Lompat ke isi

Petungsewu, Wagir, Malang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Agama Penduduk Desa Petungsewu Wagir
Populasi Penduduk Desa Petungsewu
Baris 45: Baris 45:
Mayoritas penduduk Desa Petungsewu menganut agama Islam, dengan persentase mencapai 75%. Kehidupan beragama di desa ini sangat harmonis, terlihat dari berbagai kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan di masjid-masjid dan mushola yang tersebar di seluruh desa. Setiap hari, masjid dan mushola menjadi pusat kegiatan, mulai dari sholat berjamaah, pengajian, hingga kegiatan sosial seperti gotong royong dan bakti sosial.
Mayoritas penduduk Desa Petungsewu menganut agama Islam, dengan persentase mencapai 75%. Kehidupan beragama di desa ini sangat harmonis, terlihat dari berbagai kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan di masjid-masjid dan mushola yang tersebar di seluruh desa. Setiap hari, masjid dan mushola menjadi pusat kegiatan, mulai dari sholat berjamaah, pengajian, hingga kegiatan sosial seperti gotong royong dan bakti sosial.
Selain Islam, terdapat pula penganut agama Hindu yang membentuk sekitar 25% dari populasi desa. Penganut agama Hindu memiliki pura dan tempat ibadah mereka sendiri, di mana mereka melaksanakan upacara keagamaan dan ritual sesuai dengan tradisi mereka. Meski minoritas, mereka dapat menjalankan ibadah dengan bebas dan merasa diterima dalam komunitas desa. Selain itu, ada juga beberapa penganut agama lain, meskipun jumlahnya relatif kecil.
Selain Islam, terdapat pula penganut agama Hindu yang membentuk sekitar 25% dari populasi desa. Penganut agama Hindu memiliki pura dan tempat ibadah mereka sendiri, di mana mereka melaksanakan upacara keagamaan dan ritual sesuai dengan tradisi mereka. Meski minoritas, mereka dapat menjalankan ibadah dengan bebas dan merasa diterima dalam komunitas desa. Selain itu, ada juga beberapa penganut agama lain, meskipun jumlahnya relatif kecil.

=== Populasi ===
Desa Petungsewu memiliki populasi sekitar 4.290 jiwa, dengan komposisi gender 55% laki-laki dan 45% perempuan. Penduduk desa terdiri dari berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Komunitas yang beragam ini menciptakan dinamika sosial yang kaya dan penuh semangat. Anak-anak dan remaja di desa ini mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah yang tersedia di desa, sedangkan para dewasa umumnya terlibat dalam berbagai sektor pekerjaan seperti pertanian, peternakan, perdagangan, dan jasa.

Komunitas Desa Petungsewu juga dikenal dengan kerjasama dan gotong royongnya. Hal ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya yang rutin dilaksanakan oleh masyarakatnya. Misalnya, pada saat panen raya, seluruh warga desa bergotong royong membantu proses panen hingga selesai. Begitu pula dalam kegiatan pembangunan infrastruktur desa seperti pembangunan jalan, renovasi masjid, dan pembersihan lingkungan, semua dilakukan secara bersama-sama dengan semangat kebersamaan.

Selain itu, Desa Petungsewu memiliki berbagai kelompok sosial dan organisasi masyarakat yang aktif. Ada kelompok ibu-ibu PKK yang sering mengadakan kegiatan arisan, pelatihan keterampilan, dan kegiatan sosial lainnya. Kelompok karang taruna yang diisi oleh pemuda desa juga sering mengadakan kegiatan olahraga, kesenian, dan kegiatan yang bertujuan untuk pemberdayaan pemuda. Tidak ketinggalan, kelompok tani dan kelompok peternak yang saling bertukar pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan hasil produksi mereka.

Hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati satu sama lain merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Petungsewu. Tradisi dan budaya lokal juga tetap dilestarikan, seperti upacara adat, seni tari, dan musik tradisional yang menjadi bagian dari identitas desa. Harmoni dalam keberagaman ini menjadikan Desa Petungsewu sebagai contoh desa yang mampu mempertahankan nilai-nilai tradisional sekaligus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.

== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{RefDagri|2022}}
{{RefDagri|2022}}

Revisi per 14 Juli 2024 09.45

Latar Belakang

Petungsewu
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMalang
KecamatanWagir
Kode pos
65158
Kode Kemendagri35.07.21.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas6,36864 km²
Jumlah penduduk4290 jiwa
Kepadatan673,61 jiwa/km²

Petungsewu adalah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Yang berada sekitar 15,7 Km dari Kota Malang.  Dusun yang terdapat di dalamnya antara lain Dusun Durenan, Petungsewu, Codo, Sengonrejo, dan Codoledok. Desa tersebut terkenal dengan tanaman bambunya karena tanaman tersebut mendominasi ekosistem tumbuhan yang berada di desa ini sehingga pada tahun 1918 nama Petungsewu terpilih untuk desa tersebut. Petung berasal dari nama bambu yang tumbuh banyak di sana.  Sementara Sewu adalah bahasa Jawa dari seribu, nominal tersebut merupakan jumlah petung yang ada di desa tersebut.

Desa Petungsewu terkenal menjadi  sentra pembuatan dupa.  Selama ini Dupa tersebut dipasarkan ke Pulau Bali. Hal tersebut karena banyak penduduk desa tersebut yang beragama Hindu. Secara Administratif daerah ini masuk dalam Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Geografis

Desa Petungsewu terletak di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa ini memiliki karakteristik agraris yang sangat cocok untuk pertanian, perkebunan, dan peternakan. Luas wilayah Desa Petungsewu adalah sekitar 636,864 hektar, dengan ketinggian rata-rata sekitar 750 meter di atas permukaan laut. Desa ini terbagi menjadi beberapa dusun, di antaranya:

  • Dusun Sengonrejo
  • Dusun Codo
  • Dusun Petungsewu
  • Dusun Durenan
  • Dusun Codoledok

Desa Petungsewu berbatasan langsung dengan:

  • Desa Sukodadi (utara)
  • Desa Pandanrejo (timur)
  • Desa Sumber Suko (selatan)
  • Desa Sukodadi atau Perhutani (barat)

Mayoritas penduduk Desa Petungsewu memeluk agama Islam, meskipun terdapat juga sebagian kecil yang beragama Hindu. Desa ini memiliki curah hujan rata-rata sekitar 21.158 mm per tahun yang mendukung pertanian dan kegiatan berbasis sumber daya alam.

Sejarah

Desa ini merupakan sebuah nama dari desa di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Konon katanya, sebelum ada pemukiman warga, tempat ini dulunya merupakan wilayah hutan lebat. Tanaman bambu mendominasi ekosistem tumbuhan yang hidup tempat ini. Pada tengah-tengah wilayah Desa Petungsewu terdapat serumpun bambu petung yang tumbuh dengan ruas yang sangat banyak. Bambu petung merupakan salah satu jenis bambu yang besar dan termasuk kedalam suku rumput-rumputan.

Meski tak ada yang sampai benar-benar menghitungnya, masyarakat menyebut angka seribu untuk menyimbolkan saking banyaknya bambu petung tersebut. Pada tahun 1918 akhirnya nama Petungsewu terpilih untuk menamai daerah tersebut. Petung berasal dari nama bambu yang banyak ditemukan di sana. Sementara itu, sewu adalah Bahasa Jawa dari seribu, nominal untuk simbol banyaknya petung tersebut.

Masyarakat

Agama

Mayoritas penduduk Desa Petungsewu menganut agama Islam, dengan persentase mencapai 75%. Kehidupan beragama di desa ini sangat harmonis, terlihat dari berbagai kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan di masjid-masjid dan mushola yang tersebar di seluruh desa. Setiap hari, masjid dan mushola menjadi pusat kegiatan, mulai dari sholat berjamaah, pengajian, hingga kegiatan sosial seperti gotong royong dan bakti sosial. Selain Islam, terdapat pula penganut agama Hindu yang membentuk sekitar 25% dari populasi desa. Penganut agama Hindu memiliki pura dan tempat ibadah mereka sendiri, di mana mereka melaksanakan upacara keagamaan dan ritual sesuai dengan tradisi mereka. Meski minoritas, mereka dapat menjalankan ibadah dengan bebas dan merasa diterima dalam komunitas desa. Selain itu, ada juga beberapa penganut agama lain, meskipun jumlahnya relatif kecil.

Populasi

Desa Petungsewu memiliki populasi sekitar 4.290 jiwa, dengan komposisi gender 55% laki-laki dan 45% perempuan. Penduduk desa terdiri dari berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Komunitas yang beragam ini menciptakan dinamika sosial yang kaya dan penuh semangat. Anak-anak dan remaja di desa ini mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah yang tersedia di desa, sedangkan para dewasa umumnya terlibat dalam berbagai sektor pekerjaan seperti pertanian, peternakan, perdagangan, dan jasa.

Komunitas Desa Petungsewu juga dikenal dengan kerjasama dan gotong royongnya. Hal ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya yang rutin dilaksanakan oleh masyarakatnya. Misalnya, pada saat panen raya, seluruh warga desa bergotong royong membantu proses panen hingga selesai. Begitu pula dalam kegiatan pembangunan infrastruktur desa seperti pembangunan jalan, renovasi masjid, dan pembersihan lingkungan, semua dilakukan secara bersama-sama dengan semangat kebersamaan.

Selain itu, Desa Petungsewu memiliki berbagai kelompok sosial dan organisasi masyarakat yang aktif. Ada kelompok ibu-ibu PKK yang sering mengadakan kegiatan arisan, pelatihan keterampilan, dan kegiatan sosial lainnya. Kelompok karang taruna yang diisi oleh pemuda desa juga sering mengadakan kegiatan olahraga, kesenian, dan kegiatan yang bertujuan untuk pemberdayaan pemuda. Tidak ketinggalan, kelompok tani dan kelompok peternak yang saling bertukar pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan hasil produksi mereka.

Hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati satu sama lain merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Petungsewu. Tradisi dan budaya lokal juga tetap dilestarikan, seperti upacara adat, seni tari, dan musik tradisional yang menjadi bagian dari identitas desa. Harmoni dalam keberagaman ini menjadikan Desa Petungsewu sebagai contoh desa yang mampu mempertahankan nilai-nilai tradisional sekaligus berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.

Pranala luar