Lompat ke isi

Kakawin Siwaratrikalpa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(13 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox manuscript
'''[[Kakawin]] Siwaratrikalpa''' adalah sebuah karya sastra yang ditulis dalam [[bahasa Jawa|bahasa Jawa Kuna]].
| name = Kakawin Siwaratrikalpa
| location =
<!----------Image---------->
| image =
| width =
| caption =
<!----------General---------->
| Also known as =
| Type =
| Date =
| Place of origin =
| Language(s) = [[Bahasa Kawi]]
| Scribe(s) =
| Author(s) =
| Compiled by =
| Illuminated by =
| Patron =
| Dedicated to =
<!----------Form and content---------->
| Material = Lontar
| Size =
| Format =
| Condition =
| Script = [[Aksara Bali]]
| Contents =
| Illumination(s) =
| Additions =
| Exemplar(s) =
| Previously kept =
| Discovered =
| Accession =
| Other =
| below =
}}
[[File:Siwaratrikalpa.jpg|thumb|Salinan terjemahan A Teeuw atas Siwarātrikalpa oleh Mpu Tanakung]]
'''[[Kakawin]] Siwaratrikalpa''' (ditulis juga '''''Śiwarātrikalpa''''') adalah sebuah karya sastra yang ditulis dalam [[bahasa Jawa|bahasa Jawa Kuno]].<ref>{{Cite book|author1= Teeuw, A. dan Th.P.Galestin |author2= S.O. Robson |author3= [[P.J. Zoetmulder]] |title=''Siwaratrikalpa of mpu Tanakung''. |publisher= [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff |year= 1969}}</ref><ref>{{Cite book|author= Zoetmulder, PJ. Kalangwan |title= A Survey of Old Javanese Literature |publisher= The Hague Nijhoff. Jakarta |year=1985}}</ref> Ini adalah teks didaktik yang menggambarkan pembuatan ritus Siwa pada [[Maha Shivaratri|malam Siwa]], yang dirayakan di Bali dan di tempat lain. Cerita ini terkait dengan beberapa [[puranas]].<ref name=":0">{{Cite book|last=Teeuw|first=Andries|title=Śiwarātrikalpa of Mpu Tanakuṅ. An old Javanese poem, its Indian source and Balinese illustrations|last2=Tanakung|first2=Mpu|publisher=Martinus Nijhoff|year=1969|series=Bibliotheca Indonesia|location=The Hague|oclc=707597217}}</ref>


== Isi ==
== Isi kakawin ==
Dalam kakawin ini diceritakan bagaimana seseorang yang ber[[dosa]] besar sekalipun dapat mencapai [[surga]]. Di dalam cerita ini dikisahkan bagaimana '''Lubdhaka''' seorang pemburu sedang berburu di tengah hutan. Tetapi sudah lama ia mencari-cari [[mangsa]], tidak dapat. Padahal hari mulai malam. Maka supaya tidak diterkam dan menjadi mangsa binatang buas, ia lalu memanjat pohon dan berusaha supaya tidak jatuh tertidur. Untuk itu ia lalu memetiki daun-daun [[pohon]] dan dibuanginya ke bawah. Di bawah ada sebuah kolam. Kebetulan di tengah kolam ada sebuah ''[[lingga]]'' dan daun-daun berjatuhan di atas dan sekitar lingga tersebut. Lalu malam menjadi hari lagi dan iapun turun dari pohon lagi.
Dalam kakawin ini diceritakan bagaimana seseorang yang ber[[dosa]] besar sekalipun dapat mencapai [[surga]].


Selang beberapa lama iapun melupakan peristiwa ini dan kemudian meninggal dunia. Arwahnya lalu gentayangan di [[alam baka]] tidak tahu mau ke mana. Maka Dewa Maut; Batara [[Yama]] melihatnya dan ingin mengambilnya ke [[neraka]]. Tetapi pada saat yang sama Batara [[Siwa]] melihatnya dan ingat bahwa pada suatu malam yang disebut "Malam Siwa" (''Siwaratri'') ia pernah dipuja dengan meletakkan dedaunan di atas lingga, simbolnya di [[bumi]].
Di dalam cerita ini dikisahkan bagaimana '''Lubdhaka''' seorang pemburu sedang berburu di tengah hutan. Tetapi sudah lama ia mencari-cari [[mangsa]], tidak dapat. Padahal hari mulai malam. Maka supaya tidak diterkam dan menjadi mangsa binatang buas, ia lalu memanjat pohon dan berusaha supaya tidak jatuh tertidur. Untuk itu ia lalu memetiki daun-daun [[pohon]] dan dibuanginya ke bawah. Di bawah ada sebuah kolam. Kebetulan di tengah kolam ada sebuah ''[[lingga]]'' dan daun-daun berjatuhan di atas dan sekitar lingga tersebut. Lalu malam menjadi hari lagi dan iapun turun dari pohon lagi.

Selang beberapa lama iapun melupakan peristiwa ini dan kemudian meninggal dunia. Arwahnya lalu gentayangan di [[alam baka]] tidak tahu mau ke mana. Maka Dewa Maut; Batara [[Yama]] melihatnya dan ingin mengambilnya ke [[neraka]]. Tetapi pada saat yang sama Batara [[Siwa]] melihatnya dan ingat bahwa pada suatu malam yang disebut "Malam Siwa" (''Siwaratri'') ia pernah dipuja dengan meletakkan dedaunan di atas lingga, simbolnya di [[bumi]].


Lalu pasukan Yama berperang dengan pasukan Siwa yang ingin mengambilnya ke sorga. Siwapun menang dan Lubdhaka dibawanya ke sorga.
Lalu pasukan Yama berperang dengan pasukan Siwa yang ingin mengambilnya ke sorga. Siwapun menang dan Lubdhaka dibawanya ke sorga.


== Penulisan ==
== Penulisan ==
Kakawin ini ditulis oleh [[mpu]] [[Tanakung]] pada paruh kedua [[Abad ke 15]].
Kakawin ini ditulis oleh '''Mpu Tanakung'''

== Bacaan Selanjutnya ==
* Teeuw, A. dan Th.P. Galestin, S.O. Robson, P.J. Worsley, [[P.J. Zoetmulder]], [[1969]], ''Siwaratrikalpa of mpu Tanakung''. [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Sastra Jawa]]
* [[Sastra Jawa]]
* [[Sastra Jawa Kuna]]
* [[Sastra Jawa Kuno]]
* [[Agama]] [[Hindu]]
* [[Hindu]]

== Referensi ==
{{Reflist}}

== Bacaan lanjutan ==
* Teeuw, A. dan Th.P. Galestin, S.O. Robson, P.J. Worsley, [[P.J. Zoetmulder]], [[1969]], ''Siwaratrikalpa of mpu Tanakung''. [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff.

== Pranala luar ==
* {{wikisource-inline|jv:Kakawin Siwaratrikalpa}}


[[Kategori:Hindu]]
[[Kategori:Hindu]]
[[Kategori:Sastra Jawa Kuna]]

Revisi terkini sejak 16 April 2022 00.04

Kakawin Siwaratrikalpa
Disebut pulaᬲᬶᬯᬭᬢ᭄ᬭᬶᬓᬮ᭄ᬧ
Bahasa(-bahasa)Kawi
Juru(-juru) tulisMpu Tanakung
BahanLontar
Ukurancm x cm
FormatKakawin
AksaraAksara Bali
Masuk Koleksi padaPerpustakaan Kantor Dokumentasi Budaya Bali dan Museum Negeri Mpu Tantular
Salinan terjemahan A Teeuw atas Siwarātrikalpa oleh Mpu Tanakung

Kakawin Siwaratrikalpa (ditulis juga Śiwarātrikalpa) adalah sebuah karya sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno.[1][2] Ini adalah teks didaktik yang menggambarkan pembuatan ritus Siwa pada malam Siwa, yang dirayakan di Bali dan di tempat lain. Cerita ini terkait dengan beberapa puranas.[3]

Isi kakawin

[sunting | sunting sumber]

Dalam kakawin ini diceritakan bagaimana seseorang yang berdosa besar sekalipun dapat mencapai surga. Di dalam cerita ini dikisahkan bagaimana Lubdhaka seorang pemburu sedang berburu di tengah hutan. Tetapi sudah lama ia mencari-cari mangsa, tidak dapat. Padahal hari mulai malam. Maka supaya tidak diterkam dan menjadi mangsa binatang buas, ia lalu memanjat pohon dan berusaha supaya tidak jatuh tertidur. Untuk itu ia lalu memetiki daun-daun pohon dan dibuanginya ke bawah. Di bawah ada sebuah kolam. Kebetulan di tengah kolam ada sebuah lingga dan daun-daun berjatuhan di atas dan sekitar lingga tersebut. Lalu malam menjadi hari lagi dan iapun turun dari pohon lagi.

Selang beberapa lama iapun melupakan peristiwa ini dan kemudian meninggal dunia. Arwahnya lalu gentayangan di alam baka tidak tahu mau ke mana. Maka Dewa Maut; Batara Yama melihatnya dan ingin mengambilnya ke neraka. Tetapi pada saat yang sama Batara Siwa melihatnya dan ingat bahwa pada suatu malam yang disebut "Malam Siwa" (Siwaratri) ia pernah dipuja dengan meletakkan dedaunan di atas lingga, simbolnya di bumi.

Lalu pasukan Yama berperang dengan pasukan Siwa yang ingin mengambilnya ke sorga. Siwapun menang dan Lubdhaka dibawanya ke sorga.

Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Kakawin ini ditulis oleh Mpu Tanakung

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Teeuw, A. dan Th.P.Galestin; S.O. Robson; P.J. Zoetmulder (1969). Siwaratrikalpa of mpu Tanakung. The Hague: Martinus Nijhoff. 
  2. ^ Zoetmulder, PJ. Kalangwan (1985). A Survey of Old Javanese Literature. The Hague Nijhoff. Jakarta. 
  3. ^ Teeuw, Andries; Tanakung, Mpu (1969). Śiwarātrikalpa of Mpu Tanakuṅ. An old Javanese poem, its Indian source and Balinese illustrations. Bibliotheca Indonesia. The Hague: Martinus Nijhoff. OCLC 707597217. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Teeuw, A. dan Th.P. Galestin, S.O. Robson, P.J. Worsley, P.J. Zoetmulder, 1969, Siwaratrikalpa of mpu Tanakung. The Hague: Martinus Nijhoff.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]