Skrupel: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP21Danang (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
k Perubahan kosmetik tanda baca |
||
| (4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
| Baris 1: | Baris 1: | ||
| ⚫ | ALEQUIANISMO[[Berkas:JohnMooreBpOfEly.jpg|jmpl|alt=Lukisan Mezzotint tentang seorang lelaki dengan jubah dan rambut panjang. Dia berumur sekitar 50 tahun dengan ekspresi tenang di wajah bulatnya. Tangan kirinya memegang sandaran lengan kursinya, dan kanannya memegang lipatan salah satu jubahnya di dada.|[[John Moore (Bishop of Ely)|John Moore]] (shown {{circa|1691–1703}}) adalah penemu Skrupel pertama kali, menyebutnya sebagai "melankolis religius".<ref name=Lopez-Ibor>{{vcite book |chapterurl=http://media.wiley.com/product_data/excerpt/18/04706947/0470694718-2.pdf |chapterformat=PDF |chapter=Religious experience and psychopathology |author=López-Ibor JJ Jr, López-Ibor Alcocer MI |pages=211–33 |title=Religion and Psychiatry: Beyond Boundaries |editor=Verhagen P, Van Praag HM, López-Ibor JJ Jr, Cox J, Moussaoui D, editors |isbn=978-0-470-69471-8 |publisher=Wiley |date=2010 }}</ref> ]] |
||
{{inuseBP|BP21Danang|27 Juni 2014|30 Mei 2014}} |
|||
| ⚫ | [[ |
||
'''Skrupel''' (Scrupulosity) adalah sebuah penyakit jiwa yang terjadi ketika seseorang mengalami ke[[takut]]an, dengan [[sadar]], namun dihantui sebuah perbuatan atau perasaan ber[[dosa]] padahal ia sendiri tidak berdosa, atau melakukan dosa ringan (menurut [[Katolik]] pada zamannya) namun merasa menanggung dosa yang sangat berat.<ref name="Ens">{{id}}Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3219</ref> Oleh karena itu, dalam tradisi Katolik, ia boleh dan seharusnya mempercayakan dirinya kepada [[Tuhan]] (Bapa) dengan cara melakukan pengakuan dosa (biasanya di bilik pengakuan).<ref name="Ens"/> Skruple adalah sebuah kelainan psikologi [[patologi]]s karena perasaan bersalah, terkait [[moral]] dan isu [[agama]].<ref name="Ens"/> Gangguan ini merupakan tekanan yang dirasakan secara personal, mengakibatkan gangguan obyektif, dan sering mengganggu pergaulan sosialnya.<ref name=Miller-Hedges/> Kelainan tersebut termasuk dalam konsep sebagai sebuah gangguan moral dari bentuk dorongan obsesif dan kompulsif (obsessive–compulsive disorder |
'''Skrupel''' (Scrupulosity) adalah sebuah penyakit jiwa yang terjadi ketika seseorang mengalami ke[[takut]]an, dengan [[sadar]], namun dihantui sebuah perbuatan atau perasaan ber[[dosa]] padahal ia sendiri tidak berdosa, atau melakukan dosa ringan (menurut [[Katolik]] pada zamannya) namun merasa menanggung dosa yang sangat berat.<ref name="Ens">{{id}}Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3219</ref> Oleh karena itu, dalam tradisi Katolik, ia boleh dan seharusnya mempercayakan dirinya kepada [[Tuhan]] (Bapa) dengan cara melakukan pengakuan dosa (biasanya di bilik pengakuan).<ref name="Ens"/> Skruple adalah sebuah kelainan psikologi [[patologi]]s karena perasaan bersalah, terkait [[moral]] dan isu [[agama]].<ref name="Ens"/> Gangguan ini merupakan tekanan yang dirasakan secara personal, mengakibatkan gangguan obyektif, dan sering mengganggu pergaulan sosialnya.<ref name=Miller-Hedges/> Kelainan tersebut termasuk dalam konsep sebagai sebuah gangguan moral dari bentuk dorongan obsesif dan kompulsif (obsessive–compulsive disorder: OCD),<ref>{{vcite journal |author=Deacon B, Nelson EA |title=On the nature and treatment of scrupulosity |journal=Pragmatic Case Stud Psychother |volume=4 |issue=2 |pages=39–53 |year=2008 |url=http://jrul.libraries.rutgers.edu/index.php/pcsp/article/view/932/2329 |format=PDF }}</ref> Kategori tersebut tidak mutlak, atau secara [[empiris]] dapat dibantah.<ref name=Miller-Hedges/> |
||
Istilah skrupel diambil dari bahasa Latin ''scrupulum'', sebuah bantu tajam, identik dengan sebuah penderitaan yang menetap pada kesadaran.<ref name=Miller-Hedges>{{vcite journal |author=Miller CH, Hedges DW |title=Scrupulosity disorder: an overview and introductory analysis |journal=J Anxiety Disord |volume=22 |issue=6 |pages=1042–58 |year=2008 |pmid=18226490 |doi=10.1016/j.janxdis.2007.11.004 }}</ref> |
Istilah skrupel diambil dari bahasa Latin ''scrupulum'', sebuah bantu tajam, identik dengan sebuah penderitaan yang menetap pada kesadaran.<ref name=Miller-Hedges>{{vcite journal |author=Miller CH, Hedges DW |title=Scrupulosity disorder: an overview and introductory analysis |journal=J Anxiety Disord |volume=22 |issue=6 |pages=1042–58 |year=2008 |pmid=18226490 |doi=10.1016/j.janxdis.2007.11.004 }}</ref> |
||
Penggunaan istilah ini diketahui pada abad 12.<ref name=Taylor>{{vcite journal |author=Taylor CZ |title=Religious addiction: obsession with spirituality |journal=Pastoral Psych |volume=50 |issue=4 |pages=291–315 |doi=10.1023/A:1014074130084 |date=2002 }}</ref> Beberapa sejarawan dan pemuka agama mendapati keraguan akan dosa yang memengaruhi ekspresi diri, dalam hal penderitaan.<ref name=Taylor/> Salah satu tokoh [[Katolik]] terkenal, [[Ignasius Loyola]] pendiri ordo [[Yesuit]] pernah menulis, "Setelah aku memandang bentuk [[salib]] dari dua cara sederhana, saya mendpati perasaan keberdosaan yang muncul pada diri seseorang barangkali adalah skrupel, dan bisa saja itu datang dari musuh untuk mencobai kita."<ref name=van-Megen>{{vcite book |chapter=Obsessive compulsive disorder and religion: a reconnaissance |author=van Megen HJGM, den Boer-Wolters D, Verhagen PJ |pages=271–82 |title=Religion and Psychiatry: Beyond Boundaries |editor=Verhagen P, Van Praag HM, López-Ibor JJ Jr, Cox J, Moussaoui D, editors |isbn=978-0-470-69471-8 |publisher=Wiley |date=2010 }}</ref> |
Penggunaan istilah ini diketahui pada abad 12.<ref name=Taylor>{{vcite journal |author=Taylor CZ |title=Religious addiction: obsession with spirituality |journal=Pastoral Psych |volume=50 |issue=4 |pages=291–315 |doi=10.1023/A:1014074130084 |date=2002 }}</ref> Beberapa sejarawan dan pemuka agama mendapati keraguan akan dosa yang memengaruhi ekspresi diri, dalam hal penderitaan.<ref name=Taylor/> Salah satu tokoh [[Katolik]] terkenal, [[Ignasius Loyola]] pendiri ordo [[Yesuit]] pernah menulis, "Setelah aku memandang bentuk [[salib]] dari dua cara sederhana, saya mendpati perasaan keberdosaan yang muncul pada diri seseorang barangkali adalah skrupel, dan bisa saja itu datang dari musuh untuk mencobai kita."<ref name=van-Megen>{{vcite book |chapter=Obsessive compulsive disorder and religion: a reconnaissance |author=van Megen HJGM, den Boer-Wolters D, Verhagen PJ |pages=271–82 |title=Religion and Psychiatry: Beyond Boundaries |editor=Verhagen P, Van Praag HM, López-Ibor JJ Jr, Cox J, Moussaoui D, editors |isbn=978-0-470-69471-8 |publisher=Wiley |date=2010 }}</ref> |
||
==Rujukan== |
== Rujukan == |
||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Psikologi]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Penyakit]] |
||
Revisi terkini sejak 23 Juni 2019 11.55
ALEQUIANISMO
Skrupel (Scrupulosity) adalah sebuah penyakit jiwa yang terjadi ketika seseorang mengalami ketakutan, dengan sadar, namun dihantui sebuah perbuatan atau perasaan berdosa padahal ia sendiri tidak berdosa, atau melakukan dosa ringan (menurut Katolik pada zamannya) namun merasa menanggung dosa yang sangat berat.[2] Oleh karena itu, dalam tradisi Katolik, ia boleh dan seharusnya mempercayakan dirinya kepada Tuhan (Bapa) dengan cara melakukan pengakuan dosa (biasanya di bilik pengakuan).[2] Skruple adalah sebuah kelainan psikologi patologis karena perasaan bersalah, terkait moral dan isu agama.[2] Gangguan ini merupakan tekanan yang dirasakan secara personal, mengakibatkan gangguan obyektif, dan sering mengganggu pergaulan sosialnya.[3] Kelainan tersebut termasuk dalam konsep sebagai sebuah gangguan moral dari bentuk dorongan obsesif dan kompulsif (obsessive–compulsive disorder: OCD),[4] Kategori tersebut tidak mutlak, atau secara empiris dapat dibantah.[3]
Istilah skrupel diambil dari bahasa Latin scrupulum, sebuah bantu tajam, identik dengan sebuah penderitaan yang menetap pada kesadaran.[3]
Penggunaan istilah ini diketahui pada abad 12.[5] Beberapa sejarawan dan pemuka agama mendapati keraguan akan dosa yang memengaruhi ekspresi diri, dalam hal penderitaan.[5] Salah satu tokoh Katolik terkenal, Ignasius Loyola pendiri ordo Yesuit pernah menulis, "Setelah aku memandang bentuk salib dari dua cara sederhana, saya mendpati perasaan keberdosaan yang muncul pada diri seseorang barangkali adalah skrupel, dan bisa saja itu datang dari musuh untuk mencobai kita."[6]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ López-Ibor JJ Jr, López-Ibor Alcocer MI. Religious experience and psychopathology [PDF]. In: Verhagen P, Van Praag HM, López-Ibor JJ Jr, Cox J, Moussaoui D, editors. Religion and Psychiatry: Beyond Boundaries. Wiley; 2010. ISBN 978-0-470-69471-8. p. 211–33.
- ^ a b c (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3219
- ^ a b c Miller CH, Hedges DW. Scrupulosity disorder: an overview and introductory analysis. J Anxiety Disord. 2008;22(6):1042–58. doi:10.1016/j.janxdis.2007.11.004. PMID 18226490.
- ^ Deacon B, Nelson EA. On the nature and treatment of scrupulosity [PDF]. Pragmatic Case Stud Psychother. 2008;4(2):39–53.
- ^ a b Taylor CZ. Religious addiction: obsession with spirituality. Pastoral Psych. 2002;50(4):291–315. doi:10.1023/A:1014074130084.
- ^ van Megen HJGM, den Boer-Wolters D, Verhagen PJ. Obsessive compulsive disorder and religion: a reconnaissance. In: Verhagen P, Van Praag HM, López-Ibor JJ Jr, Cox J, Moussaoui D, editors. Religion and Psychiatry: Beyond Boundaries. Wiley; 2010. ISBN 978-0-470-69471-8. p. 271–82.