Lompat ke isi

I Gusti Ketut Jelantik: Riwayat revisi

Pilih dua tombol radio lalu tekan tombol bandingkan untuk membandingkan versi. Klik suatu tanggal untuk melihat versi halaman pada tanggal tersebut.

(skr) = perbedaan dengan versi sekarang, (akhir) = perbedaan dengan versi sebelumnya,  k = suntingan kecil, → = suntingan bagian, ← = ringkasan suntingan otomatis
(terbaru | terlama) Lihat (50 lebih baru | ) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)

24 Juli 2024

9 Mei 2024

8 Mei 2024

29 Maret 2023

14 Januari 2023

12 Januari 2023

11 Januari 2023

10 Januari 2023

26 September 2022

17 Februari 2022

24 Januari 2022

  • skrgsblm 07.5824 Januari 2022 07.58 110.136.219.75 bicara 3.479 bita 0 Tidak ada ringkasan suntingan balikkan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
  • skrgsblm 07.5724 Januari 2022 07.57 110.136.219.75 bicara 3.479 bita +12 Tidak ada ringkasan suntingan balikkan Tag: pengguna baru menambah pranala merah VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
  • skrgsblm 07.4924 Januari 2022 07.49 110.136.219.75 bicara 3.467 bita −21 Tidak ada ringkasan suntingan balikkan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
  • skrgsblm 07.4224 Januari 2022 07.42 110.136.219.75 bicara 3.488 bita +17 Perjuangan Memilih jalur perang, Ketut Jelantik dengan penuh keberanian mengahadapi pemerintah Belanda. Pada 1843, saat Belanda berhasil meminta persetujuan beberapa raja dari kerajaan Bali untuk menghapuskan hak hukum Tawan dan mengakui kekuasaan Belanda, Kerajaan Buleleng tetap memegang pendiriannya. Mereka menolak menghapus perjanjian seperti yang diinginkan Ketut Jelantik. Dari penolakan ini, akhirnya perang pun pecah antara Buleleng dan Belanda, pada 1846.Perang ini menghasilkan kekalah balikkan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
  • skrgsblm 07.3724 Januari 2022 07.37 110.136.219.75 bicara 3.471 bita +5 Perjuangan Memilih jalur perang, Ketut Jelantik dengan penuh keberanian mengahadapi pemerintah Belanda. Pada 1843, saat Belanda berhasil meminta persetujuan beberapa raja dari kerajaan Bali untuk menghapuskan hak hukum Tawan dan mengakui kekuasaan Belanda, Kerajaan Buleleng tetap memegang pendiriannya. Mereka menolak menghapus perjanjian seperti yang diinginkan Ketut Jelantik. Dari penolakan ini, akhirnya perang pun pecah antara Buleleng dan Belanda, pada 1846.Perang ini menghasilkan kekalah balikkan Tag: pengguna baru menambah pranala merah VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler

28 Oktober 2020

25 Oktober 2020

11 Agustus 2020

30 Juni 2020

13 Juni 2020

20 Mei 2020

10 Mei 2020

29 Februari 2020

20 Juni 2019

10 Maret 2019

(terbaru | terlama) Lihat (50 lebih baru | ) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)