Lompat ke isi

Teologi penciptaan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT03Artasari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Membalikkan revisi 19108456 oleh 116.206.9.12 (bicara)
Tag: Pembatalan
 
(73 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Creation of Adam.jpg|jmpl|ka|.'''Kisah penciptaan''' merupakan awal sejarah kehidupan [[manusia]] di dunia sekaligus salah satu bukti akan keberadaaan [[Allah]] di tengah-tengah kehidupan [[manusia]]. Kisah penciptaan masih diyakini [[manusia]] sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.]]
{{inuse|09 April 2011}}
'''Teologi penciptaan''' adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan [[Kristen]] tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan [[manusia]] akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.<ref name="Dister">{{id}} Dister,Nico Syukur. 1999. '' Teologi Sistematika 1: [[Allah]] Penyelamat ''. Yogyakarta: Kanisius. 41.</ref>

[[File:Creation of Adam.jpg|thumb|right|.'''Kisah [[Penciptaan]]''' merupakan awal sejarah kehidupan manusia di dunia sekaligus salah satu bukti akan keberadaaan [[Allah]] di tengah-tengah kehidupan manusia. Kisah [[penciptaan]] masih diyakini manusia sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.]]



''' [[Teologi Penciptaan]] ''' merupakan paham [[penciptaan]] yang menyangkut kepeduliaan manusia akan keberadaannya, sejauh keedulian ini mengandung pertanyaan'dari mana' dan meluas sampai mencaku kosmos dan sejarah.<ref name="Dister">{{id}} Dister,Nico Syukur. 1999. '' Teologi Sistematika 1 : [[Allah]] Penyelamat ''. Yogyakarta: Kanisius. 41.</ref> Kitab pertama dalam [[Alkitab]] menyatakan "pada mulanya [[Allah]] menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1) dan kitab terakhir menyatakan [[penciptaan]] "langit yang baru dan bumi yang baru" (Wahyu 21:1). <ref name="Karman">{{id}} Karman, Yonky. 2009. '' Bunga Rampai: Teologi Perjanjian Lama ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 18.</ref> [[Penciptaan]] kurang mendapat perhatian dalam khotbah, diskusi teologi, atau pun pengajaran. ".<ref name="Karman"></ref> Tema [[penciptaan]] baru akan dibahas dalam debat mengenai [[penciptaan]] dan evolusi. <ref name="Karman"></ref> Padahal tema[[penciptaan]] di dalam [[Alkitab]] memiliki arti teologi yang penting. <ref name="Karman"></ref> Selama berabad-abad orang Kristen menerima [[penciptaan]] yang tercatat dalam [[Alkitab]] sebagai karya Yang Maha Kuasa dalam ruang dan waktu.<ref name="Karman"></ref> [[Penciptaan]] sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi dalam kenyataan.<ref name="Karman"></ref> Sampai hari ini umat Kristen mengikrarkan pengakuan iman dalam ibadah bersama dan mengatakan "Aku percaya kepada [[Allah]] Bapa, Pencipta langit dan bumi."<ref name="Karman"></ref> Pengakuan iman ini mengasumsikan dunia ciptaan sebagai sebuah karya [[Allah]] yang transenden dan Sumber Kehidupan.<ref name="Karman"></ref> [[Allah]] berkenan mewahyukan diri, kodrat, dan kehendak-Nya dalam dunia ciptaan (Mazmur 19:2; Roma 1:20).<ref name="Karman"></ref> Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka dunia ciptaan tidak lagi memadai sebagai jalan untuk mengenal [[Allah]] dengan baik.<ref name="Karman"></ref>


== Penciptaan menurut Perjanjian Lama ==
== Penciptaan menurut Perjanjian Lama ==
=== Kitab Kejadian ===
=== Kitab Kejadian ===
{{main|Penciptaan menurut Kitab Kejadian}}
Cerita [[penciptaan]] di dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2 tentang [[penciptaan]] langit dan bumi berbeda-beda dan cara pengungkapan cerita yang dipakai oleh masih-masing nas tidak sama.<ref name="Abineno">{{id}} Abineno, J.L.Ch. 1987. ''Manusia Dan Sesamanya Di Dalam Dunia''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1-12.</ref> Dalam Kejadian 1 dan 2 [[penciptaan]] langit dan bumi disampaikan secara tematis. Kejadian 1 dan Kejadian 2 berasal dari dua sumber yang berbeda.<ref name="Abineno"></ref> Cerita tentang [[penciptaan]] langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel.<ref name="Abineno"></ref> Cerita tentang [[penciptaan]] langit dan bumi dalam Kejadian 2 diambil dari suatu sumber yang lain yaitu Yahwis yang berasal dari zaman raja-raja.<ref name="Abineno"></ref> Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda.<ref name="Abineno"></ref> Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.<ref name="Abineno"></ref>
Dalam [[Perjanjian Lama]], pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan selanjutnya dijelaskan pada [[Kejadian 1]] [[Kejadian 2|dan 2]], penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam [[Kejadian 1]] berasal dari sumber [[Codex]] yang telah ada pada permulaan [[pembuangan ke Babel|pembuangan bangsa Israel ke Babel]]. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam [[Kejadian 2]] diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.


[[Allah]] adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah diajdikan. [[Allah]] berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. [[Allah]] tetap bekerja sampai sekarang. [[Allah]] menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari [[Allah]] mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, [[Allah]] menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan keenam, [[Allah]] menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan [[manusia]]. Setelah [[Allah]] selesai menciptakan semua itu, [[Allah]] menilai bahwa semua itu baik. [[Allah]] menciptakan semua itu melalui Firman-Nya. [[Allah]] menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi.
beberapa orang menekankan kesetiaan dari metode [[Allah]] secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:
# "[[Tuhan]] berkata"
# "Jadilah"
# "dan jadi"
# yang khusus karya penciptaan
# penamaan [[Tuhan]] atau berkat dari makhluk tersebut
# [[Tuhan]] mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
# "Jadilah petang dan pagi".


[[Allah]] menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu baik. Makhluk hidup menerima berkat [[Tuhan]]. Umat [[manusia]] diciptakan menurut [[gambar]] dan rupa [[Allah]] dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang untuk [[manusia]] dan ciptaan lain.
==== Penciptaan menurut Priester ====
Kejadian 1:1-2:4a


Kemudian, bumi itu menjadi tempat [[manusia]] hidup. [[Manusia]] adalah makhluk bumi, sebab [[manusia]] terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). [[Manusia]] yang dibentuk oleh [[Allah]] menjadi makhluk hidup ketika [[Allah]] menghembuskan napas hidup kepadanya ({{Alkitab|Kejadian 2:7}}). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31).
Cerita [[penciptaan]] dalam kisah ini dimulai dari sekelompok imam Israel (Priester) yang dipelihara dengan hati-hati cerita tradisional , hukum , dan tulisan-tulisan lain yang orang Israel telah berkembang selama berabad-abad. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Priester menempatkan tulisan-tulisan bersama selama pengasingan ( sekitar 550-500 SM ) untuk menjamin bahwa iman Israel tidak akan melupakan hal itu.
<ref name=" Major ">{{EN}} Joan ‘brien Wilfred. 1982. '' In The beginning Craetion Myths From Ancient Mesopotamia, Israel and Greece''. USA: American Academy Of Religion. 34-38.</ref>


[[Manusia]] ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.<ref name="Wahono">{{id}} Wahono, S. Wismoady. 1986. '' Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan [[Alkitab]] ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.</ref> Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. [[Manusia]] ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka [[manusia]] telah melanggar hak yang hanya menjadi milik [[Allah]] yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya [[manusia]] tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau. [[Manusia]] menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta. [[Manusia]] tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.
Meskipun cerita [[penciptaan]] menggunakan metafora dalam Himne [[penciptaan]], Priester lebih bergantung pada logika dan struktur untuk menyampaikan pesannya. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Struktur mengungkapkan proses yang teratur di mana [[Allah]] menciptakan dunia. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Hal ini jelas bahwa [[Tuhan]] mempunyai rencana yang komprehensif untuk [[penciptaan]] dan setiap bagian dari yang sederhana sampai keseluruhan secarfa harmonis. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] bergerak dari bumi ke makhluk tertentu yang mengisinya. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Ciptaan-Nya dimulai dengan massa kacau dan kemajuan langkah demi langkah dari kekacauan pada [[penciptaan]] ruang kerja, untuk objek yang mati, untuk organik yang hidup, dan akhirnya ke kemanusiaan. <ref name=" Major "> 34-38</ref>

[[Allah]] adalah transenden, di mana Dia berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Dia bekerja sendiri. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Jadwal kerja-Nya selama enam hari teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat sebagai tanda bahwa karya-Nya telah selesai. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dalam struktur enam hari yang sederhana, [[Allah]] mengatur karyanya dengan caranya sendiri yang logis. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Pada tiga hari pertama, ia menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, maka air, dan kemudian lahan kering.<ref name=" Major "> 34-38</ref> Pada hari-hari keempat, kelima, dan keenam, ia menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, maka ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan manusia. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Setelah setiap ciptaan, ia mampu berdiri kembali dan menilainya sebagai baik. <ref name=" Major "> 34-38</ref>Dia menciptakan terutama oleh Friman, sebuah metode yang menunjukkan kekuatan luar biasa-Nya. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Tidak ada lain yang di dunia bisa membawa seluruh dunia menjadi ada hanya dengan berbicara sepatah kata pun. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Tuhan]] juga memanifestasikan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, langit dari hari-hari kegiatan. <ref name=" Major "> 34-38</ref>
Akhirnya, Priester menekankan konsistensi logis dari metode [[Allah]] dengan pengulangan dari tujuh frase yang menggambarkan proses [[Tuhan]] menggunakan: 1) "[[Tuhan]] berkata", 2) "Jadilah", 3) "dan jadi", 4) yang khusus karya [[penciptaan]] ; 5) penamaan [[Tuhan]] atau berkat dari makhluk tersebut; 6) [[Tuhan]] mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan 7) "Jadilah petang dan pagi".<ref name=" Major "> 34-38</ref> Hanya pola yang diberikan secara penuh. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Namun untuk kreasi lain, cukup menggunakan frase tersebut untuk menunjukkan bahwa pola ini diikuti setiap kali [[Allah]] menciptakan. <ref name=" Major "> 34-38</ref>
==Argumen teologis dalam Himne Penciptaan==
Priester memiliki pendapat terbaik yang dapat dipahami dalam konteks suasana keagamaan yang mengepung Israel selama pembuangan. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Para politeisme dari Timur Dekat bertentangan dengan monoteisme Israel. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Ini menekankan theogony (asal para dewa) dalam [[penciptaan]], dan berbeda dari Priester. <ref name=" Major "> 34-38</ref>

Contoh, di Babilonia Enuma Elish dan Marduk membuat duniabaru tertib. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dia menggunakan tubuh dari satu [[Tuhan]] untuk membentuk permukaan bumi, lain untuk membuat umat manusia. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dewa baru mungkin masih akan lahir, pemimpin baru muncul, dan tatanan baru yang dibentuk. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Selama acara tersebut, Marduk memiliki sedikit, jika ada, kontrol. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Pada Priester menekankan finalitas [[penciptaan]] ketika [[Allah]] fokus pada hasil ciptaan, dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan. <ref name=" Major "> 34-38</ref>
Priester berbeda dengan politeisme Dekat Timur dalam pandangannya manusia dalam dunia ciptaan. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Beberapa ayat-ayat yang digunakan untuk menggambarkan [[penciptaan]] (1:26-28) manusia. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Manusia diciptakan untuk menguasai dunia yang dibuat menurut [[gambar]] [[Allah]]. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] menciptakan bumi adalah permukaan datar dengan kubah yang mencakup seperti mangkuk. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Kubah ini mencegah air di atasnya dari banjir ke atas bumi. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Di bawah bumi adalah jurang, tempat kacau gelap yang masih belum terbentuk. <ref name=" Major "> 34-38</ref>

Konflik [[penciptaan]] terkait dewa. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dalam Enuma Elish, misalnya, Tiamat menciptakan tujuh monster untuk berperang sementara Marduk menciptakan bumi dan bintang-bintang untuk mencegah pertempuran lebih lanjut. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Kadang-kadang, bahkan konflik yang disebabkan oleh [[penciptaan]] sebagai Atrahasis. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Namun dalam visi Priester, seluruh dunia "sangat baik".<ref name=" Major "> 34-38</ref> Makhluk hidup menerima berkat [[Tuhan]]. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Umat manusia diciptakan menurut [[gambar]] [[Allah]] dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Tidak ada konflik antara makhluk. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Semua memiliki tempat dalam dunia yang dirancang untuk mereka. <ref name=" Major "> 34-38</ref>





==== Penciptaan menurut Yahwist ====
Kejadian 2:4b-3:24

Cerita [[penciptaan]] di dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2 tentang [[penciptaan]] langit dan bumi berbeda-beda dan cara pengungkapan cerita yang dipakai oleh masih-masing nas tidak sama.<ref name="Abineno"></ref> Dalam Kejadian 1 dan 2[[penciptaan]] langit dan bumi disampaikan secara tematis. Kejadian 1 dan Kejadian 2 berasal dari dua sumber yang berbeda.<ref name="Abineno"></ref> Carita tentang [[penciptaan]] langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel.<ref name="Abineno"></ref> Cerita tentang [[penciptaan]] langit dan bumi dalamKejadian 2 diambil dari suatu sumber yang lain yaitu Yahwis yang berasal dari zaman raja-raja.<ref name="Abineno"></ref> Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda.<ref name="Abineno"></ref> Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.<ref name="Abineno"></ref> Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.<ref name="Abineno"></ref>

Sumber cerita Yahwist berusaha memberikan keterangan tentang hal-hal aneh yang ada di dunia ini.<ref name="Wahono">82</ref> Cerita semacam itu disebut cerita keterangan (aetiologis). Kitab Kejadian berisi cerita yang berbeda muatannya.<ref name="Wahono">82</ref> Misalnya, cerita dalam Kejadian 1 digambarkan suatu dunia yang basah, hijau, dan makmur. Cerita tersebut berbeda dengan cerita di dalam Kejadian 2:4b-7 memperlihatkan suasana dunia yang gersang.<ref name="Wahono">82</ref> Padang yang gersang itu disuburkan oleh ‘kabut yang naik... dan membahasi sampai ke seluruh permukaan (2:6).<ref name="Wahono">82</ref> Keadaan itu menjadi tempat manusia hidup.<ref name="Wahono">82</ref> Manusia adalah makhluk bumi, karena manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah).<ref name="Wahono">82</ref> Manusia yang dibentuk oleh [[Allah]], kemudian menjadi makhluk hidup ketika [[Allah]] menghembuskan nafas hidup kepadanya (2:7).<ref name="Wahono">82</ref>

Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.<ref name="Wahono">82</ref> Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas.<ref name="Wahono">82</ref> Setiap orang yang memakan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu.<ref name="Wahono">82</ref> Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas.<ref name="Wahono">82</ref> Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik [[Allah]] yaitu kekekalan.<ref name="Wahono">82</ref> Namun, pada akhirnya, manusia kalah terhadap pencobaan dan semua menjadi kacau.<ref name="Wahono">82</ref> Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhada Sang Pencipta.<ref name="Wahono">82</ref> Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.<ref name="Wahono">82</ref>


=== Mazmur ===
=== Mazmur ===
Kisah [[penciptaan]] yang diungkapkan dalam kitab Mazmur tentang perjuangan [[Allah]] melawan ular naga dan samudera raya sebagai lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. <ref name="Abineno"></ref> Mazmur 74: 13-15 tertulis bahwa “Engkau yang emmbelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepada dari ular-ular naga di atas muka air. <ref name="Abineno"></ref> Engkaulah yang meremukkan kepada Lewitan, yang memberikannya menjadi makanan dari penghuni-penghuni pada gurun. <ref name="Abineno"></ref> Engkaulah yang membelah mata air dan sungai-sungai. <ref name="Abineno"></ref> Engkaulah yang mengeringkan sungai-sungai yang selalu mengalir”. <ref name="Abineno"></ref> Mazmur 89:10-11 tertulis bahwa “ Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut pada waktu naik gelombang-gelombangnya. <ref name="Abineno"></ref> Engkaulah juga yang meredakannya. Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti orang terbunuh. <ref name="Abineno"></ref> Dengan legenda-Mu yang kuat Engaku telah mencerai-beraikan musuh-Mu”. <ref name="Abineno"></ref> Mazmur 104:6-8 tertulis bahwa “Dengan samudera raya Engkau telah menyelubungi bumi; air telah naik melampaui gunung-gunung. <ref name="Abineno"></ref> Terhadap hadirat-Mu air itu melarikn diri: lari kebingungan terhadap suara guntut-Mu, naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kau tetapkan bagi mereka”. <ref name="Abineno"></ref> Mazmur –mazmur mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya [[penciptaan]] Alalh. <ref name="Abineno"></ref> Pernyataan tentang [[penciptaan]] langit dan bumi tidak hanya terdapat dalam “ajaran” saja yang membahas soal-soal percaya, tetapi juga dalam penghayatan iman. <ref name="Abineno"></ref> Dalammazmur karya [[penciptaan]] [[Allah]] diberitakan supaya umat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. <ref name="Abineno"></ref> Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan [[Allah]] yang meciptakan langit dan bumi oleh perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 6), dipuji sebagai [[Allah]] yang setia (ay. 5), yang dari sorga memperlihatkan “semua anak manusia” (ay. 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ay. 18). <ref name="Abineno"></ref> Dalam mazmur-mazmur menunjukkan perbuatan-perbuatan [[Allah]] yang besar, yang Ia lakukan dalam [[penciptaan]] -Nya, biasa disebut bersama-sama dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar, yang Ia lakukan dalam sejarah Israel. <ref name="Abineno"></ref> Dalam mazur-mazmur [[penciptaan]] dan sejarah selamat berdiri berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari Yahwe, [[Allah]] Israel. <ref name="Abineno"></ref>
Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan [[Allah]] melawan ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. {{Alkitab|Mazmur 74:13-15}} tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur mazmur mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran” dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan [[Allah]] diberitakan supaya umat dapat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan [[Allah]] yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 6), dipuji sebagai [[Allah]] yang setia (ayat 5), dan [[Allah]] dari sorga memperlihatkan “semua anak [[manusia]]” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga mengungkapkan perbuatan-perbuatan [[Allah]] yang besar dalam sejarah Israel. Cerita penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari Yahwe, [[Allah]] Israel.

[[Alkitab]] mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi alas tempat kediaman [[Allah]]. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Air itu mendukung sorga (Mzm. 78:23). <ref name=" Hadiwijono "></ref> Gambaran Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang berbentuk kubah yang besar dan berada di dalam lautan besar. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang menyelubungi bumi dan memisahkan bumi dari air. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab [[Allah]] telah memberikan dasar alasnya.<ref name=" Hadiwijono ">{{id}} Hadiwijono, Harun. 1990. '' Iman Kristen.''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 156- 163.</ref>



[[Alkitab]] mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat kediaman [[Allah]].<ref name=" Hadiwijono "/> Air itu mendukung [[Sorga]] ({{Alkitab|Mazmur 78:23}}).<ref name=" Hadiwijono "/> Gambaran Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa.<ref name=" Hadiwijono "/> Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang besar.<ref name=" Hadiwijono "/> Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan bumi dari air.<ref name=" Hadiwijono "/> Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab [[Allah]] telah memberikan dasar alasnya.<ref name=" Hadiwijono ">{{id}} Hadiwijono, Harun. 1990. '' Iman Kristen.''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 156- 163.</ref>


=== Ayub ===
=== Ayub ===
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada [[Allah]] terhadap “mala petaka” yang menimpanya. [[Allah]] menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri. [[Allah]] tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. Dalam {{Alkitab|Ayub 38:4}} tertulis “di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan! Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub menyebutkan mujizat penciptaan [[Allah]] ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi.


Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal “puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan hukuman dari [[Allah]] atas [[dosa]]-[[dosa]]nya. Dalam diskusi itu memperlihatkan pengetahuan [[manusia]] sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai untuk meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini aialah Ayub dalam keluhan yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada [[Allah]] terhada “mala petaka” yang menimpanya. <ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] menjawab keluhan Ayubu bukan dalam bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan rhetorik. <ref name="Abineno"></ref> Hal itu disebabkan, [[Allah]] tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Dalam Ayub 38:4 tertulis “dimanakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? <ref name="Abineno"></ref> Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan! <ref name="Abineno"></ref> Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? <ref name="Abineno"></ref> ...”.Maksud Ayub menyebutkan mujizat [[penciptaan]] [[Allah]] ialah supaya mijizat [[penciptaan]] -Nya dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, di mana Ayub sebagai pendakwa, mujizat [[penciptaan]] -Nya sebagai saksi. <ref name="Abineno"></ref>


[[Allah]] menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat. Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi [[manusia]] dan hanya [[Allah]] yang mengetahuinya. Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut dan hormat akan [[Allah]] . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.
Dalam Ayub 28 meruakan suat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. <ref name="Abineno"></ref> Secara formal “pihi-pujian akan hikamt” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan kawan-kawannya yakni Elifas, Bildad, dan Zofar. <ref name="Abineno"></ref> Mereka saling menuduh dan saling mempersalahkan Ayub dengan mengatakan bahwa “malapetaka” yang menimpanya merupakan hukuman [[Allah]] atas dosa-dosanya.Namun, Ayub menolak penghakiman teman-temannya itu. <ref name="Abineno"></ref> Dalam diskusi itu memperlihatkan pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini ia benar-benar memenuhi jalan buntu. <ref name="Abineno"></ref>


== Penciptaan menurut [[Perjanjian Baru]] ==
[[Allah]] menjawab permintaan tanggung jawab dari Ayub melalui pernyataan hikmat. <ref name="Abineno"></ref> Hikmat di sini diindikasikan dari rahasia [[penciptaan]] yaitu tatanan yang pada suatu pihak tercakup dalam [[penciptaan]], tetapi pada pihak lain terlepas dari [[penciptaan]] dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sesuatu yang tersembunyi bagi manusia dan hanya [[Allah]] yang mengetahuinya. <ref name="Abineno"></ref> Ayat terakhirdalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. <ref name="Abineno"></ref> Hikmat berarti takun akan [[Tuhan]] yang berarti hormat akan Dia adalah hikmat. <ref name="Abineno"></ref> Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala ketidakbenaran. <ref name="Abineno"></ref> Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi. <ref name="Abineno"></ref>
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang penciptaan. Pertama, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 14:15-17}} yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam wujud [[manusia]]”. Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur kepada [[manusia]]. Kedua, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 17:22-31}} berisi pemberitaan yang terkenal dari Rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada [[Allah]] yang tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. Pemberitaan itu juga bertolak dari peran [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi.


=== Roma ===
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan [[Allah]] yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang tampak dalam karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi.


== Penciptaan menurut PB ==
=== Kolose ===
Kolose berisi pujian yang memuliakan [[Kristus]] sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa” dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh [[Kristus]] sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya [[Kristus]] sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga kekuasaan [[Kristus]] melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang Kolose. Pemberitaan mengenai [[Kristus]] adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan [[Kristus]] dalam penciptaan, tetapi menekankan bahwa [[Kristus]] adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas [[Allah]].


== Manusia sebagai gambar dan rupa Allah ==
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang [[penciptaan]]. <ref name="Abineno"></ref> Pertama, Kisah Para Rasul 14:15-17 yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-orang kafir di Listra yang menilai rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam rupa manusia”. <ref name="Abineno"></ref> Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur kepada manusia. <ref name="Abineno"></ref> Kedua, Kisah Para Rasul 17:22-31 berisi pemberitaan yang terkenal dari rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada [[Allah]] yang tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. <ref name="Abineno"></ref> Pemberitaan itu juga bertolak dari [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi. <ref name="Abineno"></ref>
[[Manusia]] adalah ciptaan [[Allah]], sehingga [[manusia]] harus tunduk kepada [[Allah]] . Meskipun, [[manusia]] diciptakan segambar dengan [[Allah]], tetapi [[manusia]] tidak sama dengan [[Allah]]. [[Allah]] adalah pencipta, sedangkan [[manusia]] adalah ciptaan. [[Manusia]], malaikat dan semua ciptaan, diciptakan oleh [[Allah]]. Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah [[Allah]] membentuk [[manusia]] dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, [[manusia]] itu menjadi makhluk yang hidup”. Setelah [[Allah]] menjadikan langit dan bumi, [[Allah]] membentuk [[manusia]] dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidung [[manusia]], sehingga [[manusia]] menjadi makhluk hidup. [[Manusia]] memiliki tubuh, jiwa dan roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa [[manusia]] merupakan suatu makhluk yang diciptakan [[Allah]] secara utuh. Misalnya, dalam {{Alkitab|Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2}} tertulis bahwa “jiwaku memuji [[Tuhan]].


Perbandingan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2:
==Roma==
# Cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa [[manusia]] diciptakan “menurut [[gambar]] [[Allah]]”. [[Allah]] sebagai Pencipta dan [[manusia]] sebagai makhluk yang memiliki hubungan khusus. Kejadian 2 menceritakan bahwa [[manusia]] dibentuk dari debu tanah, tetapi [[Allah]] menghembuskan napas hidup “ke dalam hidungnya”. Jadi, antara [[Allah]] dan [[manusia]] memiliki hubungan ([[relasi]]) khusus.
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain dari pada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. <ref name="Abineno"></ref> Dia menulis bahwa “kekuatan [[Allah]] yang kekal dan keilahian-Nya sejak [[penciptaan]] nampak dalam karya-karya-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari [[Allah]] sebagai Pencipta langit
# Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama. Keduanya tidak ada perbedaan derajat. Kejadian 2 memperlihatkan bahwa laki-laki diciptakan lebih dahulu daripada perempuan, meskipun demikian perempuan merupakan “penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama.
dan bumi. <ref name="Abineno"></ref>
# Cerita dalam Kejadian 1 [[manusia]] memperoleh tugas untuk “menguasai”. Cerita di Kejadian 2 [[manusia]] memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”.


Kedua cerita penciptaan dalam pasal 1 merupakan gambaran umum penciptaan manusia itu sedangkan pada pasal 2 merupakan detail atau gambaran khusus tentang penciptaan manusia. Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di Kejadian 1 dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. [[Manusia]] tidak diciptakan hanya dengan melalui firman Allah saja seperti ciptaan yang lainnya tetapi dikerjakan dengan sempurna oleh tangan Allah yang maha kuasa lalu diberikan nafas kehidupan sehingga manusia memiliki hubungan atau [[relasi]] yang khusus dengan [[Allah]]. “Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk mencari Tuhan,” kata John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang jelas, yaitu mengenal dan mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita, dan hati kita selalu gelisah sebelum datang kepada-Nya.
==Kolose==
Kolose berisi hymnus yang memuliakan Kristus sebagai “perantara” [[penciptaan]] dan “penguasa” dari seluruh kosmos. <ref name="Abineno"></ref> Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan hymnus itu. <ref name="Abineno"></ref> Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh Kristus sehingga mereka takhluk kepada-Nya. <ref name="Abineno"></ref> <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, hal hendak ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya Kristus sebagai “perantara” [[penciptaan]], tetai juga kekuasaan Kristus melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang Kolose. <ref name="Abineno"></ref> Pemberitaan mengenai Kristus adalah “perantara” [[penciptaan]] yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. <ref name="Abineno"></ref> Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan kristus dalam [[penciptaan]], tetapi menekankan bahwa Kristus adalah “rahasia” [[penciptaan]] dan [[penciptaan]] didasarkan atas Dia. <ref name="Abineno"></ref>


== Referensi ==
{{reflist}}


[[Kategori:Teologi Kristen]]
== Persoalan teologis seputar penciptaan ==
[[Kategori:Pembaca Setia Alkitab]]
Kata “pada mulanya” dalam Kejadian 1:1 menunjukkan pada permulaan [[penciptaan]] dunia. <ref name=" Davis "></ref> Ayat satu dalam nas ini adalah pernyataan yang mutlak dan tidak ada kaitannya dengan ayat kedua.<ref name=" Davis ">{{en}} Davis, John J. 1975. '' Paradise to Prison.' Baker: Grand Rapids. 39-40.</ref>

Kejadian 1:1 memiliki pemahaman lain yaitu bukan sebagai penjelasan [[penciptaan]] yang mula-mula ‘’ex nihilo’’ yang dirayakan oleh para malaikat (Kej, 3:7 dan Yer. 45:18). <ref name=" Boyd "></ref> Kej. 1:1 merupakan peristiwa pemulihan bumi yang sudah terhukum menuju kepada persiapan tatanan baru [[penciptaan]] termasuk [[penciptaan]] manusia. <ref name=" Boyd "></ref> Dengan kata lain, [[penciptaan]] yang mula-mula terjadi sebelum terjadinya kisah Kejadian 1:1.<ref name=" Boyd ">{{en}} Boyd, Gregory A. 1997. '' God at war: the Bible & spiritual conflict: Rethinking The Genesis Account Of Creation.' USA:InterVarsity Press.. 156- 163.</ref>
Dunia yang diungkapkan dalam Kej. 1:1 pada mulanya sangat indah dan sempurna, di mana terdapat hewan dan tumbuh-tumbuhan. <ref name=" Sauer "></ref> Namun, keindahan itu menjadi hilang ketika Iblis memberontak kepada [[Allah]] (Kej. 1:1-2), di mana Iblis membawa masuk dosa ke alam raya. Akibatnya, [[Allah]] memberikan hukuman berupa banjir global yang dilanjutkan dengan kegelapan. <ref name=" Sauer "></ref> Semua tumbuh-tumbuhan dan hewan ada dihancurkan. <ref name=" Sauer "></ref> Ayat 2 memperlihatkan keadaan yang diakibatkan oleh hukuman [[Allah]]. <ref name=" Sauer "></ref> Hari ke enam dalam [[penciptaan]] diperlihatkan sebagai [[penciptaan]] ulang, restorasi atau pemulihan dan bukan [[penciptaan]] yang sesungguhnya.<ref name=" Sauer ">{{en}} Sauer, Eric. 1994. '' The King Of The Earth: The Nobility Of Man According To The Bible And Science ''. London: Paternoster Press. 230-240.</ref>


==Pandangan Ilmu Pengetahuan mengenai Penciptaan==

Secara umum, orang selalu bertanya-tanya tentang asal-usul alam semesta. <ref name="Fleisher">{{en}} Fleisher, Paul. '' The Big Bang ''. USA: Twenty-First Century Books. 1999. 4.</ref> Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa alam semesta dimulai sebagai sebuah bola api raksasa serta galaksi dan bintang-bintang hanya sisa-sisa dari ledakan besar. <ref name="Coote">{{en}}Coote and David Robert Ord. 1944. ‘’In The beginning: Creation And The Priestly History’’.USA: Library Of Congress Cataloging-in-Publication Data.</ref>
Hal yang sama juga terdapat dalam salah satu mitos Cina kuno yang menyatakan bahwa awal terjadinya alam semesta ketika telur raksasa besar dari pencipta yang menetas.<ref name="Fleisher"></ref> Tentu saja, teori "Big Bang" tentang bagaimana alam semesta dalam [[Alkitab]].<ref name=" Coote "></ref> Apa yang [[Alkitab]] memberitahu kita tentang [[penciptaan]] seluruh alam semesta? <ref name=" Coote "></ref> Apakah "Big Bang" teori yang benar? <ref name=" Coote "></ref> Jika tidak, apa yang dikatakan [[Alkitab]]? <ref name=" Coote "></ref>

Banyak hal yang tidak manusia ketahui tentang cara [[Tuhan]] menciptakan dunia. <ref name=" Coote "></ref> Ada banyak hal yang tidak bisa manusia katakan mengenai [[penciptaan]] dari sudut pandang ilmu pengetahuan dan banyak hal yang tidak manusia ketahui mengenai penci [[penciptaan]] taan dalam [[Alkitab]]. <ref name=" Coote "></ref> Manusia harus menyadari bahwa manusia tidak akan pernah tahu persis bagaimana [[Tuhan]] melakukan hal-hal tertentu di awal. <ref name=" Coote "></ref> Setiap manusia akan tidak setuju dengan cara hal-hal yang terjadi selama [[penciptaan]]. <ref name=" Coote "></ref> Manusia akan setuju tentang cara kita harus memahami atau menafsirkan bab-bab pertama kitab Kejadian. <ref name=" Coote "></ref> Meskipun demikian, manusia masih bisa menceritakan kisah [[penciptaan]] dengan cara yang disetujui oleh ilmu pengetahuan atau pun [[Alkitab]]. <ref name=" Coote "></ref>
[[Allah]] menciptakan dunia yang teratur di mana keadilan juga tercipta. <ref name=" Coote "></ref> Tujuan utama [[penciptaan]] adalah pembentukan tatanan dunia yang memberlakukan keadilan. <ref name=" Coote "></ref> [[Penciptaan]] dalam Firman adalah kondisi [[penciptaan]] yang adil. <ref name=" Coote "></ref>


=== Manusia sebagai gambar Allah ===

Manusia adalah ciptaan [[Allah]], sehingga manusia takhluk kepada [[Allah]] . <ref name="Abineno"></ref> Meskipun, manusia diciptakan se[[gambar]] dengan [[Allah]], tetapi manusia tidak sama dengan [[Allah]]. <ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] adalah pencipta, sedangkan manusia adalah makhluk. <ref name="Abineno"></ref> Manusia bukan ilah, tetapi juga bukan makhluk ilahi, melainkan makhluk biasa yang diciptakan oleh [[Allah]]. <ref name="Abineno"></ref>

Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah [[Allah]] membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. <ref name="Abineno"></ref> Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. <ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] datang ke dunia, kemudian Ia menjadikan langit dan bumi. <ref name="Abineno"></ref> Dia membentuk manusia dari debu tanah yang dibasahi oleh kabut. <ref name="Abineno"></ref> Setelah itu, Dia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia, sehingga manusia menjadi makhluk hidup. <ref name="Abineno"></ref>

Manusia adalah tubuh yang berjiwa. <ref name="Abineno"></ref> Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian yang menunjuk pada arti yang sama yaitu manusia seutuhnya atau manusia sebagai suatu makhluk totalitas. <ref name="Abineno"></ref> Misalnya, dalam Mzm. 103:1; Mzm. 104:1,35; dan Mzm 146:2 tertulis bahwa “jiwaku memuji [[Tuhan]]. <ref name="Abineno"></ref> Maksud dari kalimat ini ialah Aku memuji [[Tuhan]]. <ref name="Abineno"></ref>

Perbedaan antara cerita [[penciptaan]] yang pertama dan yang kedua. <ref name="Abineno"></ref> Pertama, cerita [[penciptaan]] memberikan suatu uraian yang matang dan tersusun rapi tentang [[penciptaan]] langit dan bumi. <ref name="Abineno"></ref> Hal itu berbeda dengan cerita yang kedua mengungkapkan bahwa “waktu [[Allah]] menjadikan langit dan bumi, belum ada semak apa pun di bumi, sebab [[Allah]] belum menurunkan hujan di bumi” (Kej. 2:4-5). <ref name="Abineno"></ref> Nas ini hanya menceritakan hal-hal yang penting-penting saja dan ada kaitannya dengan [[penciptaan]] manusia. <ref name="Abineno"></ref> Kedua, dalam cerita yang pertama manusia diciptakan “menurut [[gambar]] [[Allah]]”. <ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] sebagai Pencipta dan manusia sebagai makhluk yang ada hubungan khusus. <ref name="Abineno"></ref> Dalam cerita yang kedua manusia dibentuk dari debu tanah, tetai [[Allah]] menghembuskan “ke dalam hidungnya nafas hidup”. <ref name="Abineno"></ref> Jadi, antara [[Allah]] dan manusia memiliki hubungan (relasi) khusus. <ref name="Abineno"></ref> Ketiga, dalam cerita yang pertama laki-laki dan erempuan diciptakan bersama-sama. <ref name="Abineno"></ref> Antara keduanya tidak ada perbedaan derajat. <ref name="Abineno"></ref> Dalam cerita yang kedua laki-laki diciptakan leboh dahulu dari ada perempuan, tetai peremuan adalah “penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan substansi yang sama. <ref name="Abineno"></ref> Keempat, dalamcerita yang ertama manusia memperoleh tugas untuk “menguasai”. <ref name="Abineno"></ref> Dalam cerita yang kedua manusia memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”. <ref name="Abineno"></ref> Keduanya memiliki tugas yang sama yaitu sebagai pengelola dan pengurus. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, antara cerita [[penciptaan]] yang pertama dan kedua tidak ada pertentangan. <ref name="Abineno"></ref> Kesamaan dari kedua cerita [[penciptaan]] adalah [[Allah]] yang menciptakan manusia dan bahwa manusia lain dari pada makhluk lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. <ref name="Abineno"></ref> Manusia memiliki relasi yang khusus dengan [[Allah]]. <ref name="Abineno"></ref>

Manusia adalah tubuh yang berjiwa. <ref name="Abineno"></ref> Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian yang menunjuk pada arti yang sama yaitu manusia seutuhnya atau manusia sebagai suatu makhluk totalitas. <ref name="Abineno"></ref> Misalnya, dalam Mzm. 103:1; Mzm. 104:1,35; dan Mzm 146:2 tertulis bahwa “jiwaku memuji [[Tuhan]]. <ref name="Abineno"></ref> Maksud dari kalimat ini ialah Aku memuji [[Tuhan]]. <ref name="Abineno"></ref>
Manusia adalah tubuh yang berjiwa, bukan jiwa abadi yang berada atau terbungkus dalam tubuh yang fana seperti yang diajarkan falsafah Yunani dan oleh agama-agama suku tertentu di Indonesia. <ref name="Abineno"></ref> [[Alkitab]] tidak mengenal dikhotomi (pembagian manusia atas dua bagian sebagai tubuh dan jiwa) atau trikhotomi (pembagian manusia atas bagian sebagai tubuh, roh, dan jiwa). <ref name="Abineno"></ref> [[Alkitab]] menyatakan bahwa manusia adalah suatu kesatuan dari tubuh, roh, dan jiwa. <ref name="Abineno"></ref>

Kejadian 2: 18, “tidak baik, kalau manusia itu sendiri saja”. <ref name="Abineno"></ref> Maksudnya adalah [[penciptaan]] [[Allah]] baru dikatakan cocok jika manusia bersama-sama dengan manusia lain atau sesamanya manusia. <ref name="Abineno"></ref> [[Penciptaan]] [[Allah]] membutuhkan laki-laki dan perempuan. <ref name="Abineno"></ref> Karena itu, [[Allah]] melanjutkan firman-Nya: “Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia”. <ref name="Abineno"></ref> Yang dimaksud dengan “penolong yang sepadan” ialah kawan hidup, partner, keduanya merupakan manusia lengkap. <ref name="Abineno"></ref> Kejadian 2 terdapat pernyataan bahwa perempuan dijadikan dari tulang rusuk, yang [[Tuhan]] ambil dari Adam. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, [[Alkitab]] hendak mengatakan bahwa perempuan secara hakiki sama dengan laki-laki. <ref name="Abineno"></ref> Keduanya dapat saling melayani, saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi. <ref name="Abineno"></ref>

Manusia diciptakan “menurut [[gambar]] [[Allah]] ”. <ref name="Abineno"></ref> Maksud dari kalimat ini ialah adanya hubungan yang sangat hakiki antara [[Allah]] sebagai Pencipta dan manusia sebagai makhluk, di mana dalam [[Alkitab]] diungkapkan sebagai “[[gambar]] [[Allah]]”. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, [[Alkitab]] hendak mengungkapkan bahwa [[Allah]] adalah Bapa dari manusia atau Bapa dari umat [[Allah]] (Ul. 32:6, Yes.63:16, Mat.5:16;48, 6:9; Rm.8:14,16). <ref name="Abineno"></ref> Semua nas ini mengungkapkan adanya hubungan yang intim sebagai Bapa dan anak (umat [[Allah]]). <ref name="Abineno"></ref>

Manusia diciptakan menurut [[gambar]] dan rupa Kita’ (Kej.1:26-27).<ref name="Wahono">81</ref> Hal yang ditekankan dalam nas itu adalah kata ‘[[gambar]]’, bukan kata ‘rupa’, karena kata ‘rupa’ hanya berfungsi untuk menekankan ‘[[gambar]]’ itu.<ref name="Wahono">81</ref> Makna ungkapan dari kata ‘\[[gambar]] [[Allah]]’ hendak mempelihatkan bahwa [[Allah]] adalah [[Tuhan]] atas semua ciptaan dan manusia di bawah [[Allah]] menjadi tuan kedua atas ciptaan lainnya.<ref name="Wahono">81</ref> Manusia memiliki tanggung jawab kepada [[Allah]]. <ref name="Wahono">81</ref> Segala perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan kepada [[Allah]].<ref name="Wahono">81</ref> Padahal pengetahuan itu hanya milik [[Allah]] saja. <ref name="Wahono">81</ref> Apabila manusia mengetahui segala sesuatu, maka ia akan mengetahui ohon kehiduppan. <ref name="Wahono">{{id}} Wahono, S. Wismoady. 1986. '' Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan [[Alkitab]] ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.</ref>

== referensi ==
{{reflist}}

Revisi terkini sejak 13 September 2021 05.56

.Kisah penciptaan merupakan awal sejarah kehidupan manusia di dunia sekaligus salah satu bukti akan keberadaaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Kisah penciptaan masih diyakini manusia sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.

Teologi penciptaan adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan Kristen tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan manusia akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.[1]

Penciptaan menurut Perjanjian Lama

[sunting | sunting sumber]

Kitab Kejadian

[sunting | sunting sumber]

Dalam Perjanjian Lama, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan selanjutnya dijelaskan pada Kejadian 1 dan 2, penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 2 diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.

Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah diajdikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja sampai sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari Allah mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan keenam, Allah menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua itu, Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui Firman-Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi. beberapa orang menekankan kesetiaan dari metode Allah secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:

  1. "Tuhan berkata"
  2. "Jadilah"
  3. "dan jadi"
  4. yang khusus karya penciptaan
  5. penamaan Tuhan atau berkat dari makhluk tersebut
  6. Tuhan mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
  7. "Jadilah petang dan pagi".

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu baik. Makhluk hidup menerima berkat Tuhan. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang untuk manusia dan ciptaan lain.

Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk bumi, sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). Manusia yang dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31).

Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.[2] Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik Allah yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.

Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan Allah melawan ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. Mazmur 74:13–15 tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur – mazmur mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran” dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan Allah diberitakan supaya umat dapat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan Allah yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 6), dipuji sebagai Allah yang setia (ayat 5), dan Allah dari sorga memperlihatkan “semua anak manusia” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga mengungkapkan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam sejarah Israel. Cerita penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari Yahwe, Allah Israel.

Alkitab mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat kediaman Allah.[3] Air itu mendukung Sorga (Mazmur 78:23).[3] Gambaran Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa.[3] Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang besar.[3] Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan bumi dari air.[3] Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab Allah telah memberikan dasar alasnya.[3]

Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada Allah terhadap “mala petaka” yang menimpanya. Allah menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri. Allah tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. Dalam Ayub 38:4 tertulis “di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan! Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub menyebutkan mujizat penciptaan Allah ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi.

Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal “puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosanya. Dalam diskusi itu memperlihatkan pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai untuk meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.

Allah menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat. Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi manusia dan hanya Allah yang mengetahuinya. Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut dan hormat akan Allah . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.

Penciptaan menurut Perjanjian Baru

[sunting | sunting sumber]

Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang penciptaan. Pertama, Kisah Para Rasul 14:15–17 yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam wujud manusia”. Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap Allah sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur kepada manusia. Kedua, Kisah Para Rasul 17:22–31 berisi pemberitaan yang terkenal dari Rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada Allah yang tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. Pemberitaan itu juga bertolak dari peran Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.

Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan Allah yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang tampak dalam karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.

Kolose berisi pujian yang memuliakan Kristus sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa” dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh Kristus sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya Kristus sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga kekuasaan Kristus melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang Kolose. Pemberitaan mengenai Kristus adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan Kristus dalam penciptaan, tetapi menekankan bahwa Kristus adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas Allah.

Manusia sebagai gambar dan rupa Allah

[sunting | sunting sumber]

Manusia adalah ciptaan Allah, sehingga manusia harus tunduk kepada Allah . Meskipun, manusia diciptakan segambar dengan Allah, tetapi manusia tidak sama dengan Allah. Allah adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan. Manusia, malaikat dan semua ciptaan, diciptakan oleh Allah. Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Setelah Allah menjadikan langit dan bumi, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidung manusia, sehingga manusia menjadi makhluk hidup. Manusia memiliki tubuh, jiwa dan roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa manusia merupakan suatu makhluk yang diciptakan Allah secara utuh. Misalnya, dalam Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2 tertulis bahwa “jiwaku memuji Tuhan.

Perbandingan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2:

  1. Cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”. Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai makhluk yang memiliki hubungan khusus. Kejadian 2 menceritakan bahwa manusia dibentuk dari debu tanah, tetapi Allah menghembuskan napas hidup “ke dalam hidungnya”. Jadi, antara Allah dan manusia memiliki hubungan (relasi) khusus.
  2. Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama. Keduanya tidak ada perbedaan derajat. Kejadian 2 memperlihatkan bahwa laki-laki diciptakan lebih dahulu daripada perempuan, meskipun demikian perempuan merupakan “penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama.
  3. Cerita dalam Kejadian 1 manusia memperoleh tugas untuk “menguasai”. Cerita di Kejadian 2 manusia memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”.

Kedua cerita penciptaan dalam pasal 1 merupakan gambaran umum penciptaan manusia itu sedangkan pada pasal 2 merupakan detail atau gambaran khusus tentang penciptaan manusia. Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di Kejadian 1 dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. Manusia tidak diciptakan hanya dengan melalui firman Allah saja seperti ciptaan yang lainnya tetapi dikerjakan dengan sempurna oleh tangan Allah yang maha kuasa lalu diberikan nafas kehidupan sehingga manusia memiliki hubungan atau relasi yang khusus dengan Allah. “Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk mencari Tuhan,” kata John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang jelas, yaitu mengenal dan mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita, dan hati kita selalu gelisah sebelum datang kepada-Nya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Indonesia) Dister,Nico Syukur. 1999. Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat . Yogyakarta: Kanisius. 41.
  2. ^ (Indonesia) Wahono, S. Wismoady. 1986. Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab . Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.
  3. ^ a b c d e f (Indonesia) Hadiwijono, Harun. 1990. Iman Kristen.. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 156- 163.