Lompat ke isi

Parmenides: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Membalikkan revisi 21362092 oleh 36.73.33.108 (bicara) rv suntingan SPAM LTA Casmo
Tag: Pembatalan
 
(41 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Philosopher
{{Infobox Philosopher
<!-- Philosopher Category -->
<!-- Philosopher Category -->
|region = Western Philosophy
|region = Filsafat Barat
|era = [[Pre-Socratic philosophy]]
|era = [[Filsafat Pra-Sokratik]]
|color = #B0C4DE
|color = #B0C4DE
<!-- Image and Caption -->
<!-- Image and Caption -->
Baris 8: Baris 8:
|image_caption = Parmenides
|image_caption = Parmenides
<!-- Information -->
<!-- Information -->
|name = {{Polytonic|Παρμενίδης}}
|name = Parmenides ({{Polytonic|Παρμενίδης}})
| birth_date = 540 SM
|school_tradition = [[Eleatic school]]
| birth_place = [[Elea]]
|main_interests = [[Metaphysics]], [[Ontology]]
| death_date = 470 SM
|notable_ideas = [[Determinism]], [[Ultimate reality]]
| death_place =
|influences = [[Amenias]], [[Pythagoras]], [[Xenophanes|Xenophanes of Colophon]], [[Heraclitus]]
|school_tradition = [[Mazhab Elea]]
|influenced = [[Zeno of Elea]], [[Melissus of Samos]], [[Socrates]], [[Plato]], [[Aristotle]], [[Spinoza]], [[Nietzsche]], [[Heidegger]]
|main_interests = [[Metafisika]], [[Ontologi]]
|notable_ideas = Tentang "yang ada"
|influences = [[Ameinias]], [[Pythagoras]], [[Xenophanes|Xenophanes dari Kolophon]], [[Herakleitos]]
|influenced = [[Zeno]], [[Melissos]], [[Sokrates]], [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Spinoza]], [[Nietzsche]], [[Heidegger]]
}}
}}
'''Parmenides''' adalah seorang filsuf dari [[Mazhab Elea]].<ref name="Simon"></ref><ref name="Bertens">K. Bertens. 1990. ''Sejarah Filsafat Yunani''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 46-50.</ref> Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal.<ref name="Ted">{{en}}Ted Honderich (ed.). 1995. ''The Oxford Companion to Philosophy''. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 645-646.</ref> Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan [[Herakleitos]] sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah.<ref name="Zeller">{{en}}Edward Zeller. 1957. ''Outlines of the History of Greek Philosophy''. New York: Meridian Books. P. 65-67.</ref><ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 25-27.</ref>
'''Parmenides''' adalah seorang [[filsuf]] dari [[Mazhab Elea]].<ref name="Simon"/><ref name="Bertens">K. Bertens. 1990. ''Sejarah Filsafat Yunani''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 46-50.</ref> Arti nama Parmenides adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal.<ref name="Ted">{{en}}Ted Honderich (ed.). 1995. ''The Oxford Companion to Philosophy''. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 645-646.</ref> Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan [[Herakleitos]] sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah.<ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 25-27.</ref><ref name="Zeller">{{en}}Edward Zeller. 1957. ''Outlines of the History of Greek Philosophy''. New York: Meridian Books. P. 65-67.</ref>


Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi.<ref name="Ted"></ref><ref name="Barnes"></ref><ref name="Bertens"></ref> Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini.<ref name="Ted"></ref> Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian.<ref name="Barnes"></ref><ref name="Bertens"></ref> Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat".<ref name="Barnes"></ref><ref name="Bertens"></ref> Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat.<ref name="Barnes"></ref><ref name="Bertens"></ref> Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat.<ref name="Barnes"></ref><ref name="Bertens"></ref>
Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi.<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/><ref name="Barnes"/> Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini.<ref name="Ted"/> Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian.<ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/> Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat".<ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/> Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat.<ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/> Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat.<ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/>


== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==
Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM.<ref name="Barnes">{{en}}Jonathan Barnes. 2001. ''Early Greek Philosophy''. London: Penguin. P. 77-91.</ref><ref name="Simon"></ref><ref name="Zeller"></ref> Ia berasal dari kota [[Elea]], [[Italia]] Selatan.<ref name="Barnes"></ref><ref name="Bertens"></ref><ref name="Simon"></ref> Ia berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat di Elea.<ref name="Zeller"></ref> Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea.<ref name="Barnes"></ref><ref name="Zeller"></ref><ref name="Bertens"></ref>
Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM.<ref name="Simon"/><ref name="Zeller"/><ref name="Barnes">{{en}}Jonathan Barnes. 2001. ''Early Greek Philosophy''. London: Penguin. P. 77-91.</ref> Ia berasal dari kota [[Elea]], [[Italia]] Selatan.<ref name="Simon"/><ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/> Ia berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat di Elea.<ref name="Zeller"/> Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea.<ref name="Bertens"/><ref name="Zeller"/><ref name="Barnes"/>


Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya.<ref name="Barnes"></ref><ref name="Zeller"></ref> Pengaruh Xenophanes terhadap Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam menyampaikan filsafatnya.<ref name="Zeller"></ref> Selain itu, ia juga amat dipengaruhi oleh [[Ameinias]], seorang dari [[mazhab Pythagorean]].<ref name="Barnes"></ref><ref name="Zeller"></ref>
Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya.<ref name="Zeller"/><ref name="Barnes"/> Pengaruh Xenophanes terhadap Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam menyampaikan filsafatnya.<ref name="Zeller"/> Selain itu, ia juga amat dipengaruhi oleh [[Ameinias]], seorang dari [[mazhab Pythagorean]].<ref name="Zeller"/><ref name="Barnes"/>


Menurut kesaksian [[Plato]], Parmenides pernah mengunjungi [[Sokrates]] di [[Athena]] bersama Zeno, muridnya.<ref name="Bertens"></ref> Pada waktu itu, Sokrates masih muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.<ref name="Bertens"></ref>
Menurut kesaksian [[Plato]], Parmenides pernah mengunjungi [[Sokrates]] di [[Athena]] bersama Zeno, muridnya.<ref name="Bertens"/> Pada waktu itu, Sokrates masih muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.<ref name="Bertens"/>


== Pemikiran tentang "Yang Ada" ==
== Pemikiran tentang "Yang Ada" ==
[[Berkas:Sanzio 01 Parmenides.jpg|jmpl|kiri|Parmenides]]
Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada".<ref name="Bertens"></ref><ref name="Simon"></ref> Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya.<ref name="Simon"></ref> Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan.<ref name="Simon"></ref> Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.<ref name="Simon"></ref>
Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada".<ref name="Simon"/><ref name="Bertens"/> Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya.<ref name="Simon"/> Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak berpidandah tempat, tidak berubah, dan tidak terhancurkan.<ref name="Simon"/> Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.<ref name="Simon"/>


Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.<ref name="Bertens"></ref> Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.<ref name="Bertens"></ref> Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.<ref name="Bertens"></ref> Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada.<ref name="Bertens"></ref> Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada.<ref name="Bertens"></ref> Kedua pengandaian ini mustahil.<ref name="Bertens"></ref> Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.<ref name="Bertens"></ref> "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan.<ref name="Bertens"></ref> Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos.<ref name="Bertens"></ref> Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil.<ref name="Bertens"></ref> Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.<ref name="Bertens"></ref>
Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.<ref name="Bertens"/> Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.<ref name="Bertens"/> Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.<ref name="Bertens"/> Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada.<ref name="Bertens"/> Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada.<ref name="Bertens"/> Kedua pengandaian ini mustahil.<ref name="Bertens"/> Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.<ref name="Bertens"/> "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan.<ref name="Bertens"/> Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos.<ref name="Bertens"/> Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil.<ref name="Bertens"/> Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.<ref name="Bertens"/>


Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini.<ref name="Simon"></ref> Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!"<ref name="Simon"></ref> Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada".<ref name="Simon"></ref> Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan.<ref name="Simon"></ref> Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada".<ref name="Simon"></ref> Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri.<ref name="Simon"></ref> Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin.<ref name="Simon"></ref> Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.<ref name="Simon"></ref>
Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini.<ref name="Simon"/> Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!"<ref name="Simon"/> Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada".<ref name="Simon"/> Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan.<ref name="Simon"/> Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada".<ref name="Simon"/> Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri.<ref name="Simon"/> Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin.<ref name="Simon"/> Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.<ref name="Simon"/>


Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:
Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:
* Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Ted"></ref> Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada".<ref name="Bertens"></ref>
* Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin.<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/> Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada".<ref name="Bertens"/>
* Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Ted"></ref> Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan.<ref name="Bertens"></ref> Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada.<ref name="Bertens"></ref>
* Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan.<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/> Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan.<ref name="Bertens"/> Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada.<ref name="Bertens"/>
* Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Ted"></ref> Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.<ref name="Bertens"></ref>
* Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/> Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.<ref name="Bertens"/>
* Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong.<ref name="Bertens"></ref><ref name="Ted"></ref> Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain.<ref name="Bertens"></ref> Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.<ref name="Bertens"></ref>
* Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong.<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/> Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain.<ref name="Bertens"/> Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.<ref name="Bertens"/>

== Pengaruh ==
== Pengaruh ==
Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah [[filsafat Yunani]].<ref name="Bertens"></ref> Dapat dikatakan bahwa dialah penemu [[metafisika]], cabang filsafat yang menyelidiki "yang ada".<ref name="Bertens"></ref> Filsafat di masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi.<ref name="Bertens"></ref> Plato dan [[Aristoteles]] adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.<ref name="Bertens"></ref>
Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah [[filsafat Yunani]].<ref name="Bertens"/> Dapat dikatakan bahwa dialah penemu [[metafisika]], cabang filsafat yang menyelidiki "yang ada".<ref name="Bertens"/> Filsafat pada masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi.<ref name="Bertens"/> Plato dan [[Aristoteles]] adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.<ref name="Bertens"/>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

== Pranala luar ==
{{commonscat|Parmenides of Elea}}
* {{sep entry|parmenides|Parmenides|John Palmer}}
* [http://faculty.washington.edu/smcohen/320/parm1.htm "Lecture Notes: Parmenides", S Marc Cohen, University of Washighton]
* [http://www.elea.org/Parmenides/ Parmenides, ''On Nature''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100306163753/http://www.elea.org/Parmenides/ |date=2010-03-06 }} at Elea.Org
* [http://www.formalontology.it/parmenides.htm Parmenides' of Elea Way of Truth] with an annotated bibliography
* [http://parmenides.com/about_parmenides/ParmenidesPoem.html?page=12 Parallel text of three translations (two English, one German)]
* [http://www.ellopos.net/elpenor/greek-texts/ancient-greece/parmenides-being.asp Parmenides Bilingual Anthology (in Greek and English, side by side)]
* [http://philoctetes.free.fr/parmenides.htm Fragments of Parmenides] parallel Greek with links to Perseus, French, and English (Burnet) includes Parmenides article from [[Encyclopædia Britannica Eleventh Edition]]

== Lihat pula ==
* [[Daftar filsuf]]

{{Filsuf pra-Sokrates}}
{{Authority control}}

[[Kategori:Filsafat Barat]]
[[Kategori:Filsuf Yunani]]
[[Kategori:Filsafat Yunani]]

Revisi terkini sejak 11 Juli 2022 06.17

Parmenides (Παρμενίδης)
Lahir540 SM
Elea
Meninggal470 SM
EraFilsafat Pra-Sokratik
KawasanFilsafat Barat
AliranMazhab Elea
Minat utama
Metafisika, Ontologi
Gagasan penting
Tentang "yang ada"

Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea.[1][2] Arti nama Parmenides adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal.[3] Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan Herakleitos sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah.[1][4]

Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi.[2][3][5] Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini.[3] Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian.[2][5] Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat".[2][5] Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat.[2][5] Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat.[2][5]

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM.[1][4][5] Ia berasal dari kota Elea, Italia Selatan.[1][2][5] Ia berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat di Elea.[4] Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea.[2][4][5]

Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya.[4][5] Pengaruh Xenophanes terhadap Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam menyampaikan filsafatnya.[4] Selain itu, ia juga amat dipengaruhi oleh Ameinias, seorang dari mazhab Pythagorean.[4][5]

Menurut kesaksian Plato, Parmenides pernah mengunjungi Sokrates di Athena bersama Zeno, muridnya.[2] Pada waktu itu, Sokrates masih muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.[2]

Pemikiran tentang "Yang Ada"

[sunting | sunting sumber]
Parmenides

Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada".[1][2] Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya.[1] Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak berpidandah tempat, tidak berubah, dan tidak terhancurkan.[1] Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.[1]

Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.[2] Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.[2] Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.[2] Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada.[2] Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada.[2] Kedua pengandaian ini mustahil.[2] Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.[2] "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan.[2] Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos.[2] Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil.[2] Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.[2]

Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini.[1] Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!"[1] Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada".[1] Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan.[1] Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada".[1] Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri.[1] Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin.[1] Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.[1]

Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:

  • Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin.[2][3] Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada".[2]
  • Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan.[2][3] Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan.[2] Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada.[2]
  • Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.[2][3] Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.[2]
  • Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong.[2][3] Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain.[2] Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.[2]

Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani.[2] Dapat dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki "yang ada".[2] Filsafat pada masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi.[2] Plato dan Aristoteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 25-27.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 46-50.
  3. ^ a b c d e f g (Inggris)Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 645-646.
  4. ^ a b c d e f g (Inggris)Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 65-67.
  5. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London: Penguin. P. 77-91.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]