52 146.566,10 222,780.72 70,467.30

Keuangan & jasa perusahan 135.761,92 1.59 69.750,06 110,902.54 24,859.38

Jasa-jasa 292.953,74 1.35 168.373,67 227,304.45 65,649.29


PDRB 2,656,304.14

2,128,208.25 2,459,809.20

119,539,830.07

Perhitungan Proportional share Perhitungan Differential Shift Total Regional Growt : 1,489,745.76 Total Proportional Share : -66,518.45 Perhitungan Differential Shift : 119,539,830.07 121,096,094.28 Pengaruh pertumbuhan provinsi, pertumbuhan ekonomi Provinsi selama Tahun 2009-2014, membawa pengaruh positif bagi pertumbuhan PDRB Kota Tidore Kepulauan yang ditandai dengan meningkatnya PDRB sebesar Rp 1,489,745.76 juta. Peningkatan ini terjadi pada semua sektor dengan peningkatan terbesar pada sektor pertanian (118,771,457.85), diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran (508,108,20). kedua sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Kota Tidore Kepulauan. Sedangkan untuk sektor lainnya, merupakan sektor dengan pertumbuhan PDRB yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan sektoral PDRB di provinsi. Komponen pertumbuhan proporsional adalah karena pengaruh antara sektor angka yang bernilai positif itu diuntungkan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya jika sektor tersebut bernilai negatif maka terjadi perubahan kebijakan di salah satu sektor maka sektor tersebut dirugikan atau mengalami penurunan. Namun pertumbuhan ini tidak sama tidak merata untuk masing-masing sektor di Kota Tidore Kepulauan. Keadaan ini menunjukan bahwa komponen pertumbuhan propinsi cukup memberikan pengaruh terdapat peningkatan PDRB Kota Tidore Kepulauan. Hasil perhitungan diatas juga menunjukan bahwa pengaruh bauran industri (industri mix) di Kota Tidore Kepulauan selama periode 2004-2014 tersebut sudah memberikan perubahan yang berarti bagi perekonomian. Berdasarakn pertumbuhan proporsional (PP) sektor-sektor ekonomi di Kota Tidore Kepulauan ada yang memberikan nilai kontribusi secara positif maupun negatif. Sektor yang memiliki pertumbuhan proporsional yang positif jika PP > 0, yaitu sektor pertanian sebesar 17,10%, sektor pertambangan dan penggalian 9,93%, sektor industri pengolahan 156,63, sektor pengangkutan dan komunikasi 10,50, sektor persewaan dan jasa perusahan 17,91, sektor jasa-jasa 71,48%. Artinya ke enam sektor tersebut memilki laju pertumbuhan yang cepat. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB jika PP < 0, yaitu terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih (-,16) persen, sektor bangunan (-1.14) persen, sektor perdagangan besar dan eceran (-183,06) persen,. Artinya ketiga sektor tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat. Sedangkan pengaruh keunggulan kompetitif dari analisis data menunjukan bahwa nilai komponen kompteitif yang dimiliki oleh sektor-sektor di Kota Tidore Kepulauan atau differential shift hasilnya positif. Berdasarkan hasil perhitungan differential shift menunjukan bahwa sektor-sektor yang nilainya positif adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat di banding sektor-sektor lainnya. Dengan demikian, sektor-sektor tersebut dapat di andalkan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan mendatangkan penerimaan bagi pemerintah daerah.

Sektor yang mempunyai peningkatan keunggulan kompetitif atau differential shift positif dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan dalam perekonomian daerah. Hasil perhitungan diatas memperlihatkan bahwa sektor pertanian yang dapat di andalkan dalam memajukan perekonomian Kota Tidore Kepulauan. Namun, secara garis besar sektor pertanian yang mempunyai angka positif lebih di sebabkan karena Kota Tidore Kepulauan merupakan salah satu daerah di Provinsi Maluku Utara yang memiliki potensi usaha di sektor pertanian yang lumayan besar dan mendatangkan penerimaan bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Tabel. 4.6. Matrik Kombinasi LQ-SS

No

Sektor LQ Shift share Matrik kombinasi 1 Pertanian 1.47 B 531,3 C B/C 2 Pertambangan & pengalian 0.14 NB 73,1 L NB/L 3 Industri pengolahan 042 NB 231,4 C NB/C 4 Listrk,gas & air bersih 0.40 NB 7,2 L NB/L 5 Bangunan 1.33 B 23,0 L B/L 6 Perdagangan besar & eceran 1.02 B 354,0 C B/C 7 Pengankutan & komunikasi 0.50 NB 10,2 L NB/L 8 Keuangan,persewaan & jasa perusahan 0.44 NB 48,8 L NB/L 9 Jasa-jasa 0.90 NB 117,8 C NB/C Keterangan : B = basis, NB = non basis, C = cepat, L = lambat Dari hasil analisis matrik kombinasi location quoetion dan shift share (LQ-SS) dapat dilihat sektor-sektor yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta dapat menciptakan lapangan kerja di Kota Tidore Kepulauan, di antaranya sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran yang menjadi sektor basis akan tetapi pertumbuhannya sangat lambat, sedangkan sektor perdagangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahan merupakan sektor non basis dan pertumbuhannya sangat lambat, tetapi pada sektor jasa-jasa pertumbuhannya cepat walaupun sektor tersebut non basis. 1. Sektor pertanian Sektor pertanian merupakan sektor basis di Kota Tidore Kepulauan dan pertumbuhannya cepat karena daera memproduksi barang dan jasa lebih banyak akan perimaan pendapatan masyarakat meningkat, sebab kebanyakan Kota Tidore Kepulauan bekerja pada sektor tersebut. 2. Sektor pertambangan dan penggalian Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor non basis dan pertumbuhannya lambat rendahnya teknologi, kelangkaan SDA, penambangan liar dan ekplorasi berlebihan. 3. Sektor industri pengolahan Sektor industri pengolahan merupakan sektor industri nonbasis di Kota Tidore Kepulauan, indikasi sektor ini adalah rendahnya akses pasar, rendahnya dukungan kelembagaan, modal usaha yang kurang dan teknologi masi minim. Tetapi karena pertumbuhan sektor ini cepat maka yang mendalam terhadap subsektor industri pengolahan sangat penting. 4. Sektor listrik gas dan air bersih Sektor listrik gas dan air bersih bukan menjadi sektor basis di Kota Tidore Kepulauan, serta pertumbuhan sektor yang lambat, ini berarti bagaimana pemerintaan sebagai sinyal yang baik untuk mengembangkan sektor tersebut. sehingga dalam beberapa tahun ke depan sektor ini dapat menjadi sektor basis yang tidak hanya dapat memenuhi pasar lokal tapi juga dapat di melakukan ekspor sehingga akan menamba penerimaan pemerintah. 5. Sektor bangunan Sektor bangunan merupakan sektor basis tetapi pertumbuhannya lambat. 6. Sektor perdagangan besar dan eceran Sektor perdagangan besar dan eceran ini menjadi sektor basis, pertumbuhannya cepat dan merupakan sektor yang unggul dan sangat berhasil dalam konteks perkembangan sektor ekonomi Kota Tidore Kepulauan kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sektor ini berpotensi dalam mendorong kegiatan ekonomi masyarakat. 7. Sektor pengangkutan dan komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor nonbasis dan pertumbuhannya lambat di karenakan belum terpenuhnya pasar lokal, serta terkonsentrasinya aktifitas ekonomi hanya pada daera pusat kota. kurangnya jaringan komunikasi persoalan tersebut juga disebabkan masih belum baiknya sarana dan prasarana publik. 8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor non basis, hal tersebut di sebabkan masih kurang kondusif iklim usaha, sehingga pemanfaatan jasa lembaga keuangan yang masi rendah, selain itu, ketimpangan pembangunan antara daera serta pengetahuan masyarakat yang masih rendah sehingga sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan hanya mampu berkembang di daerah yang suda agak maju masyarakatnya dan infranstruktur. oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong pembangunan di daerah tersebut. 9. Sektor jasa-jasa Sektor jasa-jasa merupakan sektor non basis tetapi pertumbuhannya cepat. hal ini disebabkan masyarakat di daerah lainnya berada dalam keterbelakangan dan kemiskinan sehingga akses terhadap jasa-jasa sudah mulai membaik. kondisi tersebut menuntut pemerintahan untuk terus berupaya mendorong percepatan pembangunan di daerah lainnya. Hal tersebut dapat di tempuh dengan memfokuskan pembangunan pada masyarakat yang berada pada lingkaran kemiskinan, dan pembangunan tersebut di laksanakan oleh masyarakat. 5.1.3. komoditas-komoditas yang ada pada masing-masing kecamatan Kota Tidore Kepulauan Tabel. 4.7. Tanaman Pangan dan Palawija Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi (1) (2) (3) (4) Tidore Selatan - - - Tidore Utara - - - Tidore - - - Tidore Timur - - - Oba 28.30 9.25 23.20 Oba Selatan 253.00 152.70 488.64 Oba Utara - - - Oba Tengah - - - Total 281.3 161.95 511.84

Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman jagung di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi 1 2 3 4 Tidore Selatan 12.00 8.75 4.80 Tidore Utara 24.20 18.68 31.20 Tidore 26.00 19.75 31.60 Tidore Timur 3.50 3.50 3.00 Oba - - - Oba Selatan 27.30 26.30 105.15 Oba Utara 24.00 24.00 72.00 Oba Tengah 7.00 7.00 35.00 Total 124.00 107.98 282.75 Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman Ubi Kayu di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014

Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi

Tidore Selatan 29.50 21.86 181.78 Tidore Utara 17.69 11.93 110.80 Tidore 26.70 17.70 212.40 Tidore Timur 5.50 5.50 80.00 Oba 17.50 17.50 103.00 Oba Selatan 47.60 46.50 1.200.30 Oba Utara 35.00 32.00 168.00 Oba Tengah 9.93 9.50 .50 8.20 Total 189.42 162.49 2.064.68

Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman Kacang Tanah di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi

Tidore Selatan 8.00 7.42 6.00 Tidore Utara 8.25 5.68 14.98 Tidore 7.00 4.50 3.60 Tidore Timur Oba 2.20 2.20 1.12 Oba Selatan 16.50 15.60 12.91 Oba Utara 6.90 3.20 2.70 Oba Tengah 13.00 13.00 130.75 Total 61.85 51.60 172.06







Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman bawang merah di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014

Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi

Tidore Selatan - - - Tidore Utara 1.06 0.87 5.86 Tidore 3.55 2.30 4.14 Tidore Timur - - - Oba 1.50 1.50 9.00 Oba Selatan 0.75 0.65 1.95 Oba Utara 1.70 1.70 3.20 Oba Tengah - - - Total 8.56 7.02 24.15











Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman Cabe di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi

Tidore Selatan 11.25 8.87 7.34 Tidore Utara 12.89 9.25 18.78 Tidore - - - Tidore Timur 1.35 1.35 1.40 Oba 4.00 0.60 0.35 Oba Selatan 5.00 4.78 17.02 Oba Utara 7.00 7.00 15.00 Oba Tengah 7.35 7.35 33.40 Total 48.84 39.20 93.29







Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman Terong di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi

Tidore Selatan 9.25 8.23 5.85 Tidore Utara - - - Tidore 0.85 0.85 0.76 Tidore Timur 0.85 0.85 0.76 Oba 0.75 0.75 0.85 Oba Selatan 2.20 0 2.15 8.60 Oba Utara 5.70 5.70 17.00 Oba Tengah 2.50 2.50 3.25 Total 22.10 21.03 37.07







Luas Tanam,Luas Panen dan Produksi Tanaman Alpokat di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Luas Tanam (ha) Luas Panen(ha) Produksi

Tidore Selatan 4.00 3.41 10.70 Tidore Utara 12.36 5.93 14.88 Tidore 2.00 1.00 0.95 Tidore Timur 10.00 10.00 10.00 Oba - - - Oba Selatan 0.10 0.10 0.80 Oba Utara - - - Oba Tengah 5.00 5.00 25.00 Total 33.46 25.44 87.77






Luas Area dan Produksi Perkebunan Rakyat Tanaman Kelapa di Kota Tidore Kepulauan 2014

Kecamatan Luas Tanaman Jlh total (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ton/ha) Jlh petani (KK) TBM TM TTM 1 2 3 4 5 6 7 8 Tidore Selatan 25.5 23.5 0.5 49.5 28.2 1.2 116 Tidore Utara 157.1 263.4 88.3 508.8 316.1 1.2 2 433 Tidore 4.5 47.0 - 51.5 56.4 1.2 1 958 Tidore Timur - 39.0 - 39.0 46.8 1.2 72 Oba 106.0 4650.5 4 756.5 7440.8 1.6 2 046 Oba Selatan 440.0 1950.0 80.0 2470.0 3120.0 1.6 1 493 Oba Utara 193.0 - - 193.0 - 1.6 803 Oba Tengah 104.0 525.0 23.0 652.0 840 1.6 953 Total 1030.1 7498.4 191.8 8720.3 11848.3 9 874

Luas Area dan Produksi Perkebunan Rakyat Tanaman Cengkeh di Kota Tidore Kepulauan 2014

Kecamatan Luas Tanaman Jlh total (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ton/ha) Jlh petani (KK) TBM TM TTM 1 2 3 4 5 6 7 8 Tidore Selatan 26.0 54.5 1.6 82.1 1 43.6 0.8 685 Tidore Utara 35.3 321.7 35.3 392.3 482.6 1.5 2 433 Tidore 24.0 187.5 25.0 236.5 318.8 1.7 1 958 Tidore Timur 126.0 - 126.0 189.0 1.5 292 Oba 30.7 84.0 - 114.7 100.8 1.2 182 Oba Selatan 3.1 9.4 12.5 11.3 1.2 72 Oba Utara - 97.0 - 97.0 135.8 1.4 254 Oba Tengah 17.0 44.0 61.0 61.6 1.4 Total 136.1 924.1 61.8 1 122.0 1343.4 5 876

Luas Area dan Produksi Perkebunan Rakyat Tanaman Pala di Kota Tidore Kepulauan 2014

Kecamatan Luas Tanaman Jlh total (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ton/ha) Jlh petani (KK) TBM TM TTM 1 2 3 4 5 6 7 8 Tidore Selatan 25.0 72.0 14.0 111.0 86.4 1.2 685 Tidore Utara 131.1 299.0 0.5 430.6 478.4 1.6 2 433 Tidore 53.5 115.0 168.5 184.0 1.6 2 433 Tidore Timur 63.0 206.0 269.0 329.6 1.6 115 Oba 750.0 232.5 - 982.5 279.0 1.2 1 200 Oba Selatan 142.5 12.0 3.0 157.5 14.3 1.2 366 Oba Utara 230.3 125.7 356.0 150.8 1.2 264 Oba Tengah 178.0 251.0 429.0 301.2 1.2 392 Total 1 573.4 1 313.2 14.5 2 904.1 1 823.8 7 413


Luas Area dan Produksi Perkebunan Rakyat Tanaman Coklat di Kota Tidore Kepulauan 2014 Kecamatan Luas Tanaman Jlh total (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ton/ha) Jlh petani (KK) TBM TM TTM 1 2 3 4 5 6 7 8 Tidore Selatan - - - - - - - Tidore Utara - - - - - - - Tidore - - - - - - - Tidore Timur - - - - - - - Oba 151.0 151.0 166.1 1.1 441 Oba Selatan 3.0 40.4 10.6 54.0 44.4 1.1 132 Oba Utara - 42.0 - 42.0 - - 233 Oba Tengah - 21.0 8.0 29.0 23.1 1.1 74 Total 3.0 254.4 18.6 276.0 233.6 760

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Perikanan Laut Perairan Umum Jumlah 1 2 3 4 Tidore Selatan 135 - 135 Tidore Utara 155 - 155 Tidore 90 - 90 Tidore Timur 130 - 130 Oba 90 - 90 Oba Selatan 205 - 205 Oba Utara 90 - 90 Oba Tengah 102 - 102 Total 997 997

Produksi Perikanan Menurut Kecamatan dan Subsektor di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Perikanan Tangkap Perikanan budidaya Jumlah 1 2 3 4 Tidore Selatan 4 220 15.25 4 235 Tidore Utara 3 120 - 3 120 Tidore 4 285 - 4 285 Tidore Timur 950 0.80 951 Oba 750 35.00 785 Oba Selatan 520 - 520 Oba Utara 1 100 12.00 1 112 Oba Tengah 950 15.00 965 Total 15 895 78.05 15 973

Jumlah Alat Tangkap Ikan Menurut Kecamatan dan Jenis Alat Tangkap di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Kecamatan Pukat jaring Pancing Perangkap Huhate Rawai 1 2 3 4 5 6 7 Tidore Selatan - 25 205 22 50 35 Tidore Utara - 16 25 15 42 38 Tidore - 18 52 8 6 25 Tidore Timur - 10 150 - - - Oba - 27 130 - - 15 Oba Selatan - 10 125 - 13 11 Oba Utara - 15 75 10 67 17 Oba Tengah - 112 152 - 38 65 Total - 233 914 55 216 206


Dari hasi di atas menunjukan bahwa Kota Tidore Kepulauan memiliki potensi di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang harus dan meski di kembangkan, di dasarkan dengan hasil produksi per kecamatan di Kota Tidore Kepulauan yang masih memiliki lahan yang luas untuk di produksikan. Luas tanah, luas panen dan produksi tanaman masing-masing perkecamatan di Kota Tidore Kepulauan. Diantaranya yang terdapat di Kota Tidore Kepulauan pada Tahun 2014. Luas panen dan produksi ubi kayu di kecamatan Tidore Selatan adalah luas tanam sebesar 29.50 ha, luas panen 21.86 ha, produksi 181.78. Tidore Utara luas tanam 17.69 ha, luas panen 11.93, produksi 110.80. Tidore Timur luas tanam 5.50 ha, luas panen 5.50 ha, produksi 80.00. Kota Tidore luas tanam 26.70 ha, luas panen 17.70 ha, produksi 212.40. Sedangkan kecamatan Oba luas tanam 17.50 ha, luas panen 17.50 ha, produksi 103.00. Oba Selatan luas tanam 47.60, luas panen 46.50, produksi 1.200.30. Oba Utara luas tanam 35.00 ha, luas panen 32.00 ha, produksi 168.00. Oba Tengah luas tanam 9.93 ha, luas panen 9.50 ha, produksi 508.20. Sedangkan total luas tanam 189.42, total luas tanam 162.49 dan total produksi 2.064.68. Kota Tidore Kepulauan memiliki berbagai macam tanaman yang harus di perhatikan oleh pemerintah Kota Tidore Kepulauan. 1. Produksi Padi mencakup padi di sawah dan padi di ladang. Data produksi padi dan palawija yang disajikan adalah dalam kualitas: gabah kering giling (padi), pipilan kering (jagung), biji kering (kedelai dan kacang tanah), dan umbi basah (ubi kayu dan ubi jalar). 2. Tanaman buah-buahan dan sayuran semusim a. Tanaman sayuran semusim adalah tanaman sumber vitamin,garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang berumur kurang dari satu tahun. b. Tanaman buah-buahan semusim adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa buah, berumur kurang dari satu tahun, tidak berbentuk pohon/rumpun tetapi menjalar dan berbatang lunak. 3. Tanaman buah-buahan dan sayuran tahunan a. Tanaman dan buah-buahan tahunan adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lainlain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa buah dan merupakan tanaman tahunan. b. Tanaman sayuran tahunan adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun atau yang berumur lebih dari satu tahun. 4. Luas panen adalah luas tanman sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias yang diambil hasilnya/dipanen pada perode pelaporan. 5. Luas panen untuk tanaman sayuran : luas tanaman yang dipanen sekaligus /habis/dibongkar dan luas tanaman yang dipanen berkali-kali (lebih dari satu kali)/ belum habis. 6. Produksi adalah hasil menurut bentuk produk dari setiap tanaman sayuran, buah-buahan, biofarmaka dan tanaman hias yang diambil berdasarkan luas yang dipanen pada bulan/triwulan laporan. 7. Bentuk produksi perkebunan adalah; karet kering (karet), daun kering (teh dan tembakau), biji kering (kopi dan coklat), kulit kering (kayu manis dan kina), serat kering (rami), bunga kering (cengkih), refined sugar (tebu dari perkebunan besar), gula mangkok (tebu dari perkebunan rakyat, ekivalen kopra (kopra), biji dan bunga (pala) serta minyak daun (sereh).

5.1.4. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Treats ) Kota Tidore Kepulauan

           Analisis SWOT dalam penelitian ini mengkaji fenomena secara kualitatif tentang faktor-faktor kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman pembangunan ekonomi Kota Tidore Kepulauan.

Tabel 4.8. Matrik IFAS Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating BxR Kekuatan:  Lokasi yang strategis  Memiliki produk unggulan yang pasarannya hingga di ekspor  Lahan pertanian yang luas  Sarana transportasi,komunikasi yang mendukung  Memiliki 3 sektor potensial, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran  Adanya otonomi daerah 0,15 0,10

0,15 0,5

0,5


0,10

  5
  3
  3
  3
  4


  3	

0,75 0,30

0,45 1,5

 0.2


0,30 Kelemahan:  Lahan pertanian luas namun pemanfaatan kurang optimal  Kawasan industri cenderung hanya berkembang di soasio  Struktur kegiatan masih memusat di kawasan pusat kota  Industri yang adakebanyakan industri kecil dan menengah 0,12

0,5

0,13

0,10

  1
  2
  1
  2	

0,12

1

0,13

0,20 Total 1,00 6,75

Pada tabel 4.8 di atas menunjukan secara lengkap matrik faktor strategi internal IFAS (internal strategic faktor analysis summary). pada tabel tersebut terlihat bahwa, faktor kekuatan yang memiliki bobot tertinggi adalah pada faktor lokasi yang strategis, karena dengan keuntungan lokasi yang strategis yaitu di mana Kota Tidore Kepulauan oleh oba akan memberikan dampak positif. Sedangkan pada faktor kelemahan, nilai bobot tertinggi adalah struktur kegiatan masi memusatkan di kawasan pusat kota. Selain itu lahan pertanian yang luas pemanfaatnya kurang optimal dan industri yang ada kebanyakan industri kecil dan menengah, dengan hasil total skor 6,75 ini berarti di atas 5,50 yang artinya Kota Tidore Kepulauan telah mengembangkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang ada. Untuk mengetahui matriks faktor strategis eksternal EFAS (eksternal strategic factor analysis summari). Dapat dilihat pada tabel 4.7 dalam tabel tersebut terlihat bahwa faktor peluang yang memiliki bobot tertinggi adalah Kota Tidore Kepulauan yang berdekatan dengan pusat perdagangan dan pemerintah provinsi Maluku Utara yaitu sofifi dan pembangunan ekonomi di sekitar Kota Tidore Kepulauan maka sangat memungkikan pengembangan yang lebih lanjut, sedangkan faktor ancaman, nilai bobot tertinggi adalah masuknya barang impor dari daerah lain ke daerah tujuan pemasaran hasil produk Kota Tidore Kepulauan, dengan masuknya barang impor maakan akan mengurangi pangsa pasar sehingga akan mengurangi pendapatan.dengan menganalisis total skor faktor-faktor eksternal di peroleh angka sebesar 4,55. Oleh karena total scor berada di atas 1 maka mengindikasikan bahwa Kota Tidore Kepulauan telah merespon peluang-peluang yang ada dan menghindari acaman yang ada pula. Tabel 4.9. Matrik EFAS Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating BXR Peluang:  Lokasi Kota Tidore Kepulauan berdekatan dengan objek-objek wisata dan perdaggangan seperti Kota Ternate  Kota Tidore Kepulauan berdekatan dengan pusat perdagangan pemerintah propinsi maluku utara  Pembangunan ekonomi kabupaten atau kota di sekitar Kota Tidore Kepulauan  Kota Tidore Kepulauan dekat dengan sarana prasarana di pelabuhan di Kota Ternate  Kota Tidore Kepulauan memiliki obyek wisata bahari,sejarah,dan wisata alam yang dapat menarik minat para pengunjung 0,10

0,20


0,5

0,20


0,10

   3
   4


   3
 
  4


   3	

0,30

0,80


1,5

0,80


0,30 Ancaman:  Muda tersaingi dengan daerah lainkarena secara admistrasi Kota Tidore Kepulauan memiliki wilaya yang sempit  Keluarnya para investor dari Kota Tidore kepulauan ke wilayah yang lebih maju  Masuknya brang impor dari daerah lain ke daerah tujuan pemasaran hasiln produk Kota Tidore Kepulauan 0,10


0,10

0,15

   2


   2
   3	

0,20


0,20

0,45 Total: 1,00 4,55

 (sumber : data primer setelah di olah, 2016)

Dengan saling menyilangkan antara faktor-faktor internal, yaitu faktor kekuatan dan kelemahan, dan faktor-faktor eksternal yang dikenal sebagai peluang dan ancaman, serta mempertimbangkan pengaruh interaksi antara silang tersebut. Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis Kota Tidore Kepulauan yaitu dengan membuat matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dengan kelemahan yang di miliki Kota Tidore Kepulauan. Matriks SWOT dapat di lihat dalam tabel 4.10. Tabel 4.10. Matriks SWOT Kota Tidore Kepulauan Strengths (S) o Lokasi yang strategis o Memiliki produksi unggulan yang pasarannya hingga ekspor o Lahan pertanian yang luas o Memiliki 3 sektor potensial, yaitu sektor pertanian,bangunan,sektor perdagangan hotel & restoran o Otonomi daerah o Lokasi pertanian luas namun pemanfaatn kurang optimal o Kawasan industri cenderung hanya berkembang di soasio o Struktur kegiatan masih memusat di kawasan pusat kota o Industri yang ada kebanyakan industri kecil dan menengah

Opportunies (O) o Lokasi Kota Tidore Kepulauan berdekatan dengan pusat perdagangan pemerintah propinsi Maluku Utara o Pembangunan ekonomi kabupaten atau kota di sekitar Kota Tidore Kepulauan o kota tidore kepulauan dengan sarana prasarana seperti bandar udara dan pelabuhan di Kota Ternate Strategi SO o Pengembangan pertanian guna menarik para investor o Memaksimalkan sektor-sektor potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi o Pengembangan industri kecil dengan memberikan kredit untuk petani dan pengusaha kecil o Memanfaatkan kewenangan pemerintah untuk mengoptimalkan sumber daya yang di miliki Strategi WO o Pemanfaatn lahan secara optimal melalui pengembangan komoditas pertanian o Penyusunan kawasan industri dan pengembangan sistem prasarana yang akan di sediakan o Pengembangan pusat-pusat bagian wilayah kota sesuai dengan fungsi yang di tetapkan Treaths (T) o Mudah tersaingi dengan daerah lain karena secara administrasi kota Tidore Kepulauan memiliki wilayah yang sempit o Keluarnya para investor dari Kota Tidore Kepulauan ke wilayah yang lebih maju o Masuknya barang impor dari daerah lain ke daerah tujuan pemasaran hasil produk Kota Tidore Kepulauan Strategi ST o Differiansi produk dari sektor unggulan o Pengembangan dan pengelolaan kegiatan agroindustri o Promosi tentang kota tidore kepulauan guna menarik investor o Pengelolaan sektor basis yang lebih matang guna mampu bersaing Strategi WT o Studi identifikasi jenis industri yang sesuai di kembangkan di Kota Tidore Kepulauan o Efisiensi dan meningkatkan produktifitas terhadap sektor industri

Setelah dilakukan analisis LQ dan Shift share maka dilakukan pemaduan antara kekuatan dan kelemahan peluang dan ancaman melalui analisis SWOT. Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa pembangunan yang telah diraih oleh Kota Tidore Kepulauan salah satunya didukung oleh langkah-langkah yang strategis dalam membangun daerah. Perencanaan pengembangan wilayah akan terwujud dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Dalam hal ini adalah memanfaatkan sektor ekonomi potensial daerah. • Strategi strenghts-opportunities (SO) Strategi ini disusun dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sektor potensial yaitu sektor pertanian dan sektor bangunan, serta sektor perdagangan besar dan eceran, dalam pengembangan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Memanfaatkan kewenangan pemerintah untuk mengoptimalkan sumberdaya yang di miliki. Dengan pengembangan pertanian guna menarik investor di Kota Tidore Kepulauan, dengan lokasi yang strategis mendukung untuk mengembangkan sektor pertanian dan sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran serta pengembangan sektor lainnya. • Strategi weakness Opportunities (W-O) Strategi ini disusun untuk mengurangi kelemahan dengan menggunakan peluang yang ada. Strategi ini terdiri dari pertumbuhan lahan secara optimal melalui pengembangan komoditas pertanian, pemerintah mempunyai wewenang untuk membuat kebijakan khusus dalam pemanfaatan lahan secara optimal melalui pengembangan komoditas pertanian dalam penyusunan rencana kawasan indutri dan pengembangan sistem prasarana yang akan di sediakan. Pengembangan sistem prasarana yang di sediakan serta mengembangkan pusat-pusat kota sesuai dengan fungsi yang di tetapkan untuk pengembangan wilayah dan menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan penindistribusian, meningkatkan nilai tambah suatu komoditas unggulan. Penguatan modal dengan kemitraan dengan pihak swasta dan masyarakat sehingga pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan dapat meningkat lebih baik. • Strategi strenght- threats (S-T) Strategi S-T merupakan strategi yang digunakan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Pemerintah memperkuat dan mensosialisasikan produk dari sektor ekonomi unggulan Kota Tidore Kepulauan dan dapat menarik perhatian oleh pihak luar. Strategi kedua dalam S-T adalah pengembangan, dan pengelolaan kegiatan agroindustri. Promosi tentang Kota Tidore Kepulauan guna menarik investor pengelolaan sektor basis yang lebih matang guna mampu bersaing. Adanya penyuluhan bagi petani sehingga mempunyai ruang gerak dan inovasi yang memadai dalam mengakses informasi, produksi dan pemasaran menuju pertanian yang berbasis agrobisnis dan beraya saing tinggi. • Strategis weakness Threats (W-T) Strategi ini disusun untuk menimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Studi identifikasi yang sesaui di kembangkan di Kota Tidore Kepulauan, efisiensi dan meningkatkan produktifitas terhadap sektor industri. Meningkatkan manajemen usaha tani, karena rendahnya pemahaman masyarakat tentang pertanian yang efisien dan efektif. Berdasarkan analisis matriks SWOT strategi yang disusulkan dalam pengembangan wilayah dan sektor potensial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan adalah : 1) Mengembangkan sektor potensial yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, serta sektor perdagangan besar dan eceran di mana sektor potensial ini didukung oleh sektor ekonomi lainnya dalam pengembangan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2) Dengan adanya otonomi daerah, memanfaatkan kewenangan pemerintah untuk mengoptimalkan sumberdaya yang di miliki. Pemerintah membuat kebijakan untuk mengembangkan potensi unggulan yaitu sektor pertanian, bangunan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dengan memanfaatkan sumberdaya (kondisi lahan, tenaga kerja, sumberdaya modal). 3) Membenahi pemodalan dan pendidikan pertanian dengan cara menjalin hubungan dengan pihak swasta dalam berinvestasi. 4) Pemanfaatan lahan secara optimal melalui pengembangan komoditas pertanian. 5) Penyusunan kawasan industri dan pengembangan sistem prasarana dan pengembangan pusat-pusat bagian wilayah sesuai dengan fungsi yang sudah ditetapkan. BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN Berdasarakn hasil penilitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Keunggulan sektor perekonomian dalam pengembangan sektor-sektor yang merupakan sektor basis dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan, seharusnya tidak mengabaikan peranan sektor yang tergolong non basis. Karena diharapkan dengan pengembangan sektor potensial ini akan mampu merangsang pertumbuhan sektor non basis, sehingga diharapkan semua sektor ekonomi tersebut dapat memberikan sumbangannya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Tidore Kepulauan. Berdasarkan analsis LQ maka dapat di ketahui bahwa Kota Tidore Kepulauan memiliki sektor-sektor basis yang potensial yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan besar dan eceran. 2. Pengembangan wilayah Kota Tidore Kepulauan yang mmemiliki keunggulan kompetitif secara wilayah yang dapat di analisis dengan SSA (shift share analisis) adalah sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa di sebabkan basis tersebut juga mengindikasikan suatu wilayah memiliki keunggulan iklim dan kesesuaian lahan, sosial ekonomi, kelembagaan, sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan konsep pembangunan. 3. Bagi pemerintah Kota Tidore Kepulauan untuk penentuan strategi yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan menggunakan analisis SWOT. Strategi yang dilakukan dengan melihat sektor potensial yaitu sektor pertanian, sektoral bangunan, serta sektor perdagangan besar dan eceran, di mana sektor potensial ini didukung oleh sektor ekonomi lainnya dalam pengembangan wilayah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Serta dengan adanya otonomi daerah, memanfaatkan kewenangan pemerintah untuk mengoptimalkan sumberdaya yang di miliki. Serta memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan melihat (kondisi lahan, tenaga kerja, sumberdaya dan modal). 5.2. Saran Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian dan pembangunan pada perekonomian wilayah Kota Tidore Kepulauan, yaitu sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Kota Tidore Kepulauan agar segera untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Kota Tidore Kepulauan, maka setiap sektor ekonomi harus lebih ditingkatkan lagi peranannya dalam menggerakan roda perekonomian. 2. Kebijakan pemerintah daerah Kota Tidore Kepulauan dalam upaya meningkatkan PDRB agar lebih mengutamakan pengembangan wilayah dan sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. 3. Sektor pertanian sebagai sektor unggulan dan memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian wilayah Kota Tidore Kepulauan perlu mendapatkan prioritas pengembangan, pengembangan pertanian guna menarik para investor, sehingga memberikan dampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat, lapangan pekerjan dan pertumbuhan ekonomi. 4. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian dengan masalah yang sama agar dapat menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.

RAKYAT MENJADI OBJEK PENDERITAAN OLEH KETIDAKPASTIAAN

[sunting sumber]

RAKYAT MENJADI OBJEK PENDERITAAN OLEH KETIDAKPASTIAAN

Ketua HMI Komisariat Ekonomi Khaizril Umasangadji

Kekacauan kehidupan daerah ini, meminjam terminology Yasraf Amir Piliang sebagai gerak turbulensi social, yaitu semacam pergerakan social yang tidak beraturan dan acak. Wacana politik berkembang tanpah arah, wacana ekonomi yang dihantui fluktuasi kronis, wacana social dilanda kekerasan tanpa akhir, dan wacana budaya yang diselemuti ketidakpastian nilai. Sesungguhnya berawal dan di awali dari ketidakmampuan elit politik membentuk mekanisme bermain dalam pentas politik secara baik melalui koridor politik yang mengedepankan nilai politik serta ketidakmampaun system tersebut mengkonstruksi masyarakat politik yang berperadaban. Artinya bagaimana keseluruhan permainan dan pencapaian cita-cita politik yang seharus ditempuh oleh masyarakat politik yang mengaku sudah beradab melalui mekanisme yang rasional, bukan sekedar merasionalisasikan sebuah tindakan yang tidak rasional.

Realitas politik yang berkembang adalah bagaimana elit politik selalu mengedepankan rasionalitas dan politik beradab, meski yang terjadi tidak lebih sekedar hanya merasionalisasi perilaku politik yang tidak rasional dan tidak beradab. Sarat ambisi kepentingan pribadi dan golongan. Prilaku yang sesungguhnya tidak beradab dan licik ini menjadi beradab dan santun, karena kemampuan (kecerdasan) mereka dalam merasionalisasikannya. Maka benar, kalau Ulil Abshar Abdalla kemudian mengatakan bahwa seolah-olah politik kita adalah keharusan menerima ‘kelicikan yang dilakukan secara beradab’.

Mungkin kenyataan ini membenarkan tesis Clifford Geertz (1972;323) yang mengatakan bahwa hampir setiap institusi dalam masyarakat; entah itu Angkatan Bersenjata, Birokrasi, Pengadilan, Perguruan Tringgi, Pers, Partai, Agama dan Desa telah tersapu oleh getaran-getaran besar nafsu ideology yang tampaknya tak punya tujuan atau arah. Kalau Indonesia secara umum dan malauku utara secara khusus memberi kesan seperti ini, maka Negara ini tidak dapat menemukan bentuk politik yang cocok bagi watak rakyatnya, khawatir tersandung dari temuan institusi yang satu ke institusi yang lainnya. Persoalanya adalah uji coba pencarian bentuk politik tersebut, rakyat selalu menjadi korban atau objek penderitaan oleh ketidakpastian.

Nah’ yang jadi pertanyaannya, apakah sah nasib rakyat kecil diperjuangkan oleh politisi kita di Legislatif, baik itu ditingkat pusat maupun didaerah,.? Jikalau itu sdh, sejauh manakah nasib mereka dperjuangkan agar minimal dibicarakan dalam setiap proses-proses politik dalam pengambilan kebijakan Negara,.? Atau sejauh manakah komitmen partai politik menjadi institusi penyalur aspirasi yang memperjuangkan nasib rakyat kecil,.?

BIOGRAFI SINGKAT MULLA SADRA

[sunting sumber]

Mulla Sadra, Sebuah Biografi Singkat


ejak Islam memasuki Persia, wilayah ini dikenal sebagai tempat lahirnya ilmuwan-ilmuwan Islam di berbagai disiplin ilmu, baik ilmu- ilmu agama maupun sains modern. Dari tempat inilah lahir pemikir -pemikir besar Islam abad pertengahan dan setelahnya, mulai dari Ibn Sina sampai al-Gazali, dari Jalaluddin Rumi (yang belakangan pindah ke salah satu daerah di wilayah Turki) sampai Nasiruddin Thusi, dari Syamsuddin al-Syahrazuri sampai Qutubuddin al-Syirazi. Mereka adalah di antara sekian pemikir-pemikir besar Islam yang selain terkenal karena kedalaman pengetahuannya tentang agama Islam, mereka juga dikenal karena menguasai ilmu- ilmu modern pada zamannya.


Tradisi keilmuan Islam terus berlanjut di daerah ini. Pada permulaan abad ke-14, seorang guru tasawwuf yang bernama Sheikh Safiud-din ‘Abdul Fath Ishaq (lahir, 1252; meninggal 12 September 1334) mendirikan sebuah tarekat sufi yang sangat terkenal pada waktu itu. Tarekat ini mempunyai pengaruh yang sangat luas, sampai murid - muridnya di kemudian hari dapat memiliki bala tentara yang sangat kuat sehingga dapat mendirikan sebuah dinasti yang besar dan memerintah lebih dari dua ratus tahun di Persia. Pada tahun 1501, mereka mengangkat salah seorang putra dari guru mereka sebagai



pemimpin pemerintahan, Zill-u’llah ‘Abul Muzaffar Sultan yang kemudian bergelar Ismail Shah I. Dia adalah anak ketiga dari salah seorang guru tarekat ini juga, ‘Abu’l Wilayat Sultan Haidar Safawi. Keturunan dari Syah Ismail I inilah yang menjadi penerus kepemimpinan dinasti Safawi yang sangat terkenal di wilayah Persia dan sekitarnya, bahkan sampai ke wilayah Irak.

Pada masa dinasti Safawi (1501-1786) ini, di wilayah Persia terdapat beberapa kota besar yang menjadi pusat pengetahuan sehingga para pelajar dari berbagai tempat datang ke kota tersebut. Salah satu di antara kota-kota yang terkenal itu adalah Syiraz, sebuah kota yang masih merupakan wilayah Persepolis. Sepanjang kekuasaan dinasti Safawi, Syiraz disebut sebagai pusat terpenting perkembangan sains dan filsafat di dunia. Tidak mengherankan jika banyak ahli-ahli sains yang mendapatkan pendidikan di kota ini selama hampir dua abad. Bahkan, mungkin karena pengaruh ajaran salah seorang sufi yang sangat besar, Husain ibn Mansur al-Hallaj, i) kota Syiraz juga disebut sebagai pilar para sufi (the tower of Mystics), yakni istana para penganut tasawwuf. ii)

Di kota inilah Mulla Sadra dilahirkan pada tahun 1571. Dia adalah anak tunggal dari salah seorang menteri propinsi Fars yang bernama Khwajah Ibrahim Ibn Yahya al-Qawami. Setelah beberapa tahun belum dikaruniai keturunan, akhirnya keluarga Ibrahim Qawami digembirakan dengan kelahiran putra tunggal yang diberi nama

i ) Lahir di Fars sekitar tahun 858 dan meninggal 26 Maret 922. Nama lengkapnya adalah Abu al-Mugits Al-Husayn Ibn Mansur Al-Hallaj. Dia adalah salah seorang sufi yang kontroversial dengan pernyataannya “Ana al-Haqq” Karena pernyataan ini al-Hallaj akhirnya mendekam di dalam penjara Baghdag sekitar 11 tahun sampai akhirnya dihukum mati. Al-Hallaj pernah bercerita, “Saya telah bertemu dengan Tuhanku dengan mata hatiku, aku kemudian bertanya, ‘siapakah Engkau?’ dan Dia menjawab ‘Aku adalah kamu.’”

ii) Seyyed Mohammad Khamenei, Life, Characters and School of Mulla Sadra, Kheradnameh- e- Sadra Philosophy Magazine, Desember 2000, Vol. 6, No. 21




~ 2 ~



Sadruddin Muhammad. Namun, anak ini lebih sering dipanggil Sadruddin atau Sadra. Belakangan, Sadra kecil ini menjadi seorang filosof besar yang dikenal dengan nama Mulla Sadra atau Sadr al- Muta’allihin.

Mulla Sadra kecil mendapatkan pelajaran pertama di kota Syiraz. Selain dibimbing oleh keluarganya yang juga beras al dari keluarga terpandang dan terpelajar, dia juga mendapatkan pelajaran dari sekolah dasar di kota tersebut. Pada saat Mulla Sadra berusia enam tahun, gubernur Fars, Muhammad Khuda Banda Syah, diangkat menjadi raja dan berpindah ke kota Qaswin yang menjadi ibukota dinasti Safawi waktu itu. Besar kemungkinan, Mulla Sadra mengikuti orang tuanya berpindah ke kota Qaswin tersebut. Apalagi seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa orang tua Mulla Sadra adalah seorang menteri dan penasehat raja ketika masih menjabat sebagai gubernur di kota Fars. iii)

Inilah awal perkenalan Mulla Sadra dengan beberapa tokoh-tokoh besar yang sangat berpengaruh di dalam bidang filsafat dan ilmu- ilmu Islam tradisional lainnya. Sebagaimana Syiraz, Qazwin juga menjadi salah satu kota yang pertumbuhannya sangat pesat di bidang ilmu pengetahuan, apalagi bahwa Qaswin adalah ibukota kerajaan pada waktu itu. Di kota inilah, pada saat Mulla Sadra remaja belum cukup dua puluh tahun, dia sudah dipertemukan beberapa guru besar yang sangat terkenal. Di bawah bimbingan mereka, Mulla Sadra dengan sangat cepat dapat menguasai filsafat dan ilmu- ilmu lainnya.

Guru pertama Mulla Sadra adalah Sayyid Baqir Muhammad Astarabadi iv) atau Mir Burhan al-Din Muhammad Baqir Damad v) yang lebih dikenal dengan nama Mir Damad. Dia dilahirkan di Astarabad namun besar di Masyhad. Selain dikenal sebagai hakim, Mir Damad lebih dikenal sebagai seorang filosof dan sufi yang


iii) Mulla Sadra’s Life and Character di dalam www.mullasadra.org.

iv) Sadr al-Din Shirazi, Ibrahim Kalin dimuat di dalam www.cic-ca.org.

v) Mir Damad, Hamid Dabashi, Routledge Ensyclopedia of Philosophy, 1998