Lompat ke isi

Teologi penciptaan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
61Yesie (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Membalikkan revisi 19108456 oleh 116.206.9.12 (bicara)
Tag: Pembatalan
 
(29 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Creation of Adam.jpg|thumb|right|.'''Kisah penciptaan''' merupakan awal sejarah kehidupan [[manusia]] di dunia sekaligus salah satu bukti akan keberadaaan [[Allah]] di tengah-tengah kehidupan [[manusia]]. Kisah penciptaan masih diyakini [[manusia]] sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.]]
[[Berkas:Creation of Adam.jpg|jmpl|ka|.'''Kisah penciptaan''' merupakan awal sejarah kehidupan [[manusia]] di dunia sekaligus salah satu bukti akan keberadaaan [[Allah]] di tengah-tengah kehidupan [[manusia]]. Kisah penciptaan masih diyakini [[manusia]] sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.]]
'''Teologi penciptaan''' adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan [[Kristen]] tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan [[manusia]] akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.<ref name="Dister">{{id}} Dister,Nico Syukur. 1999. '' Teologi Sistematika 1: [[Allah]] Penyelamat ''. Yogyakarta: Kanisius. 41.</ref>

''' [[Teologi Penciptaan]] ''' adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan Kristen tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan [[manusia]] akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.<ref name="Dister">{{id}} Dister,Nico Syukur. 1999. '' Teologi Sistematika 1: [[Allah]] Penyelamat ''. Yogyakarta: Kanisius. 41.</ref>


== Penciptaan menurut Perjanjian Lama ==
== Penciptaan menurut Perjanjian Lama ==
=== Kitab Kejadian ===
=== Kitab Kejadian ===
{{main|Penciptaan menurut Kitab Kejadian}}
Cara Kejadian 1 dan Kejadian 2 mengungkapkan tentang penciptaan langit dan bumi berbeda-beda, sebab sumber cerita yang dipakai oleh masih-masing nas tidak sama.<ref name="Abineno">{{id}} Abineno, J.L.Ch. 1987. ''Manusia Dan Sesamanya Di Dalam Dunia''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1-12.</ref> Dalam Kejadian 1 dan 2 penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber [[Codex]] yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel.<ref name="Abineno"></ref> Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 2 diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja.<ref name="Abineno"></ref> Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda.<ref name="Abineno"></ref> Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.<ref name="Abineno"></ref>
Dalam [[Perjanjian Lama]], pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan selanjutnya dijelaskan pada [[Kejadian 1]] [[Kejadian 2|dan 2]], penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam [[Kejadian 1]] berasal dari sumber [[Codex]] yang telah ada pada permulaan [[pembuangan ke Babel|pembuangan bangsa Israel ke Babel]]. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam [[Kejadian 2]] diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.


[[Allah]] adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah diajdikan. [[Allah]] berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. [[Allah]] tetap bekerja sampai sekarang. [[Allah]] menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari [[Allah]] mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, [[Allah]] menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan keenam, [[Allah]] menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan [[manusia]]. Setelah [[Allah]] selesai menciptakan semua itu, [[Allah]] menilai bahwa semua itu baik. [[Allah]] menciptakan semua itu melalui Firman-Nya. [[Allah]] menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi.
==== Penciptaan menurut Priester ====
beberapa orang menekankan kesetiaan dari metode [[Allah]] secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:
Cerita penciptaan dimulai dari sekelompok [[imam]] [[Israel]] (disebut juga [[Priester]])yang memelihara cerita tradisional dengan hati-hati, hukum, dan tulisan-tulisan lain, di mana cerita seperti itu sudah telah berkembang di sekitar orang Israel selama berabad-abad.<ref name=" Major ">{{en}} Joan ‘brien Wilfred. 1982. '' In The beginning Craetion Myths From Ancient Mesopotamia, Israel and Greece''. USA: American Academy Of Religion. 34-38.</ref> Priester memelihara tulisan-tulisan selama masa [[Pembuangan Israel|Pembuangan]] tahun 550-500 SM dengan tujuan iman Israel tidak akan terlupakan. <ref name=" Major "></ref> Meskipun cerita penciptaan menggunakan perumpamaan dalam pujian atau pun puisi mengenai penciptaan, kelompok Priester memberikan perhatian pada logika dan struktur untuk menyampaikan pesannya. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Struktur memperlihatkan proses yang teratur ketika [[Allah]] menciptakan dunia. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Hal ini jelas bahwa [[Tuhan]] mempunyai rencana secara keseluruhan untuk penciptaan dan setiap bagian dari yang paling sederhana sampai keseluruhan secara harmonis. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] bergerak dari bumi ke makhluk tertentu yang akan mengisi bumi. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Allah mencipatakan dunia mulai dari massa kacau hingga adanya kemajuan langkah demi langkah dari kekacauan kepada penciptaan objek yang mati, benda hidup, dan akhirnya pada [[manusia]]. <ref name=" Major "> 34-38</ref>

[[Allah]] adalah hal yang melampaui segalanya dan tidak terbatas, di mana [[Allah]] berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. [[Allah]] bekerja sendiri. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat dan memberi tanda bahwa karya-Nya telah selesai. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dalam waktu enam hari [[Allah]] mengatur karyanya dengan caranya sendiri yang logis. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Pada tiga hari pertama, [[Allah]] menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering.<ref name=" Major "> 34-38</ref> Pada hari keempat, kelima, dan keenam, [[Allah]] menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan [[manusia]]. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Setelah [[Allah]] selesai menciptakan semua itu, [[Allah]] menilai bahwa semua itu baik. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] menciptakan semua itu melalui Friman. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi. <ref name=" Major "> 34-38</ref>
Priester menekankan kesetiaan dari metode [[Allah]] secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:
# "[[Tuhan]] berkata"
# "[[Tuhan]] berkata"
# "Jadilah"
# "Jadilah"
Baris 19: Baris 15:
# penamaan [[Tuhan]] atau berkat dari makhluk tersebut
# penamaan [[Tuhan]] atau berkat dari makhluk tersebut
# [[Tuhan]] mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
# [[Tuhan]] mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
# "Jadilah petang dan pagi".<ref name=" Major "> 34-38</ref>
# "Jadilah petang dan pagi".


[[Allah]] menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dengan kata lain, Priester menekankan selesainya peristiwa [penciptaan]] ketika [[Allah]] memperhatikan hasil ciptaan, dan tidak lagi menciptakan sesuatu. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Ada beberapa ayat-ayat yang digunakan untuk menggambarkan penciptaan [[manusia]] (1:26-28). <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Manusia]] diciptakan untuk menguasai dunia yang dibuat-Nya menurut [[gambar]] [[Allah]]. <ref name=" Major "> 34-38</ref> [[Allah]] menciptakan bumi sebagai permukaan darat dengan kubah yang mencakup seperti mangkuk. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Kubah ini mencegah air di atasnya, supaya air tidak menenggelamkan bumi. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Di bawah bumi adalah tempat kekacauan dan kegelapan yang masih belum terbentuk. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Dalam Priester, seluruh dunia adalah sangat baik".<ref name=" Major "> 34-38</ref> Makhluk hidup menerima berkat [[Tuhan]]. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Umat [[manusia]] diciptakan menurut [[gambar]] [[Allah]] dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Tidak ada permasalahan yang terjadi di antara makhluk. <ref name=" Major "> 34-38</ref> Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang untuk [[manusia]] dan ciptan lainnya. <ref name=" Major "> 34-38</ref>
[[Allah]] menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu baik. Makhluk hidup menerima berkat [[Tuhan]]. Umat [[manusia]] diciptakan menurut [[gambar]] dan rupa [[Allah]] dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang untuk [[manusia]] dan ciptaan lain.


Kemudian, bumi itu menjadi tempat [[manusia]] hidup. [[Manusia]] adalah makhluk bumi, sebab [[manusia]] terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). [[Manusia]] yang dibentuk oleh [[Allah]] menjadi makhluk hidup ketika [[Allah]] menghembuskan napas hidup kepadanya ({{Alkitab|Kejadian 2:7}}). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31).
==== Penciptaan menurut Yahwist ====
Cara Kejadian 1 dan Kejadian 2 mengungkapan cerita tentang penciptaan langit dan bumi berbeda-beda, sebab keduanya berasal dari dua sumber yang berbeda..<ref name="Abineno"></ref> Dalam Kejadian 1 dan 2 penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. <ref name="Abineno"></ref> Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber [[Codex]] yang telah ada pada masa permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel.<ref name="Abineno"></ref> Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 2 diambil dari Yahwis yang berasal dari zaman raja-raja.<ref name="Abineno"></ref> Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda.<ref name="Abineno"></ref> Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.<ref name="Abineno"></ref>


Sumber cerita Yahwist berusaha memberikan keterangan tentang hal-hal aneh yang ada di dunia ini.<ref name="Wahono">{{id}} Wahono, S. Wismoady. 1986. '' Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan [[Alkitab]] ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.</ref> Cerita seperti itu disebut cerita keterangan. <ref name="Wahono">82</ref> Kitab Kejadian mengungkapkan isi cerita secara berbeda. <ref name="Wahono">82</ref> Misalnya, cerita dalam Kejadian 1 menggambarkan suatu dunia yang basah, hijau, dan makmur. <ref name="Wahono">82</ref> Cerita tersebut berbeda dengan cerita di dalam Kejadian 2:4b-7 memperlihatkan suasana dunia yang gersang.<ref name="Wahono">82</ref> Padang yang gersang itu disuburkan oleh ‘kabut yang naik... dan membahasi sampai ke seluruh permukaan (2:6).<ref name="Wahono">82</ref> Kemudian, keadaan itu menjadi tempat [[manusia]] hidup.<ref name="Wahono">82</ref> [[Manusia]] adalah makhluk bumi, sebab [[manusia]] terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah).<ref name="Wahono">82</ref> [[Manusia]] yang dibentuk oleh [[Allah]] menjadi makhluk hidup ketika [[Allah]] menghembuskan napas hidup kepadanya (2:7).<ref name="Wahono">82</ref>
[[Manusia]] ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.<ref name="Wahono">{{id}} Wahono, S. Wismoady. 1986. '' Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan [[Alkitab]] ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.</ref> Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. [[Manusia]] ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka [[manusia]] telah melanggar hak yang hanya menjadi milik [[Allah]] yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya [[manusia]] tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau. [[Manusia]] menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta. [[Manusia]] tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.

[[Manusia]] ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.<ref name="Wahono">{{id}} Wahono, S. Wismoady. 1986. '' Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan [[Alkitab]] ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.</ref> Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas.<ref name="Wahono">82</ref> Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu.<ref name="Wahono">82</ref> [[Manusia]] ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas.<ref name="Wahono">82</ref> Apabila hal itu terjadi, maka [[manusia]] telah melanggar hak yang hanya menjadi milik [[Allah]] yaitu kekekalan.<ref name="Wahono">82</ref> Namun, pada akhirnya [[manusia]] tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau.<ref name="Wahono">82</ref> [[Manusia]] menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta.<ref name="Wahono">82</ref> [[Manusia]] tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.<ref name="Wahono">82</ref>


=== Mazmur ===
=== Mazmur ===
Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan [[Allah]] melawan ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. <ref name="Abineno"></ref> Mazmur 74: 13-15 tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. <ref name="Abineno"></ref> Mazmur – mazmur mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya penciptaan Allah. <ref name="Abineno"></ref> Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran” dan penghayatan iman. <ref name="Abineno"></ref> Dalam mazmur karya penciptaan [[Allah]] diberitakan supaya umat dapat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. <ref name="Abineno"></ref> Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan [[Allah]] yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 6), dipuji sebagai [[Allah]] yang setia (ay. 5), dan [[Allah]] dari sorga memperlihatkan “semua anak [[manusia]]” (ay. 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ay. 18). <ref name="Abineno"></ref> Kitab Mazmur juga mengungkapkan perbuatan-perbuatan [[Allah]] yang besar dalam sejarah Israel. <ref name="Abineno"></ref> Cerita penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari Yahwe, [[Allah]] Israel. <ref name="Abineno"></ref>
Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan [[Allah]] melawan ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. {{Alkitab|Mazmur 74:13-15}} tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur – mazmur mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran” dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan [[Allah]] diberitakan supaya umat dapat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan [[Allah]] yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 6), dipuji sebagai [[Allah]] yang setia (ayat 5), dan [[Allah]] dari sorga memperlihatkan “semua anak [[manusia]]” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga mengungkapkan perbuatan-perbuatan [[Allah]] yang besar dalam sejarah Israel. Cerita penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari Yahwe, [[Allah]] Israel.


[[Alkitab]] mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat kediaman [[Allah]]. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Air itu mendukung [[Sorga]] (Mzm. 78:23). <ref name=" Hadiwijono "></ref> Gambaran Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang besar. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan bumi dari air. <ref name=" Hadiwijono "></ref> Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab [[Allah]] telah memberikan dasar alasnya.<ref name=" Hadiwijono ">{{id}} Hadiwijono, Harun. 1990. '' Iman Kristen.''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 156- 163.</ref>
[[Alkitab]] mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat kediaman [[Allah]].<ref name=" Hadiwijono "/> Air itu mendukung [[Sorga]] ({{Alkitab|Mazmur 78:23}}).<ref name=" Hadiwijono "/> Gambaran Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa.<ref name=" Hadiwijono "/> Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang besar.<ref name=" Hadiwijono "/> Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan bumi dari air.<ref name=" Hadiwijono "/> Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab [[Allah]] telah memberikan dasar alasnya.<ref name=" Hadiwijono ">{{id}} Hadiwijono, Harun. 1990. '' Iman Kristen.''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 156- 163.</ref>


=== Ayub ===
=== Ayub ===
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada [[Allah]] terhadap “mala petaka” yang menimpanya.<ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri.<ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Dalam Ayub 38:4 tertulis “dimanakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? <ref name="Abineno"></ref> Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan! <ref name="Abineno"></ref> Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?”<ref name="Abineno"></ref> ...”.Maksud Ayub menyebutkan mujizat penciptaan [[Allah]] ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi. <ref name="Abineno"></ref>
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada [[Allah]] terhadap “mala petaka” yang menimpanya. [[Allah]] menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri. [[Allah]] tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. Dalam {{Alkitab|Ayub 38:4}} tertulis “di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan! Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub menyebutkan mujizat penciptaan [[Allah]] ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi.


Dalam Ayub 28 merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. <ref name="Abineno"></ref> Secara formal “puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). <ref name="Abineno"></ref> Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan hukuman dari [[Allah]] atas [[dosa]]-[[dosa]]nya. Dalam diskusi itu memperlihatkan pengetahuan [[manusia]] sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar memenuhi jalan buntu. <ref name="Abineno"></ref>
Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal “puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan hukuman dari [[Allah]] atas [[dosa]]-[[dosa]]nya. Dalam diskusi itu memperlihatkan pengetahuan [[manusia]] sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai untuk meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.


[[Allah]] menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat. <ref name="Abineno"></ref> Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi [[manusia]] dan hanya [[Allah]] yang mengetahuinya. <ref name="Abineno"></ref> Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. <ref name="Abineno"></ref> Hikmat berarti takut dan hormat akan [[Allah]] . <ref name="Abineno"></ref> Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala ketidakbenaran. <ref name="Abineno"></ref> Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi. <ref name="Abineno"></ref>
[[Allah]] menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat. Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi [[manusia]] dan hanya [[Allah]] yang mengetahuinya. Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut dan hormat akan [[Allah]] . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.


== Penciptaan menurut [[Perjanjian Baru]] ==

Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang penciptaan. Pertama, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 14:15-17}} yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam wujud [[manusia]]”. Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur kepada [[manusia]]. Kedua, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 17:22-31}} berisi pemberitaan yang terkenal dari Rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada [[Allah]] yang tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. Pemberitaan itu juga bertolak dari peran [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi.
== Penciptaan menurut PB ==
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang penciptaan. <ref name="Abineno"></ref> Pertama, Kisah Para Rasul 14:15-17 yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam wujud [[manusia]]”. <ref name="Abineno"></ref> Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur kepada [[manusia]]. <ref name="Abineno"></ref> Kedua, Kisah Para Rasul 17:22-31 berisi pemberitaan yang terkenal dari Rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada [[Allah]] yang tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. <ref name="Abineno"></ref> Pemberitaan itu juga bertolak dari peran [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi. <ref name="Abineno"></ref>


=== Roma ===
=== Roma ===
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain dari pada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. <ref name="Abineno"></ref> Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan [[Allah]] yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang nampak dalam karya-karya-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi. <ref name="Abineno"></ref>
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan [[Allah]] yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang tampak dalam karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari [[Allah]] sebagai Pencipta langit dan bumi.


=== Kolose ===
=== Kolose ===
Kolose berisi pujian yang memuliakan [[Kristus]] sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa” dari seluruh kosmos. <ref name="Abineno"></ref> Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. <ref name="Abineno"></ref> Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh [[Kristus]] sehingga mereka takhluk kepada-Nya. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, hal hendak ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya [[Kristus]] sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga kekuasaan [[Kristus]] melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang Kolose. <ref name="Abineno"></ref> Pemberitaan mengenai [[Kristus]] adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat.<ref name="Abineno"></ref> Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan [[Kristus]] dalam penciptaan, tetapi menekankan bahwa [[Kristus]] adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas [[Allah]]. <ref name="Abineno"></ref>
Kolose berisi pujian yang memuliakan [[Kristus]] sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa” dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh [[Kristus]] sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya [[Kristus]] sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga kekuasaan [[Kristus]] melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang Kolose. Pemberitaan mengenai [[Kristus]] adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan [[Kristus]] dalam penciptaan, tetapi menekankan bahwa [[Kristus]] adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas [[Allah]].



== Manusia sebagai gambar Allah ==
== Manusia sebagai gambar dan rupa Allah ==
[[Manusia]] adalah ciptaan [[Allah]], sehingga [[manusia]] harus takhluk kepada [[Allah]] .<ref name="Abineno"></ref> Meskipun, [[manusia]] diciptakan segambar dengan [[Allah]], tetapi [[manusia]] tidak sama dengan [[Allah]].<ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] adalah pencipta, sedangkan [[manusia]] adalah makhluk.<ref name="Abineno"></ref> [[Manusia]] bukan ilah, tetapi juga bukan makhluk ilahi, melainkan makhluk biasa yang diciptakan oleh [[Allah]]. <ref name="Abineno"></ref> Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah [[Allah]] membentuk [[manusia]] dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya.<ref name="Abineno"></ref> Demikianlah, [[manusia]] itu menjadi makhluk yang hidup”.<ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] datang ke dunia, kemudian Ia menjadikan langit dan bumi. <re name="Abineno"></ref> [[Allah]] membentuk [[manusia]] dari debu tanah yang dibasahi oleh kabut.<ref name="Abineno"></ref> Setelah itu, [[Allah]] menghembuskan napas hidup ke dalam hidung [[manusia]], sehingga [[manusia]] menjadi makhluk hidup.<ref name="Abineno"></ref> [[Manusia]] memiliki tubuh yang berjiwa.<ref name="Abineno"></ref> Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa [[manusia]] merupakan suatu makhluk yang diciptakan [[Allah]] secara utuh.<ref name="Abineno"></ref> Misalnya, dalam Mzm. 103:1; Mzm. 104:1,35; dan Mzm 146:2 tertulis bahwa “jiwaku memuji [[Tuhan]].<ref name="Abineno"></ref>
[[Manusia]] adalah ciptaan [[Allah]], sehingga [[manusia]] harus tunduk kepada [[Allah]] . Meskipun, [[manusia]] diciptakan segambar dengan [[Allah]], tetapi [[manusia]] tidak sama dengan [[Allah]]. [[Allah]] adalah pencipta, sedangkan [[manusia]] adalah ciptaan. [[Manusia]], malaikat dan semua ciptaan, diciptakan oleh [[Allah]]. Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah [[Allah]] membentuk [[manusia]] dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, [[manusia]] itu menjadi makhluk yang hidup”. Setelah [[Allah]] menjadikan langit dan bumi, [[Allah]] membentuk [[manusia]] dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidung [[manusia]], sehingga [[manusia]] menjadi makhluk hidup. [[Manusia]] memiliki tubuh, jiwa dan roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa [[manusia]] merupakan suatu makhluk yang diciptakan [[Allah]] secara utuh. Misalnya, dalam {{Alkitab|Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2}} tertulis bahwa “jiwaku memuji [[Tuhan]].


Perbedaan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2. <ref name="Abineno"></ref>
Perbandingan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2:
# Cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa [[manusia]] diciptakan “menurut [[gambar]] [[Allah]]”. [[Allah]] sebagai Pencipta dan [[manusia]] sebagai makhluk yang memiliki hubungan khusus. Kejadian 2 menceritakan bahwa [[manusia]] dibentuk dari debu tanah, tetapi [[Allah]] menghembuskan napas hidup “ke dalam hidungnya”. Jadi, antara [[Allah]] dan [[manusia]] memiliki hubungan ([[relasi]]) khusus.
# cerita penciptaan memberikan suatu uraian yang telah dipersiapkan dan tersusun rapi mengenai penciptaan langit dan bumi. <ref name="Abineno"></ref> Hal itu berbeda dengan cerita dalam Kejadian 1 yang mengungkapkan bahwa “waktu [[Allah]] menjadikan langit dan bumi, belum ada semak apa pun di bumi, sebab [[Allah]] belum menurunkan hujan di bumi” (Kej. 2:4-5). <ref name="Abineno"></ref> Kejadian 1 hanya menceritakan hal-hal yang penting-penting saja dan ada kaitannya dengan penciptaan [[manusia]]. <ref name="Abineno"></ref>
# Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama. Keduanya tidak ada perbedaan derajat. Kejadian 2 memperlihatkan bahwa laki-laki diciptakan lebih dahulu daripada perempuan, meskipun demikian perempuan merupakan “penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama.
# cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa [[manusia]] diciptakan “menurut [[gambar]] [[Allah]]”.<ref name="Abineno"></ref> [[Allah]] sebagai Pencipta dan [[manusia]] sebagai makhluk yang memiliki hubungan khusus. <ref name="Abineno"></ref> Kejadian 2 menceritakan bahwa [[manusia]] dibentuk dari debu tanah, tetapi [[Allah]] menghembuskan napas hidup “ke dalam hidungnya”.<ref name="Abineno"></ref> Jadi, antara [[Allah]] dan [[manusia]] memiliki hubungan ([[relasi]]) khusus. <ref name="Abineno"></ref>
# Cerita dalam Kejadian 1 [[manusia]] memperoleh tugas untuk “menguasai”. Cerita di Kejadian 2 [[manusia]] memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”.
# Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama.<ref name="Abineno"></ref> Keduanya tidak ada perbedaan derajat.<ref name="Abineno"></ref> Kejadian 2 memperlihatkan bahwa laki-laki diciptakan lebih dahulu dari pada perempuan, meskipun demikian perempuan merupakan “penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama. <ref name="Abineno"></ref>
# Cerita dalam Kejadian [[manusia]] memperoleh tugas untuk “menguasai”. <ref name="Abineno"></ref> Cerita di Kejadian 2 [[manusia]] memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”. <ref name="Abineno"></ref>


Kedua cerita penciptaan dalam pasal yang berbeda di kitab Kejadian memiliki persamaan yaitu manusia sebagai pengelolah dan pengurus. <ref name="Abineno"></ref> Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di Kejadian 1 dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. <ref name="Abineno"></ref> Kesamaan dari kedua cerita penciptaan adalah [[Allah]] yang menciptakan [[manusia]] dan [[manusia]] lain dari pada makhluk lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. <ref name="Abineno"></ref> [[Manusia]] memiliki hubungan atau [[relasi]] yang khusus dengan [[Allah]]. <ref name="Abineno"></ref>
Kedua cerita penciptaan dalam pasal 1 merupakan gambaran umum penciptaan manusia itu sedangkan pada pasal 2 merupakan detail atau gambaran khusus tentang penciptaan manusia. Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di Kejadian 1 dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. [[Manusia]] tidak diciptakan hanya dengan melalui firman Allah saja seperti ciptaan yang lainnya tetapi dikerjakan dengan sempurna oleh tangan Allah yang maha kuasa lalu diberikan nafas kehidupan sehingga manusia memiliki hubungan atau [[relasi]] yang khusus dengan [[Allah]]. “Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk mencari Tuhan,” kata John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang jelas, yaitu mengenal dan mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita, dan hati kita selalu gelisah sebelum datang kepada-Nya.


== Referensi ==
== referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


[[Kategori: Kristen]]
[[Kategori:Teologi Kristen]]
[[Kategori: Teologi Kristen]]
[[Kategori:Pembaca Setia Alkitab]]
[[en: Theology of Creation]]

Revisi terkini sejak 13 September 2021 05.56

.Kisah penciptaan merupakan awal sejarah kehidupan manusia di dunia sekaligus salah satu bukti akan keberadaaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Kisah penciptaan masih diyakini manusia sebagai suatu kesaksian dan pengakuan iman.

Teologi penciptaan adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan Kristen tentang penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan manusia akan keberadaannya, sejauh kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan sejarah.[1]

Penciptaan menurut Perjanjian Lama[sunting | sunting sumber]

Kitab Kejadian[sunting | sunting sumber]

Dalam Perjanjian Lama, pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Dan selanjutnya dijelaskan pada Kejadian 1 dan 2, penciptaan langit dan bumi disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 2 diduga diambil dari sumber Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat kesaksian masing-masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami dalam “keberlainannya”.

Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah diajdikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja sampai sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari Allah mengatur segala sesuatu yang dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos: pertama langit, air, dan kemudian lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan keenam, Allah menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua itu, Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui Firman-Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit dari bumi. beberapa orang menekankan kesetiaan dari metode Allah secara logis dengan pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan menggunakan beberapa kata:

  1. "Tuhan berkata"
  2. "Jadilah"
  3. "dan jadi"
  4. yang khusus karya penciptaan
  5. penamaan Tuhan atau berkat dari makhluk tersebut
  6. Tuhan mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
  7. "Jadilah petang dan pagi".

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu baik. Makhluk hidup menerima berkat Tuhan. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang untuk manusia dan ciptaan lain.

Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk bumi, sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). Manusia yang dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31).

Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk.[2] Pohon ini merupakan pohon pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi milik Allah yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan semua menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya bukan pusat atas alam semesta.

Mazmur[sunting | sunting sumber]

Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan Allah melawan ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian pada zaman purba. Mazmur 74:13–15 tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur – mazmur mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran” dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan Allah diberitakan supaya umat dapat memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33 menperlihatkan Allah yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 6), dipuji sebagai Allah yang setia (ayat 5), dan Allah dari sorga memperlihatkan “semua anak manusia” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga mengungkapkan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam sejarah Israel. Cerita penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang mengagumkan dari Yahwe, Allah Israel.

Alkitab mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat kediaman Allah.[3] Air itu mendukung Sorga (Mazmur 78:23).[3] Gambaran Israel mengenai bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa.[3] Bumi diibaratkan sebagai kapal selam yang besar.[3] Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan bumi dari air.[3] Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh, sebab Allah telah memberikan dasar alasnya.[3]

Ayub[sunting | sunting sumber]

Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan terperinci meminta pertanggungjawaban kepada Allah terhadap “mala petaka” yang menimpanya. Allah menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban, melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh Ayub sendiri. Allah tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. Dalam Ayub 38:4 tertulis “di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan! Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub menyebutkan mujizat penciptaan Allah ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi.

Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal “puji-pujian akan hikmat” muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang menimpa Ayub merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosanya. Dalam diskusi itu memperlihatkan pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai untuk meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.

Allah menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat. Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi manusia dan hanya Allah yang mengetahuinya. Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut dan hormat akan Allah . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.

Penciptaan menurut Perjanjian Baru[sunting | sunting sumber]

Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang penciptaan. Pertama, Kisah Para Rasul 14:15–17 yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-tengah mereka dalam wujud manusia”. Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka terhadap Allah sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur kepada manusia. Kedua, Kisah Para Rasul 17:22–31 berisi pemberitaan yang terkenal dari Rasul Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada Allah yang tidak dikenal” yang dilihatnya di sebuah mezbah kafir di kota itu. Pemberitaan itu juga bertolak dari peran Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.

Roma[sunting | sunting sumber]

Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. Paulus mengungkapkan bahwa “kekuatan Allah yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang tampak dalam karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir dengan bertitik tolak dari Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.

Kolose[sunting | sunting sumber]

Kolose berisi pujian yang memuliakan Kristus sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa” dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. Ia ingin suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu diciptakan oleh Kristus sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya Kristus sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga kekuasaan Kristus melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang Kolose. Pemberitaan mengenai Kristus adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. Hal yang hendak ditekankan Paulus, bukan menjelaskan peranan Kristus dalam penciptaan, tetapi menekankan bahwa Kristus adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas Allah.

Manusia sebagai gambar dan rupa Allah[sunting | sunting sumber]

Manusia adalah ciptaan Allah, sehingga manusia harus tunduk kepada Allah . Meskipun, manusia diciptakan segambar dengan Allah, tetapi manusia tidak sama dengan Allah. Allah adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan. Manusia, malaikat dan semua ciptaan, diciptakan oleh Allah. Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Setelah Allah menjadikan langit dan bumi, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidung manusia, sehingga manusia menjadi makhluk hidup. Manusia memiliki tubuh, jiwa dan roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan bahwa manusia merupakan suatu makhluk yang diciptakan Allah secara utuh. Misalnya, dalam Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2 tertulis bahwa “jiwaku memuji Tuhan.

Perbandingan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2:

  1. Cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”. Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai makhluk yang memiliki hubungan khusus. Kejadian 2 menceritakan bahwa manusia dibentuk dari debu tanah, tetapi Allah menghembuskan napas hidup “ke dalam hidungnya”. Jadi, antara Allah dan manusia memiliki hubungan (relasi) khusus.
  2. Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama. Keduanya tidak ada perbedaan derajat. Kejadian 2 memperlihatkan bahwa laki-laki diciptakan lebih dahulu daripada perempuan, meskipun demikian perempuan merupakan “penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama.
  3. Cerita dalam Kejadian 1 manusia memperoleh tugas untuk “menguasai”. Cerita di Kejadian 2 manusia memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”.

Kedua cerita penciptaan dalam pasal 1 merupakan gambaran umum penciptaan manusia itu sedangkan pada pasal 2 merupakan detail atau gambaran khusus tentang penciptaan manusia. Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di Kejadian 1 dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. Manusia tidak diciptakan hanya dengan melalui firman Allah saja seperti ciptaan yang lainnya tetapi dikerjakan dengan sempurna oleh tangan Allah yang maha kuasa lalu diberikan nafas kehidupan sehingga manusia memiliki hubungan atau relasi yang khusus dengan Allah. “Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk mencari Tuhan,” kata John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang jelas, yaitu mengenal dan mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita, dan hati kita selalu gelisah sebelum datang kepada-Nya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Indonesia) Dister,Nico Syukur. 1999. Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat . Yogyakarta: Kanisius. 41.
  2. ^ (Indonesia) Wahono, S. Wismoady. 1986. Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab . Jakarta: BPK Gunung Mulia. 79.
  3. ^ a b c d e f (Indonesia) Hadiwijono, Harun. 1990. Iman Kristen.. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 156- 163.