Lompat ke isi

Masjid Agung An-Nur Pare: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Afiqi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Syuhud Al Haqq (bicara | kontrib)
penambahan gambar
 
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox religious building
{{Infobox religious building
|image =Masjid An-Nur Pare.jpg
|image =<br/>[[Berkas:ma an nur pare.jpg|260px]]<br/>Masjid Agung An Nur tampak depan<br/><br/>[[Berkas:ma an nur pare dari atas.jpg|260px]]<br/>Masjid Agung An Nur tampak atas<br/><br/>
|caption =Masjid An-Nur Pare
|caption =
|building_name =Masjid An-Nur Pare
|building_name =Masjid Agung An-Nur Pare
|location =Jalan Panglima Sudirman [[Pare, Kediri]], [[Indonesia]]
|location =Jalan Matahari, No. 2, [[Pare, Kediri|Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri]], [[Jawa Timur]]
|religious_affiliation =[[Islam]]
|religious_affiliation =[[Islam]]
|website =
|website =
Baris 22: Baris 22:
}}
}}


'''Masjid Agung An-Nur Pare''' adalah masjid yang terletak di Jalan Matahari, No. 2, [[Kota Pare|Kecamatan Pare]], [[Kabupaten Kediri]], [[Jawa Timur]]. Masjid Agung An-Nur Pare menjadi representasi penting untuk masyarakat setempat. Selain sebagai tempat ibadah, masjid yang dibangun pada tahun 1996 ini juga merupakan pusat syiar [[Islam]] di [[Kota Pare|Kecamatan Pare]] dan [[Kota Kediri|Kabupaten Kediri]].


== Sejarah ==
[[Masjid An-Nur Pare|Masjid An-Nur]] adalah masjid yang terletak di Jalan Panglima Sudirman, [[Pare, Kediri]].
Pembangunan masjid di tanah seluas sekitar 4 hektare ini sempat terhenti karena [[krisis moneter]] 1997, tetapi akhirnya berhasil diselesaikan dengan menelan biaya sekitar Rp 200 [[miliar]]. Biaya pembangunan itu sungguh besar untuk ukuran sebuah [[masjid]], tetapi menjadi wajar bila ditengok dari bangunan [[masjid]] yang namanya diambil dari [[Kyai Nurwahid]], pejuang Islam yang terkenal di [[Kota Pare]] yang dimakamkan di Desa Tulung Rejo, [[Pare, Kediri]].


Seperti kebanyakan masjid di [[Indonesia]], arsitektur khas [[Jawa]] bisa dilihat pada bentuk atap [[masjid]], yaitu atap tajug untuk bangunan induknya dan atap [[joglo]] untuk bangunan tempat masuk. Agar terkesan ekspresif, atap tajug dirancang berebentuk piramid di bagian atasnya, dengan kemiringan sudut yang dipertajam sedemikian rupa, sehingga diperoleh kesan atap yang menjulang ke langit. Bangunan beratap tajug dan joglo itu, konon, telah dikenal sejak masa [[Kerajaan Kahuripan]] dan [[Kerajaan Kadiri|Doho]].
Masjid An-Nur Pare menjadi representasi penting untuk masyarakat setempat. Selain sebagai tempat ibadah, masjid yang dibangun pada tahun 1996 ini, juga merupakan pusat syiar [[Islam]] di [[Pare, Kediri|Pare]] dan [[Kota Kediri|Kediri]].


==Sejarah==
== Arsitektur ==
Dalam [[arsitektur]] tradisional [[Jawa]], biasanya atap tajug atau joglo ditunjang 4 soko guru. Pada [[Masjid An-Nur Pare|Masjid Agung An-Nur Pare]], setiap soko guru itu digandakan menjadi empat soko guru. Keempat soko guru ini disatukan oleh balok pengikat yang saling bersilangan di tengah dengan arah miring ke atas dan bersatu di titik puncak persilangan. Pada titik inilah balok pendukung space frame yang digunakan untuk konstruksi atap itu bertumpu. Struktur space frame dipilih untuk kerangka atap bertujuan untuk memberi kesan ringan yang diekspresikan oleh rerangka ''space frame'' tersebut, yang sengaja tidak ditutup dengan plafond, sehingga kontras dengan kesan kokohnya susunan balok dan soko-soko guru pendukungnya.
Pembangunan masjid di tanah seluas sekitar 4 hektar ini sempat terhenti karena [[krisis moneter]] 1997, namun akhirnya berhasil diselesaikan dengan menelan biaya sekitar Rp 200 [[miliar]]. Biaya pembangunan itu sungguh besar untuk ukuran sebuah [[masjid]], namun menjadi wajar bila ditengok dari bangunan [[masjid]] yang namanya diambil dari [[Kyai Nurwahid]], pejuang Islam yang terkenal di Pare yang dimakamkan di Desa Tulung Rejo, [[Pare, Kediri]].


Rancangan Masjid Agung An-Nur Pare ini diilhami oleh [[John Portman]], arsitek asal [[Amerika Serikat]]. Salah satu elemen rumah yang paling menonjol adalah kolom-kolomnya. Kolom yang 'dibengkokkan' (''exploded column''), yang didalamnya dikosongkan dan difungsikan khususnya untuk sirkulasi antar ruang dan tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai atas. Kolom yang 'dibengkokkan' inilah yang digunakan perancang untuk kolom-kolom masjid bagian luar, dengan tujuan untuk memberi proporsi yang sesuai dengan jarak kolom yang membentengi tiga traffee bagian luar. Selain itu juga memberikan tampilan yang kontras antara kolom lingkar yang kokoh dengan bidang dinding kaca lebar yang transparan di lantai satu. Bidang dinding kaca ini diperlukan untuk memberi kesan bebas pada para jamaah dari dalam masjid yang ingin melihat ke taman di luarnya.
Seperti kebanyakan masjid di [[Indonesia]], arsitektur khas [[Jawa]] bisa dilihat pada bentuk atap [[masjid]], yaitu atap tajug untuk bangunan induknya dan atap [[joglo]] untuk bangunan tempat masuk. Agar terkesan ekspresif, atap tajug dirancang berebentuk piramid di bagian atasnya, dengan kemiringan sudut yang dipertajam sedemikian rupa, sehingga diperoleh kesan atap yang menjulang ke langit. Bangunan beratap tajug dan joglo itu, konon, telah dikenal sejak masa Kerajaan Kahuripan dan Doho.
==Arsitektur==
Dalam [[arsitektur]] tradisional [[Jawa]], biasanya atap tajug atau joglo ditunjang 4 soko guru. Pada masjid An-Nur, setiap soko guru itu digandakan menjadi empat soko guru. Keempat soko guru ini disatukan oleh balok pengikat yang saling bersilangan di tengah dengan arah miring ke atas dan bersatu di titik puncak persilangan. Pada titik inilah balok pendukung space frame yang digunakan untuk konstruksi atap itu bertumpu. Struktur space frame dipilih untuk kerangka atap bertujuan untuk memberi kesan ringan yang diekspresikan oleh rerangka space frame tersebut, yang sengaja tidak ditutup dengan plafond, sehingga kontras dengan kesan kokohnya susunan balok dan soko-soko guru pendukungnya.


Konsep arsitektur inilah yang mengantar Masjid Agung An-Nur Pare mendapat penghargaan Juara Pertama Sayembara Internasional untuk kategori Perancangan Arsitektural Masjid, termasuk pemanfaatan teknologi modern dalam arsitektur masjid. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah [[Kerajaan Saudi Arabia]] dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya [[Kerajaan Saudi Arabia]], akhir Januari 1999 lalu.
Rancangan Masjid An-Nur ini diilhami oleh [[John Portman]], arsitek asal [[Amerika Serikat]]. Salah satu elemen rumah yang paling menonjol adalah kolom-kolomnya. Kolom yang di'ledak'kan atau di'bengkok'kan (exploded column), yang didalamnya dikosongkan dan difungsikan khususnya untuk sirkulasi antar ruang dan tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai atas. Kolom yang di'bengkok'kan inilah yang digunakan perancang untuk kolom-kolom masjid bagian luar, dengan tujuan untuk memberi proporsi yang sesuai dengan jarak kolom yang membentengi tiga traffee bagian luar. Selain itu juga memberikan tampilan yang kontras antara kolom lingkar yang kokoh dengan bidang dinding kaca lebar yang transparan di lantai satu. Bidang dinding kaca ini diperlukan untuk memberi kesan bebas pada para jamaah dari dalam masjid yang ingin melihat ke taman di luarnya.

Konsep arsitektur inilah yang mengantar Masjid An-Nur mendapat penghargaan Juara Pertama Sayembara Internasional untuk kategori Perancangan Arsitektural Masjid, termasuk pemanfaatan teknologi modern dalam arsitektur masjid. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya Kerajaan Saudi, akhir Januari 1999 lalu.


{{Masjid-stub}}
{{Masjid di Indonesia}}
{{Masjid di Indonesia}}
{{Masjid-stub}}


[[Kategori:Masjid di Indonesia]]
[[Kategori:Masjid di Jawa Timur|An-Nur Pare]]
[[Kategori:Kabupaten Kediri]]
[[Kategori:Pare, Kediri]]

Revisi terkini sejak 5 Februari 2022 13.19

Masjid Agung An-Nur Pare


Masjid Agung An Nur tampak depan


Masjid Agung An Nur tampak atas

Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiJalan Matahari, No. 2, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
Arsitektur
ArsitekJohn Portman
TipeMasjid
Peletakan batu pertama1996
Biaya konstruksi200 miliar rupiah

Masjid Agung An-Nur Pare adalah masjid yang terletak di Jalan Matahari, No. 2, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Masjid Agung An-Nur Pare menjadi representasi penting untuk masyarakat setempat. Selain sebagai tempat ibadah, masjid yang dibangun pada tahun 1996 ini juga merupakan pusat syiar Islam di Kecamatan Pare dan Kabupaten Kediri.

Pembangunan masjid di tanah seluas sekitar 4 hektare ini sempat terhenti karena krisis moneter 1997, tetapi akhirnya berhasil diselesaikan dengan menelan biaya sekitar Rp 200 miliar. Biaya pembangunan itu sungguh besar untuk ukuran sebuah masjid, tetapi menjadi wajar bila ditengok dari bangunan masjid yang namanya diambil dari Kyai Nurwahid, pejuang Islam yang terkenal di Kota Pare yang dimakamkan di Desa Tulung Rejo, Pare, Kediri.

Seperti kebanyakan masjid di Indonesia, arsitektur khas Jawa bisa dilihat pada bentuk atap masjid, yaitu atap tajug untuk bangunan induknya dan atap joglo untuk bangunan tempat masuk. Agar terkesan ekspresif, atap tajug dirancang berebentuk piramid di bagian atasnya, dengan kemiringan sudut yang dipertajam sedemikian rupa, sehingga diperoleh kesan atap yang menjulang ke langit. Bangunan beratap tajug dan joglo itu, konon, telah dikenal sejak masa Kerajaan Kahuripan dan Doho.

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Dalam arsitektur tradisional Jawa, biasanya atap tajug atau joglo ditunjang 4 soko guru. Pada Masjid Agung An-Nur Pare, setiap soko guru itu digandakan menjadi empat soko guru. Keempat soko guru ini disatukan oleh balok pengikat yang saling bersilangan di tengah dengan arah miring ke atas dan bersatu di titik puncak persilangan. Pada titik inilah balok pendukung space frame yang digunakan untuk konstruksi atap itu bertumpu. Struktur space frame dipilih untuk kerangka atap bertujuan untuk memberi kesan ringan yang diekspresikan oleh rerangka space frame tersebut, yang sengaja tidak ditutup dengan plafond, sehingga kontras dengan kesan kokohnya susunan balok dan soko-soko guru pendukungnya.

Rancangan Masjid Agung An-Nur Pare ini diilhami oleh John Portman, arsitek asal Amerika Serikat. Salah satu elemen rumah yang paling menonjol adalah kolom-kolomnya. Kolom yang 'dibengkokkan' (exploded column), yang didalamnya dikosongkan dan difungsikan khususnya untuk sirkulasi antar ruang dan tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai atas. Kolom yang 'dibengkokkan' inilah yang digunakan perancang untuk kolom-kolom masjid bagian luar, dengan tujuan untuk memberi proporsi yang sesuai dengan jarak kolom yang membentengi tiga traffee bagian luar. Selain itu juga memberikan tampilan yang kontras antara kolom lingkar yang kokoh dengan bidang dinding kaca lebar yang transparan di lantai satu. Bidang dinding kaca ini diperlukan untuk memberi kesan bebas pada para jamaah dari dalam masjid yang ingin melihat ke taman di luarnya.

Konsep arsitektur inilah yang mengantar Masjid Agung An-Nur Pare mendapat penghargaan Juara Pertama Sayembara Internasional untuk kategori Perancangan Arsitektural Masjid, termasuk pemanfaatan teknologi modern dalam arsitektur masjid. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya Kerajaan Saudi Arabia, akhir Januari 1999 lalu.