Cao (makanan): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'Cao (Bahasa Makassar dan Bugis : ᨌᨕᨚ ) adalah makanan tradisional khas suku Bugis dan suku Makassar di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Makanan ini dihasilkan dari proses fermentasi ragi dengan beberapa bahan tradisional yang disimpan dalam botol. Biasanya yang dijadikan sebagai bahan baku utama adalah ikan kecil atau udang yang difermentasi dengan ragi ''saccharomyces'' d...'
 
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
Cao (Bahasa [[bahasa Makassar|Makassar]] dan [[Bahasa Bugis|Bugis]] : ᨌᨕᨚ ) adalah makanan tradisional khas [[suku Bugis]] dan [[suku Makassar]] di [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]], [[Sulawesi Selatan]]. Makanan ini dihasilkan dari proses [[fermentasi]] [[ragi]] dengan beberapa bahan tradisional yang disimpan dalam botol. Biasanya yang dijadikan sebagai bahan baku utama adalah ikan kecil atau udang yang difermentasi dengan ragi ''[[saccharomyces]]'' dan disimpan dalam botol yang lamanya sekitar 3 sampai 7 hari. Setelah proses fermentasi selesai, biasanya makanan ini berubah menjadi warna [[merah jambu]], karena warna udang yang terfermentasi dengan baik.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://makassar.tribunnews.com/2016/07/24/chao-kuliner-khas-pangkep-berbahan-ikan-tembang-berikut-resepnya|title=Chao Kuliner Khas Pangkep Berbahan Ikan Tembang, Berikut Resepnya|last=Ghazali|first=Munjiyah Dirga|date=24 Juli 2016|website=makassar.tribunnews.com|access-date=11 Mei 2024}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://jurnalnews.co.id/makanan-khas-pangkep-yang-wajib-dicoba/3875/|title=Makanan Khas Pangkep yang Wajib Dicoba|last=Tim redaksi jurnalnews.co.id|first=|date=4 Mei 2022|website=jurnalnews.co.id|access-date=11 Mei 2024}}</ref>
Cao (Bahasa [[bahasa Makassar|Makassar]] dan [[Bahasa Bugis|Bugis]] : ᨌᨕᨚ ) adalah makanan tradisional khas [[suku Bugis]] dan [[suku Makassar]], terutama di wilayah kepulauan di [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]], [[Sulawesi Selatan]]. Makanan ini dihasilkan dari proses [[fermentasi]] [[ragi]] dengan beberapa bahan tradisional yang disimpan dalam botol. Biasanya yang dijadikan sebagai bahan baku utama adalah ikan kecil atau udang yang difermentasi dengan ragi ''[[saccharomyces]]'' dan disimpan dalam botol yang lamanya sekitar 3 sampai 7 hari. Setelah proses fermentasi selesai, biasanya makanan ini berubah menjadi warna [[merah jambu]], karena warna udang yang terfermentasi dengan baik.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://makassar.tribunnews.com/2016/07/24/chao-kuliner-khas-pangkep-berbahan-ikan-tembang-berikut-resepnya|title=Chao Kuliner Khas Pangkep Berbahan Ikan Tembang, Berikut Resepnya|last=Ghazali|first=Munjiyah Dirga|date=24 Juli 2016|website=makassar.tribunnews.com|access-date=11 Mei 2024}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://jurnalnews.co.id/makanan-khas-pangkep-yang-wajib-dicoba/3875/|title=Makanan Khas Pangkep yang Wajib Dicoba|last=Tim redaksi jurnalnews.co.id|first=|date=4 Mei 2022|website=jurnalnews.co.id|access-date=11 Mei 2024}}</ref>


Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI), cao berasal dari [[Lema (linguistik)|lema]] [[bahasa Makassar]] yang didefinisikan sebagai ikan kecil yang diawetkan dalam botol dengan menggunakan garam dan pengawet kemudian diberi pewarna. Cao dalam botol dapat bertahan dan awet sampai tiga bulan jika disimpan di kulkas atau tertutup rapat dalam suhu yang tetap normal. Dalam menghidangkannya, cao biasanya ditumis dan ditambahkan bumbu serta buah pisang muda.
Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI), cao berasal dari [[Lema (linguistik)|lema]] [[bahasa Makassar]] yang didefinisikan sebagai ikan kecil yang diawetkan dalam botol dengan menggunakan garam dan pengawet kemudian diberi pewarna. Cao dalam botol dapat bertahan dan awet sampai tiga bulan jika disimpan di kulkas atau tertutup rapat dalam suhu yang tetap normal. Dalam menghidangkannya, cao biasanya ditumis dan ditambahkan bumbu serta buah pisang muda.

Revisi per 11 Mei 2024 12.57

Cao (Bahasa Makassar dan Bugis : ᨌᨕᨚ ) adalah makanan tradisional khas suku Bugis dan suku Makassar, terutama di wilayah kepulauan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Makanan ini dihasilkan dari proses fermentasi ragi dengan beberapa bahan tradisional yang disimpan dalam botol. Biasanya yang dijadikan sebagai bahan baku utama adalah ikan kecil atau udang yang difermentasi dengan ragi saccharomyces dan disimpan dalam botol yang lamanya sekitar 3 sampai 7 hari. Setelah proses fermentasi selesai, biasanya makanan ini berubah menjadi warna merah jambu, karena warna udang yang terfermentasi dengan baik.[1][2]

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cao berasal dari lema bahasa Makassar yang didefinisikan sebagai ikan kecil yang diawetkan dalam botol dengan menggunakan garam dan pengawet kemudian diberi pewarna. Cao dalam botol dapat bertahan dan awet sampai tiga bulan jika disimpan di kulkas atau tertutup rapat dalam suhu yang tetap normal. Dalam menghidangkannya, cao biasanya ditumis dan ditambahkan bumbu serta buah pisang muda.

Sejarah

Dalam sejarahnya, cao berasal dari Pulau Salemo, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Awalnya, penduduk yang berada di pulau ingin menukarkan ikan dengan penduduk yang berada di darat. Namun, karena jarak yang jauh dan berbagai halangan pada waktu itu, maka salah seorang yang berada di Pulau Salemo berpikiran ingin membuat makanan yang tahan sampai berbulan-bulan, setelah itu dibuatlah cao yang begitu murah dan bahan-bahannya terjangkau.

Bahan-bahan

Dalam pembuatan cao dibutuhkan bahan berupa nasi, garam, ragi, vetsin, pewarna makanan dan umumnya daging yang digunakan adalah daging udang, ikan tembang, atau ikan teri (ikan kecil).

Referensi

  1. ^ Ghazali, Munjiyah Dirga (24 Juli 2016). "Chao Kuliner Khas Pangkep Berbahan Ikan Tembang, Berikut Resepnya". makassar.tribunnews.com. Diakses tanggal 11 Mei 2024. 
  2. ^ Tim redaksi jurnalnews.co.id (4 Mei 2022). "Makanan Khas Pangkep yang Wajib Dicoba". jurnalnews.co.id. Diakses tanggal 11 Mei 2024.