Lompat ke isi

Ibnu Miskawaih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
HsfBot (bicara | kontrib)
k +{{Authority control}}
(14 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{inuseBP|BP47Dhorifah|27 Juni 2014| 1 April 2014}}

{{Infobox Ulama Muslim
{{Infobox Ulama Muslim
|notability = Ilmuwan Iran
|notability = Ibn Miskawaih
|era = Zaman Kejayaan Islam
|era = Zaman Kejayaan Islam
|image =
|image =
|caption =
|caption =
|name = '''Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi'''
|name = '''Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi'''
|title= '''Ibn Miskawaih'''
|title=
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- -->
|birth_date = 330 H /932 M
|tgl_lahir_h =
|birth_place = [[Ray, Iran|Ray]], Ziyarid Iran
|tgl_lahir_m =
|death_date = 421 H /1030M
|bln_lahir_h =
|death_place = [[Isfahan]], Kakuyid Iran
|bln_lahir_m =
|thn_lahir_h = 330
|thn_lahir_m = 932
|tempat_lahir = Ray
|hari_lahir =
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- -->
|negara_dilahirkan =
|nama_ayah =
|nama_ibu =
|nama_lahir =
<!-- --------- -->
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- -->
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat = Isfahan
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m =
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m =
|thn_wafat_h = 421
|thn_wafat_m = 1030
|tempat_makam =
<!-- --bagian ini mohon tidak diwikifikasi, auto category------- -->
|hari_dimakamkan =
|negara_makam =
<!-- --------- -->
|Maddhab =
|Maddhab =
|school_tradition=
|school_tradition=
Baris 20: Baris 45:
|works = ''Tadhib al-akhlaq'', ''Al-Fawz al-Asghar'', ''Tajarib al-umam''
|works = ''Tadhib al-akhlaq'', ''Al-Fawz al-Asghar'', ''Tajarib al-umam''
|influences = Adurbad-e Mahrspandan, [[Al-Kindi]]
|influences = Adurbad-e Mahrspandan, [[Al-Kindi]]
|influenced = Nasir al-Din Tusi, [[Mulla Sadra|
|influenced = Nasir al-Din Tusi, Mulla Sadra|
}}
}}


Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan [[Muslim]] yang berkonsentrasi pada bidang [[filsafat]] [[akhlak]].<ref name="Sarwoko"> Soemowinoto, Sarwoko (2008).''Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan''.Jakarta :Penerbit Salemba Medika. Hal 77 </ref> Dia lahir di [[Iran]] pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.<ref name="Sarwoko"/> <ref name="Soedijarto"> Soedijarto, dkk (2007).''Ilmu dan Aplikasi Pendidikan''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2 </ref> Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa ke[[khalifah]]an Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M. <ref name="Ary"> Nilandari, Ary (2005).''Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran''.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1 </ref> Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. <ref name="Dahlan"> Dahlan, Abdul Aziz (2003).''Pemikiran Falsafi dalam Islam''.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88 </ref> <ref name="Udin"> Wahyudin, Udin, dkk (2008).''Fiqih''.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37 </ref>
'''Ibnu Miskawaih''' adalah salah seorang cendekiawan [[Muslim]] yang berkonsentrasi pada bidang [[filsafat]] [[akhlak]].<ref name="Sarwoko">Soemowinoto, Sarwoko (2008).''Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan''.Jakarta:Penerbit Salemba Medika. Hal 77</ref> Dia lahir di [[Iran]] pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.<ref name="Sarwoko"/><ref name="Soedijarto">Soedijarto, dkk (2007).''Ilmu dan Aplikasi Pendidikan''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2</ref> Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa ke[[khalifah]]an Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M.<ref name="Ary">Nilandari, Ary (2005).''Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran''.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1</ref> Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih.<ref name="Dahlan">Dahlan, Abdul Aziz (2003).''Pemikiran Falsafi dalam Islam''.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88</ref><ref name="Udin">Wahyudin, Udin, dkk (2008).''Fiqih''.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37</ref>


Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang [[kedokteran]], ketuhanan, maupun [[agama]]. <ref name="Sarwoko"/> Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.<ref name="Soedijarto"/> Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, beliau diangkat menjadi [[sekretaris]] dan [[pustakawan]]. <ref name="Soedijarto"/> <ref name="Udin"/> Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang. <ref name="Udin"/>
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang [[kedokteran]], ketuhanan, maupun [[agama]].<ref name="Sarwoko"/> Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.<ref name="Soedijarto"/> Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, dia diangkat menjadi [[sekretaris]] dan [[pustakawan]].<ref name="Soedijarto"/><ref name="Udin"/> Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang.<ref name="Udin"/>


==Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih==
== Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih ==


Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.<ref name="Ary"/> Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari ke[[budaya]]an-kebudayaan sebelumnya; terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah [[moral]] yang sulit untuk diuraikan. <ref name="Ary"/> Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta [[konsistensi]].<ref name="Ary"/>
Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.<ref name="Ary"/> Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari ke[[budaya]]an-kebudayaan sebelumnya, terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah [[moral]] yang sulit untuk diuraikan.<ref name="Ary"/> Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta [[konsistensi]].<ref name="Ary"/>


=== Konsep tentang Tuhan ===
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan [[jiwa]] seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. <ref name="Wahyuddin"> Wahyuddin, dkk (2009).''Pendidikan Agama Islam''.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52 </ref> Selanjutnya, pemikirannya tentang [[manusia]]. {{ar}}<ref name="Ibnu"> Maskawaih Ibnu (1389 H).''Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq''.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2 </ref> Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak auh berbeda dengan para filosof lain.<ref name="Ibnu"/> Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga [[daya]], yakni daya [[nafsu]] (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.<ref name="Ibnu"/>


Bagi Ibnu Miskawaih, [[Tuhan]] adalah Zat yang jelas atau tidak jelas; jelas karena Tuhan adalah yang ''haq'' (benar), sedang tidak jelas karena kelemahan [[akal]] [[manusia]] untuk menangkap keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang menutupinya.<ref name="Sarwoko"/> Tentu saja ketidaksamaan wujud manusia dengan wujud Tuhan menjadi pembatas.<ref name="Sarwoko"/> Menurutnya, entitas pertama yang memancar dari Tuhan adalah [[akal]] aktif, yaitu tanpa perantara sesuatu pun yang bersifat [[kekal]], [[sempurna]], dan tak berubah.<ref name="Sarwoko"/>
Dia sering menggabungkan aspek-aspek [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Phytagoras]], [[Galen]], dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi [[Yunani]].<ref name="Ary"/> Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha [[kreatif]] menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.<ref name="Ary"/>


=== Konsep tentang Akhlak ===
Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).<ref name="Ibnu"/> Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.<ref name="Ibnu"/> Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, namun sebenarnya watak dapat diusahakan melalui [[pendidikan]] dan [[pengajaran]].<ref name="Ibnu"/>


Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan [[jiwa]] seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.<ref name="Wahyuddin">Wahyuddin, dkk (2009).''Pendidikan Agama Islam''.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52</ref> Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).<ref name="Ibnu"/> Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.<ref name="Ibnu"/> Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, tetapi sebenarnya watak dapat diusahakan melalui [[pendidikan]] dan [[pengajaran]].<ref name="Ibnu"/>
==Karya-karya Ibnu Miskawaih==


=== Konsep tentang Manusia ===
Ia telah menyusun kitab ''Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq''.<ref name="Soedijarto"/> Kemudian karyanya yang lain adalah ''Tartib as Sa'adah'', buku ini berisi tentang akhlak dan politik.<ref name="Ary"/> Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).<ref name="Ary"/>


Selanjutnya adalah pemikiran Ibnu Miskawaih tentang [[manusia]].<ref name="Ibnu">Maskawaih Ibnu (1389 H).''Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq''.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2</ref> Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak jauh berbeda dengan para filosof lain.<ref name="Ibnu"/> Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga [[daya]], yakni daya [[nafsu]] (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.<ref name="Ibnu"/> Dia sering menggabungkan aspek-aspek [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Phytagoras]], [[Galen]], dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi [[Yunani]].<ref name="Ary"/> Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha [[kreatif]] menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.<ref name="Ary"/>
Dalam bidang sejarah, karyanya ''Tajarib Al-Umam'' (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan [[sejarah]] dunia hingga tahun 369 H.<ref name="Ary"/> Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang [[etika]] dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang [[metafisika]].<ref name="Ary"/> Bukunya ''Taharat Al A'raq'' (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama ''Tahdhib Al Akhlaq'' ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.<ref name="Ary"/>


== Karya-karya Ibnu Miskawaih ==

[[Berkas:Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq.jpg|jmpl|ka|250px|Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq merupakan karya terkenal milik Ibnu Miskawaih]]

Ia telah menyusun kitab ''Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq''.<ref name="Soedijarto"/> Kemudian karyanya yang lain adalah ''Tartib as Sa'adah'', buku ini berisi tentang akhlak dan politik.<ref name="Ary"/> Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).<ref name="Ary"/>


Dalam bidang sejarah, karyanya ''Tajarib Al-Umam'' (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan [[sejarah]] dunia hingga tahun 369 H.<ref name="Ary"/> Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang [[etika]] dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang [[metafisika]].<ref name="Ary"/> Bukunya ''Taharat Al A'raq'' (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama ''Tahdhib Al Akhlaq'' ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.<ref name="Ary"/>


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Authority control}}
{{ilmuwan-stub}}


[[Kategori:Filsuf Iran|Ibnu Miskawaih]]
[[Kategori:Filsuf Iran|Ibnu Miskawaih]]

Revisi per 5 Juli 2021 07.52

Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi
Ibn Miskawaih
NamaAhmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi
EtnisPersia
ZamanZaman Kejayaan Islam
Wilayah aktifIran
Minat utamaSejarah, Teologi, Ilmu Keodkteran, Filsafat Akhlak
Karya yang terkenalTadhib al-akhlaq, Al-Fawz al-Asghar, Tajarib al-umam
Dipengaruhi  oleh
Mempengaruhi
  • Nasir al-Din Tusi, Mulla Sadra

Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak.[1] Dia lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.[1][2] Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa kekhalifahan Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M.[3] Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih.[4][5]

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan, maupun agama.[1] Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.[2] Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, dia diangkat menjadi sekretaris dan pustakawan.[2][5] Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang.[5]

Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih

Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.[3] Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya, terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk diuraikan.[3] Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta konsistensi.[3]

Konsep tentang Tuhan

Bagi Ibnu Miskawaih, Tuhan adalah Zat yang jelas atau tidak jelas; jelas karena Tuhan adalah yang haq (benar), sedang tidak jelas karena kelemahan akal manusia untuk menangkap keberadaan Tuhan serta banyaknya kendala kebendaan yang menutupinya.[1] Tentu saja ketidaksamaan wujud manusia dengan wujud Tuhan menjadi pembatas.[1] Menurutnya, entitas pertama yang memancar dari Tuhan adalah akal aktif, yaitu tanpa perantara sesuatu pun yang bersifat kekal, sempurna, dan tak berubah.[1]

Konsep tentang Akhlak

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.[6] Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).[7] Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.[7] Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, tetapi sebenarnya watak dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.[7]

Konsep tentang Manusia

Selanjutnya adalah pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia.[7] Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak jauh berbeda dengan para filosof lain.[7] Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga daya, yakni daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.[7] Dia sering menggabungkan aspek-aspek Plato, Aristoteles, Phytagoras, Galen, dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi Yunani.[3] Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.[3]

Karya-karya Ibnu Miskawaih

Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq merupakan karya terkenal milik Ibnu Miskawaih

Ia telah menyusun kitab Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq.[2] Kemudian karyanya yang lain adalah Tartib as Sa'adah, buku ini berisi tentang akhlak dan politik.[3] Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).[3]

Dalam bidang sejarah, karyanya Tajarib Al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan sejarah dunia hingga tahun 369 H.[3] Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang etika dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang metafisika.[3] Bukunya Taharat Al A'raq (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama Tahdhib Al Akhlaq ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Soemowinoto, Sarwoko (2008).Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan.Jakarta:Penerbit Salemba Medika. Hal 77
  2. ^ a b c d Soedijarto, dkk (2007).Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2
  3. ^ a b c d e f g h i j k Nilandari, Ary (2005).Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1
  4. ^ Dahlan, Abdul Aziz (2003).Pemikiran Falsafi dalam Islam.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88
  5. ^ a b c Wahyudin, Udin, dkk (2008).Fiqih.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37
  6. ^ Wahyuddin, dkk (2009).Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52
  7. ^ a b c d e f Maskawaih Ibnu (1389 H).Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2