Lompat ke isi

Ikon Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
←Mengalihkan ke Budaya Minangkabau
Tag: Pengalihan baru
 
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Budaya Minangkabau]]
[[Berkas:Pagaruyung palace.jpg|jmpl|250px|[[Istano Basa|Istano Basa Pagaruyung]] di [[Tanah Datar]] yang berdesain [[Rumah Gadang]] sebagai ikon utama [[budaya Minangkabau]].]]
[[Berkas:Ilustrasi Bundo Kanduang.jpg|jmpl|ka|250px|[[Ilustrasi]] [[Bundo Kanduang]] [[Minangkabau]] yang ''elegan'' sebagai perempuan yang dimuliakan dalam adat matrilineal.]]

'''[[Simbol|Ikon]] [[Minangkabau]]''' adalah suatu [[Citra (Hubungan Masyarakat)|citra]] atau [[persepsi]] yang mengarahkan atau mengingatkan seseorang pada [[Minangkabau]]. Yang membentuk citra atau persepsi tersebut bisa berupa benda [[fisik]] maupun non-fisik, hasil dari perjalanan dan pergulatan kultur atau [[budaya Minangkabau]].

== Adat matrilineal ==
{{utama|Matrilineal}}

Adat matrilineal adalah suatu sistem [[Kerabat|kekerabatan]] yang [[Nasab|bernasabkan]] garis keturunan ibu. Sebagai suatu sistem yang lebih tua, nasab matrilineal ini sudah langka penganutnya di dunia. Saat ini Minangkabau merupakan penganut sistem matrilineal terbesar di dunia dan satu-satunya di Indonesia. Sebagai penganut sistem matrilineal, masyarakat Minangkabau memuliakan kedudukan perempuan, baik saudara perempuan maupun orang tua perempuan yang dipanggil sebagai [[Bundo Kanduang]].

Adat matrilineal menjadi salah satu pembeda [[Orang Minang|masyarakat Minangkabau]] dengan masyarakat lainnya di Indonesia, sehingga ketika berbicara tentang sistem matrilineal akan mengingatkan orang pada Minangkabau. Adat matrilineal menjadi salah satu ikon [[Budaya Minangkabau|tradisi dan budaya Minangkabau]].

Adat matrilineal juga mempengaruhi sistem waris di Minangkabau. Harta yang berasal dari kaum akan diwariskan secara linear menurut garis keturunan ibu. Sebalik harta yang berasal dari usaha orang tua (ayah atau ibu) akan tetap diwariskan kepada anak-anaknya. Adanya ketentuan dalam undang-undang adat mengenai pewarisan sako dan pusako yang jatuh kepada kemenakan , tampak bertentangan dengan hukum agama yang menentukan pewarisan turun kepada anak. Namun demikian oleh ulamadapat disetujui oleh karena harta yang diturunkan itu juga didapat dari pewarisan mamak (paman dari garis keturunan ibu).<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=K89RCwAAQBAJ&pg=PA204&dq=pewarisan+harta+di+minangkabau&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj_oejp-L_WAhWHMY8KHQMjCeUQ6AEIMjAC#v=onepage&q=pewarisan%20harta%20di%20minangkabau&f=false|title=Undang Undang Adat Minangkabau|last=Syamsyidar dkk|first=|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|year=1992|isbn=|location=Jakarta|pages=204}}</ref>
== Bung Hatta ==
[[Berkas:Bung Hatta Anti-Corruption Award.jpg|jmpl|kiri|225px|[[Logo]] ''[[Bung Hatta Award|Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA)]]''.]]
{{utama|Mohammad Hatta}}

Bersama [[Bung Karno]], Bung Hatta merupakan [[Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia|proklamator kemerdekaan]] [[Republik Indonesia]]. ''[[Majalah Tempo]]'' edisi [[Milenium]] pada tahun 2000, menempatkan tokoh sederhana ini sebagai pendiri utama negara Indonesia bersama [[Soekarno]], [[Tan Malaka]], dan [[Sutan Syahrir]]. Hatta merupakan pencetus politik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia. Pemikirannya tersebut ia tuangkan dalam buku ''[[Mendayung Antara Dua Karang]]''.

Bung Hatta juga dijuluki sebagai Bapak Koperasi Indonesia karena pemikiran ekonominya yang berpihak pada rakyat banyak. Ia juga dikenal sebagai Bapak Bangsa yang sederhana dan bersih. Sampai ajal menjemputnya, ia tak pernah mampu membeli sepatu ''Bally'' yang sangat disukainya.

Nama Bung Hatta yang lahir di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] ini menjadi ikon [[Cerdik Pandai Minangkabau|intelektualisme]] dan [[patriotisme]] Minangkabau.

== Buya HAMKA ==

{{utama|Abdul Malik Karim Amrullah}}

HAMKA dikenal sebagai seorang tokoh yang multi-talenta. Ia tidak hanya dikenal sebagai ulama Indonesia terkemuka, tapi juga seorang [[sastrawan]], serta [[politikus]] dan pejuang kemerdekaan. Keulamaan HAMKA tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga bergema hingga negara-negara tetangga di [[Asia Tenggara]], dan secara relatif di dunia [[internasional]].

Pada masa [[Demokrasi Terpimpin]] di bawah pemerintahan [[otoriter]] [[Soekarno]], HAMKA pernah dipenjara karena memuat artikel ''Demokrasi Kita'' karya [[Mohammad Hatta]] pada majalah yang dipimpinnya, ''Panji Masyarakat''.

== Datuk ==
{{utama|Datuk}}

Datuk merupakan gelar adat yang terhormat dalam masyarakat Minangkabau. Gelar ini disandang oleh seorang pemimpin dalam suatu keluarga besar yang ada dalam [[Daftar suku Minangkabau|suku-suku atau klan di Minangkabau]].<ref name=liputan6.com>[http://news.liputan6.com/read/108493/belasan-pemuka-adat-minangkabau-dinobatkan-menjadi-datuk "Belasan Pemuka Adat Minangkabau Dinobatkan Menjadi Datuk"] ''[[Liputan6.com]]'', 03 September 2005. Diakses 18 September 2015.</ref> Dalam legenda Minangkabau, disebut dua orang datuk yang legendaris, yaitu [[Datuk Ketumanggungan|Datuak Katumangguangan]] dari klan [[Suku Koto|Koto]]-[[Suku Piliang|Piliang]] yang menciptakan sistem adat ''[[Lareh Koto Piliang]]'', dan [[Datuk Perpatih Nan Sebatang|Datuak Parpatiah Nan Sabatang]] dari klan [[Suku Bodi|Bodi]]-[[Suku Caniago|Caniago]] yang menciptakan sistem adat ''[[Lareh Bodi Caniago]]''.

[[Berkas:Penganugerahan gelar datuk.jpg|jmpl|kiri|225px|Penganugerahan gelar datuk di [[Ranah Minang|Minangkabau]].]]

Dalam dunia [[Melayu]], yang memakai gelar datuk ini hanya Minangkabau, [[Malaysia]], dan [[Brunei]] dengan ejaan Dato', dan dengan penggunaan yang berbeda. Kalau di Minangkabau gelar datuk diwariskan secara turun-temurun kepada kemenakan (keponakan) dari garis ibu, sedangkan di Malaysia gelar Dato' diberikan sebagai penghargaan pada seorang tokoh yang dianggap punya jasa besar. Dalam novel roman [[Siti Nurbaya]] juga dikenal seorang tokoh antagonis, yaitu [[Datuk Maringgih]]. Datuk Maringgih yang diperankan [[H.I.M. Damsyik]] dalam sinetron Siti Nurbaya sangat melekat dalam ingatan kolektif masyarakat Indonesia, namun dalam citra yang ambigu. Gelar Datuk yang disandang oleh para [[penghulu]] juga telah menjadi ikon [[adat Minangkabau]].

== Malin Kundang ==
[[Berkas:Batu Malin Kundang, Air Manis Beach, Padang 2017-02-14 02.jpg |jmpl|kiri|225px|Batu [[Malin Kundang]] di Pantai Air Manis, [[Kota Padang|Padang]], menurut [[legenda]].]]
{{utama|Malin Kundang}}

Cerita Malin Kundang adalah sebuah legenda dari [[Ranah Minang]]. Legenda ini mengisahkan tentang seorang anak lelaki yang bernama Malin Kundang pergi merantau dan berniaga. Setelah sekian lama merantau ia sukses menjadi seorang saudagar yang kaya raya. Dengan kapalnya, ia pulang ke Minangkabau. Ibunya yang sudah renta mendengar kabar tentang kepulangan anaknya, Malin Kundang. Namun betapa kecewanya sang ibu ketika bertemu Malin Kundang ia diperlakukan dengan kasar dan tak mengakui perempuan tua dan miskin itu sebagai ibunya. Setelah berulangkali meyakinkan si anak, Malin Kundang tetap tak mengakuinya. Sang ibu kemudian mengeluarkan sumpah sehingga Malin Kundang beserta kapalnya berubah menjadi batu.

Legenda ini kemudian jadi amat terkenal, tidak hanya di Minangkabau tapi juga di seluruh Indonesia. Legenda Malin Kundang telah menjadi ikon tentang seorang [[Bundo Kanduang|ibu Minangkabau]] yang ditinggal merantau oleh putranya, namun penantiannya yang panjang berakhir sia-sia.

== Perantau ==
[[Berkas:Adat Minangkabau dan Merantau 02..jpg|jmpl|ka|225px|Sampul buku ''Adat Minangkabau dan Merantau'' karya Tsuyoshi Kato.]]
{{utama|Perantau Minang}}

Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai suku bangsa yang gemar merantau ke berbagai wilayah di luar tanah kelahirannya di sekitaran [[dataran tinggi Minangkabau]]. Diperkirakan lebih dari separo [[orang Minang]] hidup di perantauan yang sebagian besar tersebar di [[Asia Tenggara]], dan di wilayah lainnya di dunia, seperti [[Australia]], [[Eropah]], [[Amerika Serikat]], [[Timur Tengah]], dan lainnya, dalam jumlah yang lebih kecil.

[[Persentase]] perantau Minang yang yang begitu tinggi telah menyebarkan orang Minang ke berbagai tempat, sehingga umumnya orang memandang masyarakat Minang sebagai suku perantau. Tradisi merantau orang Minang telah berakar sejak berabad-abad yang lalu, namun tak diketahui secara pasti masa awalnya. Sejarah mencatat dengan baik, pengembaraan [[Raja Bagindo]] ke [[Sulu]], [[Filipina]], dalam rangka syiar [[Islam]] pada akhir abad ke-14, dan menjadi perintis [[Kesultanan Sulu]]. Sejarah juga mencatat penghijrahan besar-besaran orang Minang ke [[Semenanjung Malaya]] pada abad ke-15.
== Rendang ==
[[Berkas:Rendang.JPG|jmpl|kiri|225px|[[Rendang]] sebagai ikon budaya kuliner Minangkabau dan Indonesia.]]
{{utama|Rendang}}

Rendang adalah masakan [[tradisional]] khas dari Minangkabau. Karya budaya kuliner ini ikut mengangkat budaya kuliner Indonesia ke tataran [[internasional]] karena terpilih sebagai makanan terlezat atau peringkat pertama di dunia pada ''World's 50 Most Delicious Foods'' (50 Hidangan Terlezat Dunia) berdasarkan hasil polling yang dilakukan oleh ''[[CNN|CNN Internasional]]'' pada tahun 2011. Makanan yang telah ada sejak berabad yang lalu ini telah dikonsumsi dan dijadikan bekal dalam perjalanan panjang oleh [[Saudagar Minangkabau|peniaga-peniaga Minangkabau]] yang melakukan aktivitas perdagangan ke berbagai wilayah di [[Asia Tenggara]] dari zaman dulu. Rendang yang dianggap sebagai puncak [[gastronomi]] Minang telah menjadi ikon budaya kuliner Minangkabau.<ref name=tempo.co>[http://travel.tempo.co/read/news/2012/08/26/201425535/rendang-bukan-lagi-milik-orang-minang "Rendang Bukan Lagi Milik Orang Minang"] ''[[Tempo.co]]'', 26 Agustus 2012. Diakses 16 September 2015.</ref>

== Rumah Gadang ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Minangkabau huis Fort de Kock TMnr 60022900.jpg|jmpl|kiri|225px|[[Rumah Gadang]] di [[Fort de Kock]], [[Luhak Agam]], Minangkabau.]]{{utama|Rumah Gadang}}

Rumah Gadang adalah rumah adat tradisional Minangkabau. Rumah berbentuk kapal dengan atap berujung lancip dan menjulang ini sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya karena bentuknya yang unik, desain rumah gadang juga makin dikenal karena bagian ''gonjong'' atapnya yang lancip banyak dipakai sebagai ikon utama bagi masyarakat Minang di mana pun berada. Banyak [[rumah makan Padang]] yang berada di luar [[Sumatra Barat]] memakai ''gonjong'' rumah gadang sebagai penanda dengan memasangnya di bagian depan rumah makan. Rumah Gadang telah menjadi ikon warisan budaya Minangkabau yang bersifat fisik atau kasat mata.<ref name=antaranews.com>[http://www.antaranews.com/berita/366495/banyak-warisan-budaya-minangkabau-terancam-punah "Banyak warisan budaya Minangkabau terancam punah"] ''[[Antara]]'', 01 April 2013. Diakses 16 September 2015.</ref>

[[Berkas:Sitti Nurbaya (sampul depan).PNG|jmpl|ka|225px|''Sitti Nurbaya'', sebuah novel roman karya [[Marah Rusli]].]]

== Siti Nurbaya ==
{{utama|Sitti Nurbaya}}

''Sitti Nurbaya'' adalah sebuah novel roman karya [[Marah Rusli]] terbitan [[Balai Pustaka]] pada tahun 1922 yang amat dikenal di Indonesia. Novel yang bercerita tentang kisah cinta kasih Siti Nurbaya dengan tema kasih tak sampai, anti-pernikahan paksa, pengorbanan, kolonialisme, dan kemodernan itu juga dipelajari di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Karena kepopulerannya, karya Marah Rusli ini juga dijadikan idiom oleh masyarakat untuk menyatakan penolakan terhadap orang tua yang masih suka menjodohkan anaknya dengan seseorang yang bukan pilihan si anak.<ref name=tamanismailmarzuki.co.id>[http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/marahrusli.html "Seniman Sastra; Marah Rusli"] ''Situs [[Taman Ismail Marzuki|TIM]]''. Diakses 18 September 2015.</ref>

Tokoh utama Siti Nurbaya dalam novel itu kemudian menjadi ikon [[Bundo Kanduang|perempuan Minangkabau]] yang mengorbankan, serta mencari dan membela cintanya hingga ajal menjemputnya setelah diracun suaminya sendiri, Datuk Maringgih. Novel roman ''Sitti Nurbaya'' juga telah menjadi salah satu ikon sastra Indonesia.

== Tuanku Imam Bonjol ==
[[Berkas:Tuanku Imam Bonjol.jpg|jmpl|ka|225px|Tuanku Imam Bonjol, ulama, dan pemimpin [[Perang Padri]].]]
{{utama|Tuanku Imam Bonjol}}

Tuanku Imam Bonjol dikenal sebagai [[ulama]] dan pemimpin [[perang Padri]] terkemuka. Terlepas dari pro-kontra yang melatari kepejuangan Imam Bonjol, ia telah memimpin suatu perang yang cukup panjang, yang merupakan salah satu perang yang menguras tenaga, materi, dan pikiran pihak [[koloni]]alis [[Belanda]], di samping dua perang besar lainnya, yaitu [[perang Jawa]] atau [[Diponegoro|perang Diponegoro]] dan [[perang Aceh]].

Panglima perang ini berhasil ditangkap Belanda setelah ditipu dengan dalih perundingan damai yang dilakukan pihak Belanda. Ia kemudian dibuang ke [[Cianjur]], [[Jawa Barat]], lalu ke [[Ambon]], [[Maluku]], dan terakhir ke Lotak, [[Minahasa]], [[Sulawesi Utara]], dan meninggal di sana pada tanggal [[8 November]] 1864 setelah menjadi buangan selama 27 tahun.

Imam Bonjol dan perang Padri telah menjadi ikon [[Ulama Minangkabau|ulama]] dan [[patriotisme]] Minangkabau dalam perjuangan bersenjata melawan kolonialis.

== Rujukan ==
{{Reflist|2}}

{{Indonesia-stub}}

[[Kategori:Minangkabau]]

Revisi terkini sejak 31 Maret 2019 15.16

Mengalihkan ke: