Lompat ke isi

Maduaro: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Xiangliangzai (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Xiangliangzai (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:
Kain Maduaro di [[Lampung]] pada mulanya berasal oleh nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di [[Makkah]] pada abad ke-18. Para pedagang Gujarat dari India juga menjual kain sejenis kepada masyarakat Menggala, oleh karena itu, motif-motif yang berkembang di Menggala dipengaruhi motif yang berasal dari [[Hindustan]]. Para wanita Menggala membuat kain Maduaro sebagai ''Sesan'' yang dibawa pada saat mereka akan menikah.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/maduaro-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2016/|title=Maduaro, Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016|last=mohammadwildan|date=2016-11-15|website=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|language=id-ID|access-date=2020-07-11}}</ref>
Kain Maduaro di [[Lampung]] pada mulanya berasal oleh nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di [[Makkah]] pada abad ke-18. Para pedagang Gujarat dari India juga menjual kain sejenis kepada masyarakat Menggala, oleh karena itu, motif-motif yang berkembang di Menggala dipengaruhi motif yang berasal dari [[Hindustan]]. Para wanita Menggala membuat kain Maduaro sebagai ''Sesan'' yang dibawa pada saat mereka akan menikah.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/maduaro-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2016/|title=Maduaro, Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016|last=mohammadwildan|date=2016-11-15|website=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|language=id-ID|access-date=2020-07-11}}</ref>


Maduaro menjadi kebiasaan para gadis di daerah Menggala untuk mempersiapkan sebagai ''Sesan''. Dalam perkembangannya, kain Maduaro mulai dibawa keluar oleh orang Menggala untuk membina para gadis dalam mengembangkan kerajinan menyulam di Way Lima dan Talang Padang. Kain Maduaro merupakan jenis kain yang berbahan serat nanas atau sutera yang disulam dengan menggunakan benang kawat perak tipis, yakni berupa selendang yang biasa dijadikan sebagai penutup kepala bagi kaum perempuan yang secara turuntemurun berdarah bangsawan atau berketurunan bangsawan (''Penyimbang'').<ref name=":0" /><references />
Maduaro menjadi kebiasaan para gadis di daerah Menggala untuk mempersiapkan sebagai ''Sesan''. Dalam perkembangannya, kain Maduaro mulai dibawa keluar oleh orang Menggala untuk membina para gadis dalam mengembangkan kerajinan menyulam di Way Lima dan Talang Padang. Kain Maduaro merupakan jenis kain yang berbahan serat nanas atau sutera yang disulam dengan menggunakan benang kawat perak tipis, yakni berupa selendang yang biasa dijadikan sebagai penutup kepala bagi kaum perempuan yang secara turun temurun berdarah bangsawan atau berketurunan bangsawan (''Penyimbang'').<ref name=":0" /><references />


[[Kategori:Kabupaten Tulang Bawang]]
[[Kategori:Kabupaten Tulang Bawang]]

Revisi per 18 Mei 2024 05.22

Maduaro merupakan salah satu jenis kain sulam yang berasal Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Kain ini berupa selendang penutup bagi kaum perempuan Menggala. Namun saat ini, kain Maduaro sudah dibuat motifnya pada baju gamis, kopiah, baju koko, kaligrafi serta sebagai upaya pelestarian motif kainnya. Kain maduaro juga biasa digunakan dalam upacara sakral, seperti dalam upacara adat Menggala.[1]

Sejarah

Kain Maduaro di Lampung pada mulanya berasal oleh nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di Makkah pada abad ke-18. Para pedagang Gujarat dari India juga menjual kain sejenis kepada masyarakat Menggala, oleh karena itu, motif-motif yang berkembang di Menggala dipengaruhi motif yang berasal dari Hindustan. Para wanita Menggala membuat kain Maduaro sebagai Sesan yang dibawa pada saat mereka akan menikah.[2]

Maduaro menjadi kebiasaan para gadis di daerah Menggala untuk mempersiapkan sebagai Sesan. Dalam perkembangannya, kain Maduaro mulai dibawa keluar oleh orang Menggala untuk membina para gadis dalam mengembangkan kerajinan menyulam di Way Lima dan Talang Padang. Kain Maduaro merupakan jenis kain yang berbahan serat nanas atau sutera yang disulam dengan menggunakan benang kawat perak tipis, yakni berupa selendang yang biasa dijadikan sebagai penutup kepala bagi kaum perempuan yang secara turun temurun berdarah bangsawan atau berketurunan bangsawan (Penyimbang).[2]

  1. ^ "Kain Maduaro » Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2020-07-11. 
  2. ^ a b mohammadwildan (2016-11-15). "Maduaro, Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2020-07-11.