Lompat ke isi

Reklamasi daratan di Singapura: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[File:Merlion and the Singapore Skyline.JPG|thumb|upright=1.5|Singapura menerapkan reklamasi daratan ekstensif untuk memperluas wilayahnya ke luar batas geografis alaminya.]]
[[Berkas:Merlion and the Singapore Skyline.JPG|jmpl|upright=1.5|Singapura menerapkan reklamasi daratan ekstensif untuk memperluas wilayahnya ke luar batas geografis alaminya.]]
[[Reklamasi daratan]] dari perairan sekitar diterapkan di [[Singapura]] untuk memperluas [[daratan]] alaminya yang terbatas. Reklamasi daratan adalah proses menambah daratan baru dengan menimbun [[perairan]] sekitar.<ref name="ftn1">Wikipedia contributors, "Land reclamation," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Land_reclamation&oldid=766322137 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Land_reclamation&oldid=766322137] (accessed February 15, 2017).</ref> Ada beberapa cara melakukan reklamasi daratan. Cara paling sederhana adalah mengimpor dan menimbun batuan besar dan/atau [[semen]] ke perairan, kemudian menimbun [[tanah liat]] sampai ketinggian daratan yang diinginkan tercapai.<ref name="ftn48">Wikipedia contributors, "Land reclamation".</ref> Mengeringkan [[lahan basah]] yang terbenam atau bioma serupa untuk memunculkan daratan juga tergolong reklamasi daratan.<ref name="ftn48"/>
[[Reklamasi daratan]] dari perairan sekitar diterapkan di [[Singapura]] untuk memperluas [[daratan]] alaminya yang terbatas. Reklamasi daratan adalah proses menambah daratan baru dengan menimbun [[perairan]] sekitar.<ref name="ftn1">Wikipedia contributors, "Land reclamation," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Land_reclamation&oldid=766322137 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Land_reclamation&oldid=766322137] (accessed February 15, 2017).</ref> Ada beberapa cara melakukan reklamasi daratan. Cara paling sederhana adalah mengimpor dan menimbun batuan besar dan/atau [[semen]] ke perairan, kemudian menimbun [[tanah liat]] sampai ketinggian daratan yang diinginkan tercapai.<ref name="ftn48">Wikipedia contributors, "Land reclamation".</ref> Mengeringkan [[lahan basah]] yang terbenam atau bioma serupa untuk memunculkan daratan juga tergolong reklamasi daratan.<ref name="ftn48"/>


Baris 8: Baris 8:
Pada tahun 1960, Singapura dihuni oleh kurang dari dua juta orang. Angka tersebut berlipat dua pada tahun 2008 menjadi hampir 4,5 juta jiwa.<ref name="ftn9">Wong, ''Spatial Planning''. VII.</ref> Untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah (serta meningkatnya upaya ekonomi dan industralisasi negara), Singapura menambah luas daratannya sebesar 22% sejak merdeka tahun 1965. Sebagian tanah reklamasi dibiarkan kosong untuk cadangan masa depan.<ref name="ftn10">"Such Quantities of Sand,” ''The Economist''. February 26, 2015.</ref><sup>,</sup><ref name="ftn11">Wong, ''Spatial Planning''. 120-121.</ref> Meski penduduk asli Singapura tidak bertambah cepat seperti pada pertengahan abad ke-20, orang asing terus membanjiri kota ini seiring bertumbuhnya ekonomi negara. Karena itu, pemerintah Singapura gencar melakukan reklamasi daratan.<ref name="ftn12">Wikipedia contributors, "Demographics of Singapore," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Demographics_of_Singapore&oldid=764872042 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Demographics_of_Singapore&oldid=764872042] (accessed February 19, 2017).</ref><sup>,</sup><ref name="ftn13">For influx of foreigners, see Wong, ''Spatial Planning''. 23.</ref> Pemerintah berencana memperluas Singapura sebesar 7-8% pada tahun 2030.<ref name="ftn78">"Such Quantities of Sand,” ''The Economist''.</ref>
Pada tahun 1960, Singapura dihuni oleh kurang dari dua juta orang. Angka tersebut berlipat dua pada tahun 2008 menjadi hampir 4,5 juta jiwa.<ref name="ftn9">Wong, ''Spatial Planning''. VII.</ref> Untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah (serta meningkatnya upaya ekonomi dan industralisasi negara), Singapura menambah luas daratannya sebesar 22% sejak merdeka tahun 1965. Sebagian tanah reklamasi dibiarkan kosong untuk cadangan masa depan.<ref name="ftn10">"Such Quantities of Sand,” ''The Economist''. February 26, 2015.</ref><sup>,</sup><ref name="ftn11">Wong, ''Spatial Planning''. 120-121.</ref> Meski penduduk asli Singapura tidak bertambah cepat seperti pada pertengahan abad ke-20, orang asing terus membanjiri kota ini seiring bertumbuhnya ekonomi negara. Karena itu, pemerintah Singapura gencar melakukan reklamasi daratan.<ref name="ftn12">Wikipedia contributors, "Demographics of Singapore," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Demographics_of_Singapore&oldid=764872042 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Demographics_of_Singapore&oldid=764872042] (accessed February 19, 2017).</ref><sup>,</sup><ref name="ftn13">For influx of foreigners, see Wong, ''Spatial Planning''. 23.</ref> Pemerintah berencana memperluas Singapura sebesar 7-8% pada tahun 2030.<ref name="ftn78">"Such Quantities of Sand,” ''The Economist''.</ref>


==History==
== Sejarah ==
[[File:Plan of the Town of Singapore (1822) by Lieutenant Philip Jackson.jpg|thumb|upright=1.35|Rencana tata kota Singapura buatan Stamford Raffles, 1822.]]
[[Berkas:Plan of the Town of Singapore (1822) by Lieutenant Philip Jackson.jpg|jmpl|upright=1.35|Rencana tata kota Singapura buatan Stamford Raffles, 1822.]]


Tahap pertama reklamasi daratan dimulai tidak lama setelah Sir [[Stamford Raffles]] tiba pada tahun 1819. Raffles datang untuk membangun pelabuhan Britania yang menyaingi Belanda. Meski Singapura saat ini merupakan tempat berlabuh yang ideal, Singapura zaman dulu hanya desa nelayan kecil biasa.<ref name="ftn15">Matt K. Matsuda, ''Pacific Worlds: A History of Seas, Peoples, and Cultures'' (Cambridge: Cambridge University Press, 2012). 197.</ref><sup>,</sup><ref name="ftn39"/> Mengubah desa kecil menjadi pusat dagang besar memerlukan penataan ulang dan pemanfaatan lahan yang lebih baik. Dengan beberapa perubahan terhadap rencana aslinya, Raffles memutuskan pada tahun 1822 bahwa pusat perdagangan yang baru akan dibangun di bantaran selatan [[Sungai Singapura]], dekat mulut sungai.<ref name="ftn17">National Library Board Singapore, “Singapore’s First Land Reclamation Project Begins,” last modified 2014. [http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/feddcf2a-2074-4ae6-b272-dc0db80e2146 http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/feddcf2a-2074-4ae6-b272-dc0db80e2146]</ref> Kala itu, hampir seluruh bantaran selatan berupa rawa yang dipenuhi bakau dan dialiri anak-anak sungai.<ref name="ftn23">National Library Board Singapore, “Singapore’s First Land Reclamation Project Begins”.</ref> Daerah itu tidak dihuni.<ref name="ftn23"/> Meski Residen Britania pertama di Singapura, [[William Farquhar]], mengkhawatirkan biaya dan kelayakan reklamasi daratan, ia akhirnya memutuskan bahwa proyek ini bisa dilaksanakan.<ref name="ftn23"/> Karena bantaran sungai barat daya rawan banjir, Raffles memerintahkan agar sebuah bukit kecil dikeruk (sekarang [[Raffles Place]]) dan tanahnya ditimbun di dataran rendah yang rawan banjir.<ref name="ftn23"/> Proyek ini dimulai pada paruh akhir 1822 dan dikerjakan selama 3-4 bulan oleh tenaga kerja [[Tionghoa]], [[Melayu]], dan [[bangsa India|India]].<ref name="ftn23"/> Bantaran selatan kemudian dikapling dan dijual ke investor komersial.<ref name="ftn23"/>
Tahap pertama reklamasi daratan dimulai tidak lama setelah Sir [[Stamford Raffles]] tiba pada tahun 1819. Raffles datang untuk membangun pelabuhan Britania yang menyaingi Belanda. Meski Singapura saat ini merupakan tempat berlabuh yang ideal, Singapura zaman dulu hanya desa nelayan kecil biasa.<ref name="ftn15">Matt K. Matsuda, ''Pacific Worlds: A History of Seas, Peoples, and Cultures'' (Cambridge: Cambridge University Press, 2012). 197.</ref><sup>,</sup><ref name="ftn39"/> Mengubah desa kecil menjadi pusat dagang besar memerlukan penataan ulang dan pemanfaatan lahan yang lebih baik. Dengan beberapa perubahan terhadap rencana aslinya, Raffles memutuskan pada tahun 1822 bahwa pusat perdagangan yang baru akan dibangun di bantaran selatan [[Sungai Singapura]], dekat mulut sungai.<ref name="ftn17">National Library Board Singapore, “Singapore’s First Land Reclamation Project Begins,” last modified 2014. [http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/feddcf2a-2074-4ae6-b272-dc0db80e2146 http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/feddcf2a-2074-4ae6-b272-dc0db80e2146]</ref> Kala itu, hampir seluruh bantaran selatan berupa rawa yang dipenuhi bakau dan dialiri anak-anak sungai.<ref name="ftn23">National Library Board Singapore, “Singapore’s First Land Reclamation Project Begins”.</ref> Daerah itu tidak dihuni.<ref name="ftn23"/> Meski Residen Britania pertama di Singapura, [[William Farquhar]], mengkhawatirkan biaya dan kelayakan reklamasi daratan, ia akhirnya memutuskan bahwa proyek ini bisa dilaksanakan.<ref name="ftn23"/> Karena bantaran sungai barat daya rawan banjir, Raffles memerintahkan agar sebuah bukit kecil dikeruk (sekarang [[Raffles Place]]) dan tanahnya ditimbun di dataran rendah yang rawan banjir.<ref name="ftn23"/> Proyek ini dimulai pada paruh akhir 1822 dan dikerjakan selama 3-4 bulan oleh tenaga kerja [[Tionghoa]], [[Melayu]], dan [[bangsa India|India]].<ref name="ftn23"/> Bantaran selatan kemudian dikapling dan dijual ke investor komersial.<ref name="ftn23"/>
Baris 15: Baris 15:
Usai proyek reklamasi pertama, geografi Singapura tidak banyak berubah sampai 1849. Pemerintah membangun fasilitas pelabuhan yang semakin sibuk setelah [[Permukiman Selat]] Britania didirikan tahun 1829 dan [[Terusan Suez]] dibuka tahun 1969. Dua momen penting tersebut membuka jalur pelayaran yang lebih baik antara Singapura dan Eropa.<ref name="ftn24">Wikipedia contributors, "Straits Settlements," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Straits_Settlements&oldid=764849132 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Straits_Settlements&oldid=764849132] (accessed February 16, 2017).</ref><sup>,</sup><ref name="ftn39"/>
Usai proyek reklamasi pertama, geografi Singapura tidak banyak berubah sampai 1849. Pemerintah membangun fasilitas pelabuhan yang semakin sibuk setelah [[Permukiman Selat]] Britania didirikan tahun 1829 dan [[Terusan Suez]] dibuka tahun 1969. Dua momen penting tersebut membuka jalur pelayaran yang lebih baik antara Singapura dan Eropa.<ref name="ftn24">Wikipedia contributors, "Straits Settlements," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Straits_Settlements&oldid=764849132 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Straits_Settlements&oldid=764849132] (accessed February 16, 2017).</ref><sup>,</sup><ref name="ftn39"/>


Pada awal abad ke-20, terutama 1919 sampai 1923, reklamasi Singapura dilakukan untuk meningkatkan sarana publik seperti jalan raya, kereta api, dan perlindungan pesisir dari aspek militer.<ref name="ftn39"/> Pembangunan ini berlanjut sampai [[Perang Dunia II]] ketika [[pendudukan Singapura oleh Jepang|Jepang menduduki Singapura]]. Alih-alih memperbaiki Singapura, Jepang lebih berfokus pada mengembangkan kebudayaan Jepang, mendirika nsekolah Jepang, dan memutar film-film propaganda Jepang di bioskop.<ref name="ftn27">Wikipedia contributors, "Japanese occupation of Singapore," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Japanese_occupation_of_Singapore&oldid=766272805 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Japanese_occupation_of_Singapore&oldid=766272805] (accessed February 16, 2017).</ref> Pada masa itu, industrialisasi di Singapura berjalan lambat dan tidak berubah sampai awal 1960-an (saat itu Singapura mengalami perubahan politik besar-besaran) ketika Singapura turut mendirikan [[Malaysia]] tahun 1963.<ref name="ftn39"/><sup>,</sup><ref name="ftn29">Wikipedia contributors, "Singapore".</ref> Sebagai wilayah Malaysia (dan wilayah merdeka tahun 1965), Singapura merasakan manfaat program pembangunan ekonomi yang memungkinkan sekaligus membutuhkan proyek reklamasi daratan besar-besaran.<ref name="ftn39"/> Singapura mengalami lonjakan permintaan lahan industri, infrastruktur, komersial, dan permukiman. Beberapa proyek mereklamasi ratusan [[hektar]] daratan sekali jalan.<ref name="ftn39"/> [[Jurong|Kawasan Industri Jurong]] mulai dikembangkan pada awal 1960-an untuk memenuhi kebutuhan lahan industri. Tahun 1968, 153 pabrik didirikan di Jurong, 46 di antaranya sedang dibangun.<ref name="ftn32">Wikipedia contributors, "Jurong," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong&oldid=764513959 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong&oldid=764513959] (accessed February 17, 2017).</ref> Tidak banyak bagian Jurong lama yang bertahan. Sebagian besar Jurong lama dibatasi oleh [[Waduk Pandan]] dan Sungei Pandan.<ref name="ftn33">Wikipedia contributors, "Jurong".</ref> Pada saat yang sama seiring pengembangan Kawasan Industri Jurong, [[distrik bisnis pusat]] Singapura juga diperluas ke lahan reklamasi.<ref name="ftn39"/> Ekonomi Singapura yang lemah pun berubah drastis melalui industrialisasi pascaperang dan reklamasi daratan.<ref name="ftn35">Wikipedia contributors, "Jurong Island," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong_Island&oldid=756833753 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong_Island&oldid=756833753] (accessed February 18, 2017).</ref>
Pada awal abad ke-20, terutama 1919 sampai 1923, reklamasi Singapura dilakukan untuk meningkatkan sarana publik seperti jalan raya, kereta api, dan perlindungan pesisir dari aspek militer.<ref name="ftn39"/> Pembangunan ini berlanjut sampai [[Perang Dunia II]] ketika [[pendudukan Singapura oleh Jepang|Jepang menduduki Singapura]]. Alih-alih memperbaiki Singapura, Jepang lebih berfokus pada mengembangkan kebudayaan Jepang, mendirikan sekolah Jepang, dan memutar film-film propaganda Jepang di bioskop.<ref name="ftn27">Wikipedia contributors, "Japanese occupation of Singapore," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Japanese_occupation_of_Singapore&oldid=766272805 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Japanese_occupation_of_Singapore&oldid=766272805] (accessed February 16, 2017).</ref> Pada masa itu, industrialisasi di Singapura berjalan lambat dan tidak berubah sampai awal 1960-an (saat itu Singapura mengalami perubahan politik besar-besaran) ketika Singapura turut mendirikan [[Malaysia]] tahun 1963.<ref name="ftn39"/><sup>,</sup><ref name="ftn29">Wikipedia contributors, "Singapore".</ref> Sebagai wilayah Malaysia (dan wilayah merdeka tahun 1965), Singapura merasakan manfaat program pembangunan ekonomi yang memungkinkan sekaligus membutuhkan proyek reklamasi daratan besar-besaran.<ref name="ftn39"/> Singapura mengalami lonjakan permintaan lahan industri, infrastruktur, komersial, dan permukiman. Beberapa proyek mereklamasi ratusan [[hektar]] daratan sekali jalan.<ref name="ftn39"/> [[Jurong|Kawasan Industri Jurong]] mulai dikembangkan pada awal 1960-an untuk memenuhi kebutuhan lahan industri. Tahun 1968, 153 pabrik didirikan di Jurong, 46 di antaranya sedang dibangun.<ref name="ftn32">Wikipedia contributors, "Jurong," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong&oldid=764513959 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong&oldid=764513959] (accessed February 17, 2017).</ref> Tidak banyak bagian Jurong lama yang bertahan. Sebagian besar Jurong lama dibatasi oleh [[Waduk Pandan]] dan Sungei Pandan.<ref name="ftn33">Wikipedia contributors, "Jurong".</ref> Pada saat yang sama seiring pengembangan Kawasan Industri Jurong, [[distrik bisnis pusat]] Singapura juga diperluas ke lahan reklamasi.<ref name="ftn39"/> Ekonomi Singapura yang lemah pun berubah drastis melalui industrialisasi pascaperang dan reklamasi daratan.<ref name="ftn35">Wikipedia contributors, "Jurong Island," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong_Island&oldid=756833753 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong_Island&oldid=756833753] (accessed February 18, 2017).</ref>


[[File:Marina Bay and the Singapore skyline at dusk - 20110311.jpg|thumb|upright=1.4|Marina Bay saat ini dapat berdiri berkat reklamasi daratan.]]
[[Berkas:Marina Bay and the Singapore skyline at dusk - 20110311.jpg|jmpl|upright=1.4|Marina Bay saat ini dapat berdiri berkat reklamasi daratan.]]


Pada tahun 1981, [[Bandar Udara Changi Singapura]] dibuka setelah menimbun rawa seluas dua kilometer persegi dengan +52.000.000 meter kubik material tanah.<ref name="ftn36">Wikipedia contributors, "History of Singapore Changi Airport," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=History_of_Singapore_Changi_Airport&oldid=762691740 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=History_of_Singapore_Changi_Airport&oldid=762691740] (accessed February 18, 2017).</ref> Karena Changi memiliki kebijakan membangun terminal baru sebelum kapasitas bandara tercapai, terminal ketiga direncanakan lebih awal dan dibuka pada 1 Januari 2007.<ref name="ftn37">Wikipedia contributors, "History of Singapore Changi Airport".</ref> Bandara Changi memegang gelar bandar udara terbaik di dunia setiap tahun sejak 2013 sampai 2016.<ref name="ftn38">Wikipedia contributors, "Singapore Changi Airport," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Singapore_Changi_Airport&oldid=766126853 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Singapore_Changi_Airport&oldid=766126853] (accessed February 18, 2017).</ref>
Pada tahun 1981, [[Bandar Udara Changi Singapura]] dibuka setelah menimbun rawa seluas dua kilometer persegi dengan +52.000.000 meter kubik material tanah.<ref name="ftn36">Wikipedia contributors, "History of Singapore Changi Airport," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=History_of_Singapore_Changi_Airport&oldid=762691740 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=History_of_Singapore_Changi_Airport&oldid=762691740] (accessed February 18, 2017).</ref> Karena Changi memiliki kebijakan membangun terminal baru sebelum kapasitas bandara tercapai, terminal ketiga direncanakan lebih awal dan dibuka pada 1 Januari 2007.<ref name="ftn37">Wikipedia contributors, "History of Singapore Changi Airport".</ref> Bandara Changi memegang gelar bandar udara terbaik di dunia setiap tahun sejak 2013 sampai 2016.<ref name="ftn38">Wikipedia contributors, "Singapore Changi Airport," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Singapore_Changi_Airport&oldid=766126853 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Singapore_Changi_Airport&oldid=766126853] (accessed February 18, 2017).</ref>
Baris 27: Baris 27:
Singapura terus membangun dan memperluas wilayahnya. Beberapa proyek reklamasi masih berlangsung hingga saat ini. Pemerintah berencana menambah 7-8% daratan negaranya pada tahun 2030.<ref name="ftn46">Goh Chok Tong,&nbsp;“Singapore is the Global City of Opportunity” (Keynote Address, Singapore Conference in London, March 15, 2015).&nbsp;</ref>
Singapura terus membangun dan memperluas wilayahnya. Beberapa proyek reklamasi masih berlangsung hingga saat ini. Pemerintah berencana menambah 7-8% daratan negaranya pada tahun 2030.<ref name="ftn46">Goh Chok Tong,&nbsp;“Singapore is the Global City of Opportunity” (Keynote Address, Singapore Conference in London, March 15, 2015).&nbsp;</ref>


==Masalah penambangan pasir==
== Masalah penambangan pasir ==


Reklamasi daratan memerlukan material timbunan.<ref name="ftn48"/> Untuk perairan dangkal di sekitar Singapura, pasir merupakan opsi terbaik untuk reklamasi.<ref name="ftn49">Asad-ul Iqbal Latif, ''Lim Kim San: A Builder of Singapore'' (ISEAS-Yusof Ishak Institute, 2009).&nbsp;</ref> Pasir tidak selalu digunakan untuk reklamasi, tetapi sering dijadikan material utama untuk reklamasi Singapura.<ref name="ftn50">Denis D. Gray, “Cambodia sells sand; environment ravaged,” ''Asian Reporter'' (2011).&nbsp;</ref> Singapura justru menggunakan terlalu banyak pasir sehingga stok dalam negerinya habis dan berusaha mengimpor pasir dari negara-negara sekitar demi memenuhi kebutuhan reklamasi.<ref name="ftn78"/> Walaupun industri di seluruh dunia bergantung pada pasir, [[Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa]] menemukan bahwa Singapura merupakan pengimpor pasir terbesar di dunia pada tahun 2014.<ref name="ftn78"/> Pada tahun 2010 saja, Singapura mengimpor 14,6 juta ton pasir.<ref name="ftn65">Denis D. Gray, “Cambodia sells sand; environment ravaged”.</ref>
Reklamasi daratan memerlukan material timbunan.<ref name="ftn48"/> Untuk perairan dangkal di sekitar Singapura, pasir merupakan opsi terbaik untuk reklamasi.<ref name="ftn49">Asad-ul Iqbal Latif, ''Lim Kim San: A Builder of Singapore'' (ISEAS-Yusof Ishak Institute, 2009).&nbsp;</ref> Pasir tidak selalu digunakan untuk reklamasi, tetapi sering dijadikan material utama untuk reklamasi Singapura.<ref name="ftn50">Denis D. Gray, “Cambodia sells sand; environment ravaged,” ''Asian Reporter'' (2011).&nbsp;</ref> Singapura justru menggunakan terlalu banyak pasir sehingga stok dalam negerinya habis dan berusaha mengimpor pasir dari negara-negara sekitar demi memenuhi kebutuhan reklamasi.<ref name="ftn78"/> Walaupun industri di seluruh dunia bergantung pada pasir, [[Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa]] menemukan bahwa Singapura merupakan pengimpor pasir terbesar di dunia pada tahun 2014.<ref name="ftn78"/> Pada tahun 2010 saja, Singapura mengimpor 14,6 juta ton pasir.<ref name="ftn65">Denis D. Gray, “Cambodia sells sand; environment ravaged”.</ref>
Baris 33: Baris 33:
Seiring pembangunan berjalan, sumber pasir bangunan semakin langka. Pada tahun 1997, [[Malaysia]] mengumumkan larangan ekspor pasir.<ref name="ftn65"/> Media setempat terus melaporkan penyelundupan pasir ke Singapura. Perdana Menteri [[Mahathir Mohamad]] menyatakan bahwa penambang pasir korup ini "menggali Malaysia dan menyerahkannya kepada orang lain.”<ref name="ftn65"/>
Seiring pembangunan berjalan, sumber pasir bangunan semakin langka. Pada tahun 1997, [[Malaysia]] mengumumkan larangan ekspor pasir.<ref name="ftn65"/> Media setempat terus melaporkan penyelundupan pasir ke Singapura. Perdana Menteri [[Mahathir Mohamad]] menyatakan bahwa penambang pasir korup ini "menggali Malaysia dan menyerahkannya kepada orang lain.”<ref name="ftn65"/>


[[File:Sandmining tatai river 2012.jpg|thumb|upright=1.4|Kapal penambang pasir mengeruk Sungai Tatai di Kamboja.]]
[[Berkas:Sandmining tatai river 2012.jpg|jmpl|upright=1.4|Kapal penambang pasir mengeruk Sungai Tatai di Kamboja.]]


Tahun 2007, [[Indonesia]] melarang ekspor pasir ke Singapura.<ref name="ftn65"/> Larangan ini muncul setelah terjadi ketegangan antara Singapura dan Indonesia terkait pulau-pulau di antara kedua negara ini. Penambang pasir kabarnya hampir melenyapkan pulau-pulau tersebut.<ref name="ftn65"/> Tahun itu, lebih dari 90% pasir impor Singapura berasal dari Indonesia.<ref name="ftn58">Alice Chia, “New reclamation method aims to reduce Singapore’s reliance on sand,” ''Channel News Asia'' (2016).&nbsp;</ref> Larangan ini menaikkan biaya konstruksi dan memaksa pemerintah mencari sumber pasir baru. Singapura terus mencari sumber karena negara-negara tetangganya juga melarang ekspor pasir.<ref name="ftn72">Alice Chia, “New reclamation method aims to reduce Singapore’s reliance on sand”.</ref>
Tahun 2007, [[Indonesia]] melarang ekspor pasir ke Singapura.<ref name="ftn65"/> Larangan ini muncul setelah terjadi ketegangan antara Singapura dan Indonesia terkait pulau-pulau di antara kedua negara ini. Penambang pasir kabarnya hampir melenyapkan pulau-pulau tersebut.<ref name="ftn65"/> Tahun itu, lebih dari 90% pasir impor Singapura berasal dari Indonesia.<ref name="ftn58">Alice Chia, “New reclamation method aims to reduce Singapore’s reliance on sand,” ''Channel News Asia'' (2016).&nbsp;</ref> Larangan ini menaikkan biaya konstruksi dan memaksa pemerintah mencari sumber pasir baru. Singapura terus mencari sumber karena negara-negara tetangganya juga melarang ekspor pasir.<ref name="ftn72">Alice Chia, “New reclamation method aims to reduce Singapore’s reliance on sand”.</ref>
Baris 39: Baris 39:
Tahun 2009, [[Vietnam]] mengikuti jejak Malaysia dan Indonesia dengan melarang ekspor pasir ke Singapura.<ref name="ftn60">Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors,” ''The Sydney Morning Herald'' (2016).&nbsp;</ref>
Tahun 2009, [[Vietnam]] mengikuti jejak Malaysia dan Indonesia dengan melarang ekspor pasir ke Singapura.<ref name="ftn60">Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors,” ''The Sydney Morning Herald'' (2016).&nbsp;</ref>


Pada tahun itu juga, [[Kamboja]] melarang ekspor pasir, tetapi tidak total seperti negara-negara lain. Meski pasir dari dasar laut boleh diekspor, pasir sungai tidak boleh lagi dikeruk dan diperjualbelikan.<ref name="ftn65"/> More recently, however, certain rivers that receive replenishments of sand naturally due to their proximity to seawater have been made exempt from this ban.<ref name="ftn65"/> Meski dibatasi, Kamboja saat ini merupakan pemasok pasir utama bagi Singapura. Sebagai pemasok 25% pasir Singapura tahun 2010, Kamboja mengalami perubahan ekosistem yang drastis.<ref name="ftn65"/> Setelah Sungai Tatai (pengecualian larangan) mulai digali tahun 2010, jumlah tangkapan ikan, kepiting, dan lobster warga setempat berkurang sebesar 85%; jumlah wisatawan juga berkurang karena kebisingan proyek meningkat.<ref name="ftn65"/> Warga Kamboja meminta penambangan pasir dihentikan.<ref name="ftn65"/> Kerusakan besar terjadi di seluruh [[Provinsi Koh Kong]] akibat pengerukan ini.<ref name="ftn68">Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors”.</ref>
Pada tahun itu juga, [[Kamboja]] melarang ekspor pasir, tetapi tidak total seperti negara-negara lain. Meski pasir dari dasar laut boleh diekspor, pasir sungai tidak boleh lagi dikeruk dan diperjualbelikan.<ref name="ftn65"/> Beberapa sungai yang secara alami terisi endapan pasir karena dekat laut dikecualikan dari larangan tersebut.<ref name="ftn65"/> Meski dibatasi, Kamboja saat ini merupakan pemasok pasir utama bagi Singapura. Sebagai pemasok 25% pasir Singapura tahun 2010, Kamboja mengalami perubahan ekosistem yang drastis.<ref name="ftn65"/> Setelah Sungai Tatai (pengecualian larangan) mulai digali tahun 2010, jumlah tangkapan ikan, kepiting, dan lobster warga setempat berkurang sebesar 85%; jumlah wisatawan juga berkurang karena kebisingan proyek meningkat.<ref name="ftn65"/> Warga Kamboja meminta penambangan pasir dihentikan.<ref name="ftn65"/> Kerusakan besar terjadi di seluruh [[Provinsi Koh Kong]] akibat pengerukan ini.<ref name="ftn68">Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors”.</ref>


Pemerintah Singapura tidak mau mengungkap sumber pasir impornya.<ref name="ftn68"/> [[Kementerian Pembangunan Nasional (Singapura)|Kementerian Pembangunan Nasional]] mengatakan bahwa pemerintah membeli pasir dari "berbagai sumber yang disetujui", tetapi menegaskan bahwa rincian lebih lanjut bukan informasi publik.<ref name="ftn68"/>
Pemerintah Singapura tidak mau mengungkap sumber pasir impornya.<ref name="ftn68"/> [[Kementerian Pembangunan Nasional (Singapura)|Kementerian Pembangunan Nasional]] mengatakan bahwa pemerintah membeli pasir dari "berbagai sumber yang disetujui", tetapi menegaskan bahwa rincian lebih lanjut bukan informasi publik.<ref name="ftn68"/>
Baris 45: Baris 45:
Pada November 2016, Singapura menerapkan metode reklamasi baru dengan menggunakan polder seperti [[Belanda]].<ref name="ftn72"/> Sebuah tembok dibangun untuk memisahkan air laut dengan polder (dataran rendah) dan permukaan airnya dikendalikan menggunakan pompa.<ref name="ftn72"/> Penerapan metode polder akan mengurangi ketergantungan Singapura terhadap pasir impor untuk proyek-proyek reklamasi.<ref name="ftn72"/> Metode ini akan diterapkan di Singapura di ujung barat laut [[Pulau Tekong]], tempat dibangunnya pusat latihan militer yang diperluas hingga 810 hektar.<ref name="ftn72"/>
Pada November 2016, Singapura menerapkan metode reklamasi baru dengan menggunakan polder seperti [[Belanda]].<ref name="ftn72"/> Sebuah tembok dibangun untuk memisahkan air laut dengan polder (dataran rendah) dan permukaan airnya dikendalikan menggunakan pompa.<ref name="ftn72"/> Penerapan metode polder akan mengurangi ketergantungan Singapura terhadap pasir impor untuk proyek-proyek reklamasi.<ref name="ftn72"/> Metode ini akan diterapkan di Singapura di ujung barat laut [[Pulau Tekong]], tempat dibangunnya pusat latihan militer yang diperluas hingga 810 hektar.<ref name="ftn72"/>


==Kontroversi dengan Malaysia==
== Kontroversi dengan Malaysia ==


Pada tahun 2003, Malaysia mengkritik Singapura karena melakukan reklamasi di kedua ujung [[Selat Johor]] yang memisahkan kedua negara.<ref name="ftn78"/> Malaysia mengklaim bahwa proyek Singapura mengganggu wilayah Malaysia dan berdampak buruk bagi lingkungan dan mata pencaharian nelayan setempat.<ref name="ftn78"/> Malaysia menutut Singapura lewat jalur hukum sesuai [[Konvensi Hukum Laut PBB]] (UNCLOS).<ref name="ftn78"/> Sengketa ini diselesaikan setelah melalui proses arbitrase.<ref name="ftn78"/>
Pada tahun 2003, Malaysia mengkritik Singapura karena melakukan reklamasi di kedua ujung [[Selat Johor]] yang memisahkan kedua negara.<ref name="ftn78"/> Malaysia mengklaim bahwa proyek Singapura mengganggu wilayah Malaysia dan berdampak buruk bagi lingkungan dan mata pencaharian nelayan setempat.<ref name="ftn78"/> Malaysia menutut Singapura lewat jalur hukum sesuai [[Konvensi Hukum Laut PBB]] (UNCLOS).<ref name="ftn78"/> Sengketa ini diselesaikan setelah melalui proses arbitrase.<ref name="ftn78"/>
Baris 51: Baris 51:
Singapura juga mengkritik Malaysia atas dua proyek reklamasi Malaysia di Selat Johor. Salah satu proyek akan menyatukan empat pulau di selat ini dan membangun metropolis baru bernama Forest City.<ref name="ftn78"/> Malaysia mengiklankan Forest City sebagai kebun besar dengan bangunan-bangunan hijau dan transportasi publik yang mapan. Proyek tersebut tertunda ketika Singapura melontarkan protes pada tahun 2014. Pemerintah Malaysia kabarnya menyetujui pengurangan luas proyek Forest City pada Januari 2015.<ref name="ftn78"/>
Singapura juga mengkritik Malaysia atas dua proyek reklamasi Malaysia di Selat Johor. Salah satu proyek akan menyatukan empat pulau di selat ini dan membangun metropolis baru bernama Forest City.<ref name="ftn78"/> Malaysia mengiklankan Forest City sebagai kebun besar dengan bangunan-bangunan hijau dan transportasi publik yang mapan. Proyek tersebut tertunda ketika Singapura melontarkan protes pada tahun 2014. Pemerintah Malaysia kabarnya menyetujui pengurangan luas proyek Forest City pada Januari 2015.<ref name="ftn78"/>


== Dampak lingkungan ==
==Lihat pula==
*[[Reklamasi daratan]]
*[[Reklamasi daratan di Hong Kong]]
*[[Pembangunan masa depan di Singapura]]
*[[Tata kota di Singapura]]
*[[Perbatasan Malaysia-Singapura]]
*[[Perbatasan Indonesia-Singapura]]


Industralisasi (khususnya pembangunan pesisir) dan reklamasi Singapura melenyapkan banyak habitat laut di sepanjang pesisirnya.<ref name="ftn81">Wong, ''Spatial Planning''. 170.</ref> Sebagian besar pesisir selatan dan timur laut Singapura diubah oleh reklamasi.<ref name="ftn81"/> Banyak pulau-pulau kecil yang berubah dengan mengisi perairan sekitarnya untuk memadatkan daratan yang baru.<ref name="ftn81"/>
==Referensi==

Pembangunan seperti ini menghancurkan 95% [[bakau]] Singapura.<ref name="ftn100">Wong, ''Spatial Planning''. 171.</ref> Ketika Stamford Raffles tiba di Singapura tahun 1819, sebagian besar wilayahnya berupa rawa bakau. Kini, bakau menutupi kurang dari 0,5% total luas daratan Singapura.<ref name="ftn83">Matt K. Matsuda, ''Pacific Worlds: A History of Seas, Peoples, and Cultures''. 197-200.</ref><sup>,</sup><ref name="ftn90">Wong, ''Spatial Planning''. 172.</ref> Kehancuran ini sangat mengurangi manfaat bakau seperti perlindungan terhadap [[erosi]] dan berkurangnya [[polutan organik tetap|polusi organik]].<ref name="ftn86">Wong, ''Spatial Planning''. 176.</ref> Dua hal tersebut memperbaiki kualitas perairan pesisir.<ref name="ftn86"/>

[[Berkas:Sungei Buloh Wetland Reserve.jpg|jmpl|upright=1.5|[[Cagar Rawa Sungei Buloh]], wilayah konservasi penting di Singapura.]]

Singapura juga kehilangan banyak [[terumbu karang]] akibat pembangunan daratan dan pesisir besar-besaran.<ref name="ftn100"/> Sebelum era reklamasi, Singapura memiliki terumbu karang seluas kurang lebih 100 [[kilometer persegi]].<ref name="ftn90"/> Per 2002, angka tersebut turun menjadi 54 kilometer persegi.<ref name="ftn90"/> Perkiraan kehilangan relatif menunjukkan bahwa 60% habitat terumbu tidak berkelanjutan lagi.<ref name="ftn90"/> Karena pengawasan terumbu karang baru dilakukan pada akhir 1980-an, penurunan tutupan terumbu bisa terlihat seiring menurunnya kedalaman populasi terumbu karang.<ref name="ftn92">Wong, ''Spatial Planning''. 173.</ref> Meski spesies lokal mengalami [[kepunahan]] terbatas, keragaman terumbu karang secara keseluruhan tidak terganggu. Singapura hanya mengalami penurunan populasi setiap spesies yang setara secara umum.<ref name="ftn92"/> Terumbu karang bermanfaat untuk [[sekuestrasi karbon]] dan perlindungan pesisir, terutama meredam energi gelombang, serta perannya dalam produksi ikan, [[pariwisata lingkungan]], dan penelitian ilmiah.<ref name="ftn93">Wong, ''Spatial Planning''. 174.</ref>

Dampak negatif industrialisasi dihadapi oleh habitat pesisir dan laut Singapura seperti [[rumput laut]], dasar laut, dan pesisir laut. Semuanya mengalami kehilangan atau degradasi seperti bakau dan terumbu karang.<ref name="ftn100"/>

Meski ekosistem akuatik Singapura dirusak oleh proyek reklamasi daratan dan industrialisasi massal, pemerintah terus mengupayakan akomodasi dan restorasi lingkungan yang rusak.<ref name="ftn102">Wong, ''Spatial Planning''. 11.</ref> Sejak pertengahan 1990-an, [[analisis dampak lingkungan]] atau amdal (EIA/''Environmental Impact Assessments'') menjadi perhatian utama dengan tujuan mengidentifikasi potensi dampak lingkungan suatu proyek pembangunan dan solusi yang disarankan untuk mengurangi dampak lingkungan.<ref name="ftn100"/> Dalam proyek pembangunan [[Pulau Semakau#TPA Semakau|TPA Semakau]], EIA dilakukan secara menyeluruh setelah proyek diluncurkan tahun 1999.<ref name="ftn97">Wong, ''Spatial Planning''. 177-178.</ref> EIA menemukan bahwa terumbu karang dan bakau di dalam proyek seluas 350 hektar ini akan terdampak.<ref name="ftn99">Wong, ''Spatial Planning''. 178.</ref> Karena itu, pemerintah berusaha memindahkan bakau ke tempat lain dan pembatas sedimen dipasang untuk mencegah kebocoran endapan ke terumbu karang.<ref name="ftn99"/> Namun demikian, EIA tidak diwajibkan oleh lembaga legislatif sehingga proyek reklamasi daratan tidak perlu membuat EIA.<ref name="ftn100"/> Pemerintah menerima usulan masyarakat mengenai peningkatan keberlanjutan proyek-proyek masa depan di Singapura.<ref name="ftn102"/>

Dalam rangka restorasi, aktivis lingkungan dan pemerintah terus berusaha memperkuat komunitas biotik.<ref name="ftn102"/> Walaupun 25% [[flora]] dan [[fauna]] asli Singapura punah, Singapura memperkenalkan flora dan fauna asing ke ekosistemnya sehingga memperkaya [[keragaman hayati]] negara tersebut.<ref name="ftn103">Wikipedia contributors, "Wildlife of Singapore," ''Wikipedia, The Free Encyclopedia,'' [https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Wildlife_of_Singapore&oldid=729244465 https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Wildlife_of_Singapore&oldid=729244465] (accessed February 20, 2017).</ref> Upaya serupa dalam mengembangkan cagar alam telah melindungi hewan liar setempat; separuh di antaranya hanya hidup di cagar alam.<ref name="ftn104">Wikipedia contributors, "Wildlife of Singapore".</ref>

== Lihat pula ==
* [[Reklamasi daratan]]
* [[Reklamasi daratan di Hong Kong]]
* [[Pembangunan masa depan di Singapura]]
* [[Tata kota di Singapura]]
* [[Perbatasan Malaysia-Singapura]]
* [[Perbatasan Indonesia-Singapura]]

== Referensi ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
{{Reflist|colwidth=30em}}


{{Topik Singapura}}
{{Topik Singapura}}


[[Category:Reklamasi daratan| ]]
[[Kategori:Reklamasi daratan| ]]
[[Category:Geografi Singapura]]
[[Kategori:Geografi Singapura]]

Revisi terkini sejak 3 Desember 2020 22.53

Singapura menerapkan reklamasi daratan ekstensif untuk memperluas wilayahnya ke luar batas geografis alaminya.

Reklamasi daratan dari perairan sekitar diterapkan di Singapura untuk memperluas daratan alaminya yang terbatas. Reklamasi daratan adalah proses menambah daratan baru dengan menimbun perairan sekitar.[1] Ada beberapa cara melakukan reklamasi daratan. Cara paling sederhana adalah mengimpor dan menimbun batuan besar dan/atau semen ke perairan, kemudian menimbun tanah liat sampai ketinggian daratan yang diinginkan tercapai.[2] Mengeringkan lahan basah yang terbenam atau bioma serupa untuk memunculkan daratan juga tergolong reklamasi daratan.[2]

Seperti di wilayah pesisir Hong Kong dan Makau, proses reklamasi daratan memungkinkan terjadinya pembangunan cepat dan urbanisasi.[3] Wilayah pesisir dibatasi oleh letak geografis dan biasanya dibatasi oleh lautan. Wilayah pesisir dapat meluas ke lautan dengan reklamasi daratan.

Reklamasi daratan sudah dilakukan di Singapura sejak awal abad ke-19 dan semakin intens pada paruh akhir abad ke-20 karena pertumbuhan ekonominya melesat.[4] Dengan luas 719 kilometer persegi, Singapura lebih kecil daripada New York City.[5],[6] Karena itu, pemerintah Singapura menilai reklamasi daratan perlu dilakukan. Proyek reklamasi dimanfaatkan untuk menopang kawasan komersial, permukiman, industri, dan pemerintahan yang sudah ada, termasuk kawasan resmi dan militer. Pelestarian sejarah dan budaya setempat dapat dilakukan karena kebutuhan lahan baru ditopang dengan cara reklamasi daratan.[7]

Pada tahun 1960, Singapura dihuni oleh kurang dari dua juta orang. Angka tersebut berlipat dua pada tahun 2008 menjadi hampir 4,5 juta jiwa.[8] Untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah (serta meningkatnya upaya ekonomi dan industralisasi negara), Singapura menambah luas daratannya sebesar 22% sejak merdeka tahun 1965. Sebagian tanah reklamasi dibiarkan kosong untuk cadangan masa depan.[9],[10] Meski penduduk asli Singapura tidak bertambah cepat seperti pada pertengahan abad ke-20, orang asing terus membanjiri kota ini seiring bertumbuhnya ekonomi negara. Karena itu, pemerintah Singapura gencar melakukan reklamasi daratan.[11],[12] Pemerintah berencana memperluas Singapura sebesar 7-8% pada tahun 2030.[13]

Rencana tata kota Singapura buatan Stamford Raffles, 1822.

Tahap pertama reklamasi daratan dimulai tidak lama setelah Sir Stamford Raffles tiba pada tahun 1819. Raffles datang untuk membangun pelabuhan Britania yang menyaingi Belanda. Meski Singapura saat ini merupakan tempat berlabuh yang ideal, Singapura zaman dulu hanya desa nelayan kecil biasa.[14],[4] Mengubah desa kecil menjadi pusat dagang besar memerlukan penataan ulang dan pemanfaatan lahan yang lebih baik. Dengan beberapa perubahan terhadap rencana aslinya, Raffles memutuskan pada tahun 1822 bahwa pusat perdagangan yang baru akan dibangun di bantaran selatan Sungai Singapura, dekat mulut sungai.[15] Kala itu, hampir seluruh bantaran selatan berupa rawa yang dipenuhi bakau dan dialiri anak-anak sungai.[16] Daerah itu tidak dihuni.[16] Meski Residen Britania pertama di Singapura, William Farquhar, mengkhawatirkan biaya dan kelayakan reklamasi daratan, ia akhirnya memutuskan bahwa proyek ini bisa dilaksanakan.[16] Karena bantaran sungai barat daya rawan banjir, Raffles memerintahkan agar sebuah bukit kecil dikeruk (sekarang Raffles Place) dan tanahnya ditimbun di dataran rendah yang rawan banjir.[16] Proyek ini dimulai pada paruh akhir 1822 dan dikerjakan selama 3-4 bulan oleh tenaga kerja Tionghoa, Melayu, dan India.[16] Bantaran selatan kemudian dikapling dan dijual ke investor komersial.[16]

Usai proyek reklamasi pertama, geografi Singapura tidak banyak berubah sampai 1849. Pemerintah membangun fasilitas pelabuhan yang semakin sibuk setelah Permukiman Selat Britania didirikan tahun 1829 dan Terusan Suez dibuka tahun 1969. Dua momen penting tersebut membuka jalur pelayaran yang lebih baik antara Singapura dan Eropa.[17],[4]

Pada awal abad ke-20, terutama 1919 sampai 1923, reklamasi Singapura dilakukan untuk meningkatkan sarana publik seperti jalan raya, kereta api, dan perlindungan pesisir dari aspek militer.[4] Pembangunan ini berlanjut sampai Perang Dunia II ketika Jepang menduduki Singapura. Alih-alih memperbaiki Singapura, Jepang lebih berfokus pada mengembangkan kebudayaan Jepang, mendirikan sekolah Jepang, dan memutar film-film propaganda Jepang di bioskop.[18] Pada masa itu, industrialisasi di Singapura berjalan lambat dan tidak berubah sampai awal 1960-an (saat itu Singapura mengalami perubahan politik besar-besaran) ketika Singapura turut mendirikan Malaysia tahun 1963.[4],[19] Sebagai wilayah Malaysia (dan wilayah merdeka tahun 1965), Singapura merasakan manfaat program pembangunan ekonomi yang memungkinkan sekaligus membutuhkan proyek reklamasi daratan besar-besaran.[4] Singapura mengalami lonjakan permintaan lahan industri, infrastruktur, komersial, dan permukiman. Beberapa proyek mereklamasi ratusan hektar daratan sekali jalan.[4] Kawasan Industri Jurong mulai dikembangkan pada awal 1960-an untuk memenuhi kebutuhan lahan industri. Tahun 1968, 153 pabrik didirikan di Jurong, 46 di antaranya sedang dibangun.[20] Tidak banyak bagian Jurong lama yang bertahan. Sebagian besar Jurong lama dibatasi oleh Waduk Pandan dan Sungei Pandan.[21] Pada saat yang sama seiring pengembangan Kawasan Industri Jurong, distrik bisnis pusat Singapura juga diperluas ke lahan reklamasi.[4] Ekonomi Singapura yang lemah pun berubah drastis melalui industrialisasi pascaperang dan reklamasi daratan.[22]

Marina Bay saat ini dapat berdiri berkat reklamasi daratan.

Pada tahun 1981, Bandar Udara Changi Singapura dibuka setelah menimbun rawa seluas dua kilometer persegi dengan +52.000.000 meter kubik material tanah.[23] Karena Changi memiliki kebijakan membangun terminal baru sebelum kapasitas bandara tercapai, terminal ketiga direncanakan lebih awal dan dibuka pada 1 Januari 2007.[24] Bandara Changi memegang gelar bandar udara terbaik di dunia setiap tahun sejak 2013 sampai 2016.[25]

Per 1991, 10% daratan Singapura direklamasi.[4] Pada tahun itu, lahan industri di daratan utama Singapura mulai langka. Pemeirntah memutuskan agar tujuh pulau kecil di selatan Jurong disatukan menjadi Pulau Jurong.[26] Tahun 2008, Singapura merupakan salah satu pusat perdagangan dan penyulingan minyak terbesar di dunia.[27] Fasilitas yang dibutuhkan untuk industri minyak sebesar itu memerlukan lahan yang sangat luas. Kini, hampir seluruh industri minyak Singapura berpusat di Pulau Jurong dan Kawasan Industri Jurong.[27]

Tahun 1992, proyek reklamasi Marina Centre dan Marina South seluas 360 hektar rampung setelah diumumkan pada akhir 1970-an..[28] Proses reklamasi ini menghilangkan Cekungan Telok Ayer dan Inner Roads; mulut Sungai Singapura yang sejatinya berakhir di laut dialihkan ke Marina Bay.[29] Proyek Marina Bay menambah daratan pinggir air dekat pusat bisnis Singapura dan dijadikan lahan properti premium untuk keperluan komersial, hunian, hotel, dan hiburan.[29]

Singapura terus membangun dan memperluas wilayahnya. Beberapa proyek reklamasi masih berlangsung hingga saat ini. Pemerintah berencana menambah 7-8% daratan negaranya pada tahun 2030.[30]

Masalah penambangan pasir

[sunting | sunting sumber]

Reklamasi daratan memerlukan material timbunan.[2] Untuk perairan dangkal di sekitar Singapura, pasir merupakan opsi terbaik untuk reklamasi.[31] Pasir tidak selalu digunakan untuk reklamasi, tetapi sering dijadikan material utama untuk reklamasi Singapura.[32] Singapura justru menggunakan terlalu banyak pasir sehingga stok dalam negerinya habis dan berusaha mengimpor pasir dari negara-negara sekitar demi memenuhi kebutuhan reklamasi.[13] Walaupun industri di seluruh dunia bergantung pada pasir, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa Singapura merupakan pengimpor pasir terbesar di dunia pada tahun 2014.[13] Pada tahun 2010 saja, Singapura mengimpor 14,6 juta ton pasir.[33]

Seiring pembangunan berjalan, sumber pasir bangunan semakin langka. Pada tahun 1997, Malaysia mengumumkan larangan ekspor pasir.[33] Media setempat terus melaporkan penyelundupan pasir ke Singapura. Perdana Menteri Mahathir Mohamad menyatakan bahwa penambang pasir korup ini "menggali Malaysia dan menyerahkannya kepada orang lain.”[33]

Kapal penambang pasir mengeruk Sungai Tatai di Kamboja.

Tahun 2007, Indonesia melarang ekspor pasir ke Singapura.[33] Larangan ini muncul setelah terjadi ketegangan antara Singapura dan Indonesia terkait pulau-pulau di antara kedua negara ini. Penambang pasir kabarnya hampir melenyapkan pulau-pulau tersebut.[33] Tahun itu, lebih dari 90% pasir impor Singapura berasal dari Indonesia.[34] Larangan ini menaikkan biaya konstruksi dan memaksa pemerintah mencari sumber pasir baru. Singapura terus mencari sumber karena negara-negara tetangganya juga melarang ekspor pasir.[35]

Tahun 2009, Vietnam mengikuti jejak Malaysia dan Indonesia dengan melarang ekspor pasir ke Singapura.[36]

Pada tahun itu juga, Kamboja melarang ekspor pasir, tetapi tidak total seperti negara-negara lain. Meski pasir dari dasar laut boleh diekspor, pasir sungai tidak boleh lagi dikeruk dan diperjualbelikan.[33] Beberapa sungai yang secara alami terisi endapan pasir karena dekat laut dikecualikan dari larangan tersebut.[33] Meski dibatasi, Kamboja saat ini merupakan pemasok pasir utama bagi Singapura. Sebagai pemasok 25% pasir Singapura tahun 2010, Kamboja mengalami perubahan ekosistem yang drastis.[33] Setelah Sungai Tatai (pengecualian larangan) mulai digali tahun 2010, jumlah tangkapan ikan, kepiting, dan lobster warga setempat berkurang sebesar 85%; jumlah wisatawan juga berkurang karena kebisingan proyek meningkat.[33] Warga Kamboja meminta penambangan pasir dihentikan.[33] Kerusakan besar terjadi di seluruh Provinsi Koh Kong akibat pengerukan ini.[37]

Pemerintah Singapura tidak mau mengungkap sumber pasir impornya.[37] Kementerian Pembangunan Nasional mengatakan bahwa pemerintah membeli pasir dari "berbagai sumber yang disetujui", tetapi menegaskan bahwa rincian lebih lanjut bukan informasi publik.[37]

Pada November 2016, Singapura menerapkan metode reklamasi baru dengan menggunakan polder seperti Belanda.[35] Sebuah tembok dibangun untuk memisahkan air laut dengan polder (dataran rendah) dan permukaan airnya dikendalikan menggunakan pompa.[35] Penerapan metode polder akan mengurangi ketergantungan Singapura terhadap pasir impor untuk proyek-proyek reklamasi.[35] Metode ini akan diterapkan di Singapura di ujung barat laut Pulau Tekong, tempat dibangunnya pusat latihan militer yang diperluas hingga 810 hektar.[35]

Kontroversi dengan Malaysia

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2003, Malaysia mengkritik Singapura karena melakukan reklamasi di kedua ujung Selat Johor yang memisahkan kedua negara.[13] Malaysia mengklaim bahwa proyek Singapura mengganggu wilayah Malaysia dan berdampak buruk bagi lingkungan dan mata pencaharian nelayan setempat.[13] Malaysia menutut Singapura lewat jalur hukum sesuai Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS).[13] Sengketa ini diselesaikan setelah melalui proses arbitrase.[13]

Singapura juga mengkritik Malaysia atas dua proyek reklamasi Malaysia di Selat Johor. Salah satu proyek akan menyatukan empat pulau di selat ini dan membangun metropolis baru bernama Forest City.[13] Malaysia mengiklankan Forest City sebagai kebun besar dengan bangunan-bangunan hijau dan transportasi publik yang mapan. Proyek tersebut tertunda ketika Singapura melontarkan protes pada tahun 2014. Pemerintah Malaysia kabarnya menyetujui pengurangan luas proyek Forest City pada Januari 2015.[13]

Dampak lingkungan

[sunting | sunting sumber]

Industralisasi (khususnya pembangunan pesisir) dan reklamasi Singapura melenyapkan banyak habitat laut di sepanjang pesisirnya.[38] Sebagian besar pesisir selatan dan timur laut Singapura diubah oleh reklamasi.[38] Banyak pulau-pulau kecil yang berubah dengan mengisi perairan sekitarnya untuk memadatkan daratan yang baru.[38]

Pembangunan seperti ini menghancurkan 95% bakau Singapura.[39] Ketika Stamford Raffles tiba di Singapura tahun 1819, sebagian besar wilayahnya berupa rawa bakau. Kini, bakau menutupi kurang dari 0,5% total luas daratan Singapura.[40],[41] Kehancuran ini sangat mengurangi manfaat bakau seperti perlindungan terhadap erosi dan berkurangnya polusi organik.[42] Dua hal tersebut memperbaiki kualitas perairan pesisir.[42]

Cagar Rawa Sungei Buloh, wilayah konservasi penting di Singapura.

Singapura juga kehilangan banyak terumbu karang akibat pembangunan daratan dan pesisir besar-besaran.[39] Sebelum era reklamasi, Singapura memiliki terumbu karang seluas kurang lebih 100 kilometer persegi.[41] Per 2002, angka tersebut turun menjadi 54 kilometer persegi.[41] Perkiraan kehilangan relatif menunjukkan bahwa 60% habitat terumbu tidak berkelanjutan lagi.[41] Karena pengawasan terumbu karang baru dilakukan pada akhir 1980-an, penurunan tutupan terumbu bisa terlihat seiring menurunnya kedalaman populasi terumbu karang.[43] Meski spesies lokal mengalami kepunahan terbatas, keragaman terumbu karang secara keseluruhan tidak terganggu. Singapura hanya mengalami penurunan populasi setiap spesies yang setara secara umum.[43] Terumbu karang bermanfaat untuk sekuestrasi karbon dan perlindungan pesisir, terutama meredam energi gelombang, serta perannya dalam produksi ikan, pariwisata lingkungan, dan penelitian ilmiah.[44]

Dampak negatif industrialisasi dihadapi oleh habitat pesisir dan laut Singapura seperti rumput laut, dasar laut, dan pesisir laut. Semuanya mengalami kehilangan atau degradasi seperti bakau dan terumbu karang.[39]

Meski ekosistem akuatik Singapura dirusak oleh proyek reklamasi daratan dan industrialisasi massal, pemerintah terus mengupayakan akomodasi dan restorasi lingkungan yang rusak.[45] Sejak pertengahan 1990-an, analisis dampak lingkungan atau amdal (EIA/Environmental Impact Assessments) menjadi perhatian utama dengan tujuan mengidentifikasi potensi dampak lingkungan suatu proyek pembangunan dan solusi yang disarankan untuk mengurangi dampak lingkungan.[39] Dalam proyek pembangunan TPA Semakau, EIA dilakukan secara menyeluruh setelah proyek diluncurkan tahun 1999.[46] EIA menemukan bahwa terumbu karang dan bakau di dalam proyek seluas 350 hektar ini akan terdampak.[47] Karena itu, pemerintah berusaha memindahkan bakau ke tempat lain dan pembatas sedimen dipasang untuk mencegah kebocoran endapan ke terumbu karang.[47] Namun demikian, EIA tidak diwajibkan oleh lembaga legislatif sehingga proyek reklamasi daratan tidak perlu membuat EIA.[39] Pemerintah menerima usulan masyarakat mengenai peningkatan keberlanjutan proyek-proyek masa depan di Singapura.[45]

Dalam rangka restorasi, aktivis lingkungan dan pemerintah terus berusaha memperkuat komunitas biotik.[45] Walaupun 25% flora dan fauna asli Singapura punah, Singapura memperkenalkan flora dan fauna asing ke ekosistemnya sehingga memperkaya keragaman hayati negara tersebut.[48] Upaya serupa dalam mengembangkan cagar alam telah melindungi hewan liar setempat; separuh di antaranya hanya hidup di cagar alam.[49]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wikipedia contributors, "Land reclamation," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Land_reclamation&oldid=766322137 (accessed February 15, 2017).
  2. ^ a b c Wikipedia contributors, "Land reclamation".
  3. ^ R. Glaser, P. Haberzettl, and R. P. D. Walsh, “Land Reclamation in Singapore, Hong Kong, and Macau,” GeoJournal (August 1991), accessed February 16, 2017.
  4. ^ a b c d e f g h i Glaser, “Land Reclamation”.
  5. ^ Wikipedia contributors, "Singapore," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Singapore&oldid=766718489 (accessed February 16, 2017).
  6. ^ Wikipedia contributors, "New York City," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=New_York_City&oldid=766369032 (accessed February 19, 2017).
  7. ^ Tai-Chee Wong, Belinda Yuen, and Charles Goldblum, ed., Spatial Planning for a Sustainable Singapore (Springer Science + Business Media B.V., 2008), 26.
  8. ^ Wong, Spatial Planning. VII.
  9. ^ "Such Quantities of Sand,” The Economist. February 26, 2015.
  10. ^ Wong, Spatial Planning. 120-121.
  11. ^ Wikipedia contributors, "Demographics of Singapore," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Demographics_of_Singapore&oldid=764872042 (accessed February 19, 2017).
  12. ^ For influx of foreigners, see Wong, Spatial Planning. 23.
  13. ^ a b c d e f g h i "Such Quantities of Sand,” The Economist.
  14. ^ Matt K. Matsuda, Pacific Worlds: A History of Seas, Peoples, and Cultures (Cambridge: Cambridge University Press, 2012). 197.
  15. ^ National Library Board Singapore, “Singapore’s First Land Reclamation Project Begins,” last modified 2014. http://eresources.nlb.gov.sg/history/events/feddcf2a-2074-4ae6-b272-dc0db80e2146
  16. ^ a b c d e f National Library Board Singapore, “Singapore’s First Land Reclamation Project Begins”.
  17. ^ Wikipedia contributors, "Straits Settlements," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Straits_Settlements&oldid=764849132 (accessed February 16, 2017).
  18. ^ Wikipedia contributors, "Japanese occupation of Singapore," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Japanese_occupation_of_Singapore&oldid=766272805 (accessed February 16, 2017).
  19. ^ Wikipedia contributors, "Singapore".
  20. ^ Wikipedia contributors, "Jurong," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong&oldid=764513959 (accessed February 17, 2017).
  21. ^ Wikipedia contributors, "Jurong".
  22. ^ Wikipedia contributors, "Jurong Island," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Jurong_Island&oldid=756833753 (accessed February 18, 2017).
  23. ^ Wikipedia contributors, "History of Singapore Changi Airport," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=History_of_Singapore_Changi_Airport&oldid=762691740 (accessed February 18, 2017).
  24. ^ Wikipedia contributors, "History of Singapore Changi Airport".
  25. ^ Wikipedia contributors, "Singapore Changi Airport," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Singapore_Changi_Airport&oldid=766126853 (accessed February 18, 2017).
  26. ^ Wikipedia contributors, "Jurong Island".
  27. ^ a b Wong, Spatial Planning. 51.
  28. ^ Wikipedia contributors, "Marina Bay, Singapore," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Marina_Bay,_Singapore&oldid=762485366 (accessed February 19, 2017).
  29. ^ a b Wikipedia contributors, "Marina Bay, Singapore".
  30. ^ Goh Chok Tong, “Singapore is the Global City of Opportunity” (Keynote Address, Singapore Conference in London, March 15, 2015). 
  31. ^ Asad-ul Iqbal Latif, Lim Kim San: A Builder of Singapore (ISEAS-Yusof Ishak Institute, 2009). 
  32. ^ Denis D. Gray, “Cambodia sells sand; environment ravaged,” Asian Reporter (2011). 
  33. ^ a b c d e f g h i j Denis D. Gray, “Cambodia sells sand; environment ravaged”.
  34. ^ Alice Chia, “New reclamation method aims to reduce Singapore’s reliance on sand,” Channel News Asia (2016). 
  35. ^ a b c d e Alice Chia, “New reclamation method aims to reduce Singapore’s reliance on sand”.
  36. ^ Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors,” The Sydney Morning Herald (2016). 
  37. ^ a b c Lindsay Murdoch, “Sand wars: Singapore’s growth comes at the environmental expense of its neighbors”.
  38. ^ a b c Wong, Spatial Planning. 170.
  39. ^ a b c d e Wong, Spatial Planning. 171.
  40. ^ Matt K. Matsuda, Pacific Worlds: A History of Seas, Peoples, and Cultures. 197-200.
  41. ^ a b c d Wong, Spatial Planning. 172.
  42. ^ a b Wong, Spatial Planning. 176.
  43. ^ a b Wong, Spatial Planning. 173.
  44. ^ Wong, Spatial Planning. 174.
  45. ^ a b c Wong, Spatial Planning. 11.
  46. ^ Wong, Spatial Planning. 177-178.
  47. ^ a b Wong, Spatial Planning. 178.
  48. ^ Wikipedia contributors, "Wildlife of Singapore," Wikipedia, The Free Encyclopedia, https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Wildlife_of_Singapore&oldid=729244465 (accessed February 20, 2017).
  49. ^ Wikipedia contributors, "Wildlife of Singapore".