Ibnu Miskawaih: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
k +{{Authority control}} |
||
(14 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{inuseBP|BP47Dhorifah|27 Juni 2014| 1 April 2014}} |
|||
{{Infobox Ulama Muslim |
{{Infobox Ulama Muslim |
||
|notability = |
|notability = Ibn Miskawaih |
||
|era = Zaman Kejayaan Islam |
|era = Zaman Kejayaan Islam |
||
|image = |
|image = |
||
|caption = |
|caption = |
||
|name = '''Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi''' |
|name = '''Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi''' |
||
|title= |
|title= |
||
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- --> |
|||
|birth_date = 330 H /932 M |
|||
|tgl_lahir_h = |
|||
|birth_place = [[Ray, Iran|Ray]], Ziyarid Iran |
|||
|tgl_lahir_m = |
|||
|death_date = 421 H /1030M |
|||
|bln_lahir_h = |
|||
|death_place = [[Isfahan]], Kakuyid Iran |
|||
|bln_lahir_m = |
|||
|thn_lahir_h = 330 |
|||
|thn_lahir_m = 932 |
|||
|tempat_lahir = Ray |
|||
|hari_lahir = |
|||
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- --> |
|||
|negara_dilahirkan = |
|||
|nama_ayah = |
|||
|nama_ibu = |
|||
|nama_lahir = |
|||
<!-- --------- --> |
|||
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- --> |
|||
|status_hidup_wafat = WAFAT |
|||
|sebab_wafat = |
|||
|tempat_wafat = Isfahan |
|||
|hari_wafat = |
|||
|tgl_wafat_h = |
|||
|tgl_wafat_m = |
|||
|bln_wafat_h = |
|||
|bln_wafat_m = |
|||
|thn_wafat_h = 421 |
|||
|thn_wafat_m = 1030 |
|||
|tempat_makam = |
|||
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- --> |
|||
|hari_dimakamkan = |
|||
|negara_makam = |
|||
<!-- --------- --> |
|||
|Maddhab = |
|Maddhab = |
||
|school_tradition= |
|school_tradition= |
||
Baris 20: | Baris 45: | ||
|works = ''Tadhib al-akhlaq'', ''Al-Fawz al-Asghar'', ''Tajarib al-umam'' |
|works = ''Tadhib al-akhlaq'', ''Al-Fawz al-Asghar'', ''Tajarib al-umam'' |
||
|influences = Adurbad-e Mahrspandan, [[Al-Kindi]] |
|influences = Adurbad-e Mahrspandan, [[Al-Kindi]] |
||
|influenced = Nasir al-Din Tusi, |
|influenced = Nasir al-Din Tusi, Mulla Sadra| |
||
}} |
}} |
||
Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan [[Muslim]] yang berkonsentrasi pada bidang [[filsafat]] [[akhlak]].<ref name="Sarwoko"> |
'''Ibnu Miskawaih''' adalah salah seorang cendekiawan [[Muslim]] yang berkonsentrasi pada bidang [[filsafat]] [[akhlak]].<ref name="Sarwoko">Soemowinoto, Sarwoko (2008).''Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan''.Jakarta:Penerbit Salemba Medika. Hal 77</ref> Dia lahir di [[Iran]] pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.<ref name="Sarwoko"/><ref name="Soedijarto">Soedijarto, dkk (2007).''Ilmu dan Aplikasi Pendidikan''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2</ref> Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa ke[[khalifah]]an Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M.<ref name="Ary">Nilandari, Ary (2005).''Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran''.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1</ref> Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih.<ref name="Dahlan">Dahlan, Abdul Aziz (2003).''Pemikiran Falsafi dalam Islam''.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88</ref><ref name="Udin">Wahyudin, Udin, dkk (2008).''Fiqih''.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37</ref> |
||
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam |
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang [[kedokteran]], ketuhanan, maupun [[agama]].<ref name="Sarwoko"/> Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.<ref name="Soedijarto"/> Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, dia diangkat menjadi [[sekretaris]] dan [[pustakawan]].<ref name="Soedijarto"/><ref name="Udin"/> Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang.<ref name="Udin"/> |
||
==Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih== |
== Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih == |
||
Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.<ref name="Ary"/> Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari ke[[budaya]]an-kebudayaan sebelumnya |
Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.<ref name="Ary"/> Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari ke[[budaya]]an-kebudayaan sebelumnya, terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah [[moral]] yang sulit untuk diuraikan.<ref name="Ary"/> Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta [[konsistensi]].<ref name="Ary"/> |
||
=== Konsep tentang Tuhan === |
|||
⚫ | |||
Bagi Ibnu Miskawaih, [[Tuhan]] adalah Zat yang jelas atau tidak jelas; jelas karena Tuhan adalah yang ''haq'' (benar), sedang tidak jelas karena kelemahan [[akal]] [[manusia]] untuk menangkap keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang menutupinya.<ref name="Sarwoko"/> Tentu saja ketidaksamaan wujud manusia dengan wujud Tuhan menjadi pembatas.<ref name="Sarwoko"/> Menurutnya, entitas pertama yang memancar dari Tuhan adalah [[akal]] aktif, yaitu tanpa perantara sesuatu pun yang bersifat [[kekal]], [[sempurna]], dan tak berubah.<ref name="Sarwoko"/> |
|||
Dia sering menggabungkan aspek-aspek [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Phytagoras]], [[Galen]], dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi [[Yunani]].<ref name="Ary"/> Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha [[kreatif]] menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.<ref name="Ary"/> |
|||
=== Konsep tentang Akhlak === |
|||
⚫ | Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih |
||
⚫ | Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan [[jiwa]] seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.<ref name="Wahyuddin">Wahyuddin, dkk (2009).''Pendidikan Agama Islam''.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52</ref> Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).<ref name="Ibnu"/> Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.<ref name="Ibnu"/> Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, tetapi sebenarnya watak dapat diusahakan melalui [[pendidikan]] dan [[pengajaran]].<ref name="Ibnu"/> |
||
⚫ | |||
=== Konsep tentang Manusia === |
|||
⚫ | Ia telah menyusun kitab ''Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq''.<ref name="Soedijarto"/> Kemudian karyanya yang lain adalah ''Tartib as Sa'adah'', buku ini berisi tentang akhlak dan politik.<ref name="Ary"/> Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).<ref name="Ary"/> |
||
⚫ | Selanjutnya adalah pemikiran Ibnu Miskawaih tentang [[manusia]].<ref name="Ibnu">Maskawaih Ibnu (1389 H).''Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq''.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2</ref> Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak jauh berbeda dengan para filosof lain.<ref name="Ibnu"/> Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga [[daya]], yakni daya [[nafsu]] (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.<ref name="Ibnu"/> Dia sering menggabungkan aspek-aspek [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Phytagoras]], [[Galen]], dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi [[Yunani]].<ref name="Ary"/> Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha [[kreatif]] menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.<ref name="Ary"/> |
||
⚫ | Dalam bidang sejarah, karyanya ''Tajarib Al-Umam'' (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan [[sejarah]] dunia hingga tahun 369 H.<ref name="Ary"/> Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang [[etika]] dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang [[metafisika]].<ref name="Ary"/> Bukunya ''Taharat Al A'raq'' (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama ''Tahdhib Al Akhlaq'' ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.<ref name="Ary"/> |
||
⚫ | |||
[[Berkas:Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq.jpg|jmpl|ka|250px|Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq merupakan karya terkenal milik Ibnu Miskawaih]] |
|||
⚫ | Ia telah menyusun kitab ''Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq''.<ref name="Soedijarto"/> Kemudian karyanya yang lain adalah ''Tartib as Sa'adah'', buku ini berisi tentang akhlak dan politik.<ref name="Ary"/> Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).<ref name="Ary"/> |
||
⚫ | Dalam bidang sejarah, karyanya ''Tajarib Al-Umam'' (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan [[sejarah]] dunia hingga tahun 369 H.<ref name="Ary"/> Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang [[etika]] dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang [[metafisika]].<ref name="Ary"/> Bukunya ''Taharat Al A'raq'' (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama ''Tahdhib Al Akhlaq'' ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.<ref name="Ary"/> |
||
==Referensi== |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
{{Authority control}} |
|||
{{ilmuwan-stub}} |
|||
[[Kategori:Filsuf Iran|Ibnu Miskawaih]] |
[[Kategori:Filsuf Iran|Ibnu Miskawaih]] |
Revisi per 5 Juli 2021 07.52
Ibn Miskawaih | |
---|---|
Nama | Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi |
Etnis | Persia |
Zaman | Zaman Kejayaan Islam |
Wilayah aktif | Iran |
Minat utama | Sejarah, Teologi, Ilmu Keodkteran, Filsafat Akhlak |
Karya yang terkenal | Tadhib al-akhlaq, Al-Fawz al-Asghar, Tajarib al-umam |
Dipengaruhi oleh
| |
Mempengaruhi
|
Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak.[1] Dia lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.[1][2] Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa kekhalifahan Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M.[3] Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih.[4][5]
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan, maupun agama.[1] Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.[2] Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, dia diangkat menjadi sekretaris dan pustakawan.[2][5] Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang.[5]
Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih
Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.[3] Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya, terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk diuraikan.[3] Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta konsistensi.[3]
Konsep tentang Tuhan
Bagi Ibnu Miskawaih, Tuhan adalah Zat yang jelas atau tidak jelas; jelas karena Tuhan adalah yang haq (benar), sedang tidak jelas karena kelemahan akal manusia untuk menangkap keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang menutupinya.[1] Tentu saja ketidaksamaan wujud manusia dengan wujud Tuhan menjadi pembatas.[1] Menurutnya, entitas pertama yang memancar dari Tuhan adalah akal aktif, yaitu tanpa perantara sesuatu pun yang bersifat kekal, sempurna, dan tak berubah.[1]
Konsep tentang Akhlak
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.[6] Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).[7] Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.[7] Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, tetapi sebenarnya watak dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.[7]
Konsep tentang Manusia
Selanjutnya adalah pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia.[7] Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak jauh berbeda dengan para filosof lain.[7] Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga daya, yakni daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.[7] Dia sering menggabungkan aspek-aspek Plato, Aristoteles, Phytagoras, Galen, dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi Yunani.[3] Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.[3]
Karya-karya Ibnu Miskawaih
Ia telah menyusun kitab Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq.[2] Kemudian karyanya yang lain adalah Tartib as Sa'adah, buku ini berisi tentang akhlak dan politik.[3] Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).[3]
Dalam bidang sejarah, karyanya Tajarib Al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan sejarah dunia hingga tahun 369 H.[3] Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang etika dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang metafisika.[3] Bukunya Taharat Al A'raq (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama Tahdhib Al Akhlaq ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.[3]
Referensi
- ^ a b c d e f Soemowinoto, Sarwoko (2008).Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan.Jakarta:Penerbit Salemba Medika. Hal 77
- ^ a b c d Soedijarto, dkk (2007).Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2
- ^ a b c d e f g h i j k Nilandari, Ary (2005).Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1
- ^ Dahlan, Abdul Aziz (2003).Pemikiran Falsafi dalam Islam.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88
- ^ a b c Wahyudin, Udin, dkk (2008).Fiqih.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37
- ^ Wahyuddin, dkk (2009).Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52
- ^ a b c d e f Maskawaih Ibnu (1389 H).Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2