Sarwono Prawirohardjo: Perbedaan antara revisi
k Bot: Perubahan kosmetika |
RushingBot (bicara | kontrib) k →top: hapus templat bendera per MOS:BENDERA, removed: {{negara|Indonesia}} (3) |
||
(14 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox person |
|||
Sarwono Prawirohardjo adalah: Seorang -Pengajar Kweekschool- di dalam bidang ekonomi Sarwono masih belum di bilang cukup. "Padahal" dari kecil sudah di anjurkan untuk menjadi seorang dokter," ceritanya. Namun saat ini beliau bukan hanya menjadi sebagai dokter jawa, namun beliau juga sebagai ahli kandungan dan kebidanan. |
|||
| name = {{PAGENAME}} |
|||
| image = |
|||
| imagesize = |
|||
| alt = |
|||
| caption = Prof. Sarwono Prawirohardjo (kanan) bergambar bersama nyonya (foto acara penutupan Kongres V PKBI tg. 20 Juni 1979) |
|||
| birth_name = |
|||
| birth_date = {{Birth date|1906|3|13}} |
|||
| birth_place = [[Kota Solo|Solo]], [[Jawa Tengah]] |
|||
| death_date = {{Death date and age|1983|10|10|1906|3|13}} |
|||
| death_place = [[Klaten|Desa Kempul]], [[Jawa Tengah]] |
|||
| nationality = [[Indonesia]] |
|||
| other_names = |
|||
| alma_mater = STOVIA<br/>Geneeskundige Hooge School |
|||
| occupation = [[Dokter]], [[Ilmuwan]], [[Pengajar]] |
|||
| known_for = Ketua IDI 1950-1951<br/>Ketua POGI 1954-1963<br/>Kepala LIPI 1969-1973 |
|||
| religion = Islam |
|||
| spouse = Raden Roro Sumilir |
|||
| children = Kustiani Sarwono, Sriyani, Dharmawan, dan Sunarti |
|||
| parents = Prawirohardjo |
|||
}} |
|||
'''Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo''' ({{lahirmati|[[Kota Solo|Solo]], [[Jawa Tengah]]|13|3|1906|[[Klaten|Desa Kempul]], [[Yogyakarta]]|10|10|1983}}) adalah [[ilmuwan]] [[Indonesia]]. Sarwono Prawirohardjo berperan besar dalam pembangunan kelembagaan ilmu pengetahuan di Indonesia, seperti Ikatan Bidan Indonesia, [[Ikatan Dokter Indonesia]], Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, dan [[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)]].<ref name="lipi.go.id">{{cite web|url=http://lipi.go.id/berita/sarwono-prawirohardjo-tokoh-yang-membidani-kelahiran-lipi/3259|title=SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG MEMBIDANI KELAHIRAN LIPI|work=lipi.go.id|accessdate=10 Januari 2020}}</ref> |
|||
Lahir di solo menjadi anak yang kedua dengan lima belas bersaudara Sarwono bercerita Hanya dengan beasiswa ia sukses tiba dan menginjakkan kakinya di STOVIA , tamat 1992 dan menjadi Indisch Aert- dan berhasil mengharumkan namanya sendiri dengan panggilan doktor jawa'- dia di tugaskan sementara di CBZ (sekarang RSCM) Jakarta. dan setelah itu dia di tugaskan ke Tanjung Pinang, [[Riau]]. |
|||
== Riwayat Hidup == |
|||
orang-orang sekitar mengira saya sebagai doter, dan pemimpinya," katanya bercerita waktu dulu. Sarwono tidak perah merasa malu dengan itu semua, dan saat dia tinggal di asrama STOVIA- saat ini Gedung Kebangkitan Nasional<ref>{{Cite book|title=Ap & Siapa sejumlah orang Indonesia 1983-1984|last=|first=Majalah Berita Mingguan Tempo|publisher=|year=1983|isbn=*untuk artikel scanlon plan, sinektika, Societe generale de surveillance|location=|pages=|url-status=live}}</ref> |
|||
Sarwono adalah anak kedua dari lima bersaudara dari keluarga terpelajar di [[Kota Surakarta|Solo]]. Ayahnya, Prawirohardjo merupakan seorang guru sekolah sehingga pendidikan sangat ditekankan dalam keluarga.<ref name="Adam, Asvi Warman 2009 PI">Adam, Asvi Warman. (2009). ''Sarwono Prawirohardjo: pembangunan institusi ilmu pengetahuan di Indonesia''. Jakarta: LIPI Press</ref> Sarwono menikah dengan Raden Roro Sumilir dan dikaruniai 4 orang anak, yakni Kustiani Sarwono, Sriyani, Dharmawan, dan Sunarti. |
|||
=== Pendidikan === |
|||
Sarwono menamatkan [[Europeesche Lagere School|Europeesche Lagere School (ELS)]] pada 1919, Ia kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah dokter [[School tot Opleiding van Indische Artsen|STOVIA]]. Selama menjadi siswa STOVIA Sarwono mulai tertarik berorganisasi. Sebagai pelajar Jawa, ia menjadi anggota dan bahkan pernah menjadi ketua perkumpulan [[Jong Java]] pada 1927. |
|||
Tahun 1929, Sarwono lulus dari STOVIA sebagai Indische Arts. Sarwono lantas menambah pengetahuannya di [[Geneeskundige Hoogeschool te Batavia]] tahun 1937, sebuah sekolah tinggi kedokteran di Jakarta. Sarwono juga mengambil spesialisasi bagian kebidanan dan kandungan di bawah bimbingan Prof. Dr. Remmelts. Pendidikan inilah yang mengantarkan Sarwono sebagai pionir ilmu kebidanan di Indonesia.<ref name="SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG M">{{cite web |url=http://lipi.go.id/berita/sarwono-prawirohardjo-tokoh-yang-membidani-kelahiran-lipi/3259 |title=SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG MEMBIDANI KELAHIRAN LIPI |work=lipi.go.id |accessdate=10 Januari 2020}}</ref> |
|||
=== Karier Kedokteran === |
|||
Pascalulus dari STOVIA, Sarwono pernah bekerja sebagai dokter di beberapa rumah sakit. Ia bahkan sempat menjadi Direktur Rumah Sakit Bersalin Pamitran (singkatan dari Perkumpulan Akan Menolong Ibu Terus Rawat Anak Nusunya)<ref>{{cite web |url=https://www.citrust.id/gemeente-cheribon-masa-kolonial-belanda-2-pendirian-rs-oranye-dan-pamitran.html |title=Gemeente Cheribon Masa Kolonial Belanda (2) – Pendirian RS “Oranye” dan Pamitran |work=www.citrust.id |accessdate=10 Januari 2020}}</ref> sebuah rumah sakit bersalin untuk bumiputera, sebelum melanjutkan pendidikan. |
|||
Selepas penjajahan Jepang, pada 19-20 Agustus 1945, Sarwono bersama Sutomo Tjokronegoro, Sudiman Kartodihardjo, dan Slamet Imam Santoso mendirikan Balai Perguruan Tinggi RI. Sesudah pengakuan kedaulatan pada 1950, balai ini dilebur bersama [[Universiteit van Indonesie|Universiteit van Indonesia]], dimana Sarwono mengajar sebagai guru besar ilmu kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. |
|||
Sebagai seorang dokter kebidanan dan kandungan, Sarwono sempat membantu kelahiran putra-putri Presiden Pertama RI [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta|M.Hatta]], keluarga Kusumaatmadja (yang memberi anaknya nama yang sama, [[Sarwono Kusumaatmadja]]), dan wartawan senior [[Rosihan Anwar]].<ref name="Adam, Asvi Warman 2009 PI"/> Meski demikian, Sarwono juga sempat bersinggungan dengan Presiden Soekarno, aktivitasnya yang memasyarakatkan program [[Keluarga Berencana]] (KB), pernah ditentang oleh Presiden Soekarno yang beranggapan, "banyak anak banyak rejeki."<ref name="lipi.go.id"/> |
|||
Selain mendalami masalah ilmu kebidanan, Sarwono juga berkiprah dalam pendirian beberapa organisasi bidang kesehatan, di antaranya [[Ikatan Dokter Indonesia|Ikatan Dokter Indonesia (IDI)]], Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).<ref name="SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG M"/> Sarwono sempat terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama melalui muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) tahun 1950 yang digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.<ref>{{cite web |url=http://www.idionline.org/about/about-idi/ |title=Sejarah IDI |work=www.idionline.org |accessdate=10 Januari 2020 |archive-date=2020-01-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200120212104/http://www.idionline.org/ABOUT/ABOUT-IDI/ |dead-url=yes }}</ref> Sarwono juga sempat menjadi ketua pertama POGI saat didirikan pada tanggal 5 Juli 1954 di Jakarta, Ia menjabat selama periode 1954-1963.<ref>{{cite web |url=https://pogi.or.id/publish/profile/sejarah/ |title=Sejarah POGI |work=pogi.or.id |accessdate=10 Januari 2020}}</ref> |
|||
=== Karier Penelitian === |
|||
Kepergian para peneliti Belanda pada tahun 1950 membuat penelitian keilmuwan di Indonesia mengalami pasang surut. Karena itu pada 1952, Sarwono ditunjuk menjadi Ketua Panitia Persiapan Pembentukan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia. Situasi tanah air waktu itu membuat panitia harus bekerja selama 4 tahun hingga berdirinya MIPI pada 1956 dengan Sarwono sebagai ketuanya. Pada awal perjalanannya, MIPI berhasil menyelenggarakan Kongres Ilmu Pengetahuan pertama di Malang tahun 1958 dan kedua di Yogyakarta tahun 1962. |
|||
Dalam perkembangannya, MIPI mengalami beberapa perubahan di antaranya karena pembentukan Departemen Urusan Reseach Nasional (Durenas) pada 1962 yang dipimpin oleh [[Djoenoed Poesponegoro]]. Ketika itu Sarwono diangkat menjadi Pembantu Menteri Urusan Kebijakan. Ketika Durenas ditiadakan [[Gerakan 30 September|pasca G30S 1965]], kebijakan iptek dikoordinasikan oleh Lembaga Reseach Nasional (LRN) dan MIPI yang kemudian dilebur menjadi LIPI dengan Sarwono sebagai ketuanya.<ref name="SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG M"/> |
|||
== Sarwono Memorial Lecture dan LIPI Sarwono Award == |
|||
Sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa pengabdian Sarwono Prawirohardjo dalam membangun ilmu pengetahuan Indonesia, LIPI menjadikan nama Sarwono Memorial Lecture sebagai nama kegiatan keilmuan yang diadakan oleh LIPI setiap tahunnya.<ref>{{cite web |url=http://lipi.go.id/pengumuman/Penganugerahan-Penghargaan-Ilmu-Pengetahuan-LIPI-Sarwono-Award-XVIII-dan-LIPI-Sarwono-Prawirohardjo-Memorial-Lecture-XIX-Tahun-2019/21747 |title=Penganugerahan Penghargaan Ilmu Pengetahuan LIPI Sarwono Award XVIII dan LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIX Tahun 2019 |work=lipi.go.id |accessdate=10 Januari 2020}}</ref> Kegiatan yang pertama kali diselenggarakan pada 2001 ini menampilkan orasi ilmiah dari sosok ilmuwan yang telah mempunyai kontribusi dan reputasi nasional serta internasional. [[Sangkot Marzuki|Prof. Dr. Sangkot Marzuki]], Ketua [[Lembaga Eijkman|Lembaga Biologi Molekuler Eijkman]], berkesempatan menyampaikan orasi ilmiah pada Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture pertama dengan judul “Indonesia dan Revolusi Genom: Menyelusuri Sejarah Manusia Indonesia dan Masa Depan Bangsa”.<ref>LIPI. (2019). ''Panduan dan Naskah Orasi Ilmiah Penganugerahan Penghargaan Ilmu Pengetahuan LIPI Sarwono Award XVIII dan LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIX Tahun 2019''. Jakarta: LIPI Press.</ref> |
|||
Sarwono juga digunakan sebagai nama pemberian penghargaan LIPI kepada ilmuwan karena jasa dan pengabdian serta reputasinya, baik nasional maupun internasional, dalam bidang ilmu pengetahuan. Penghargaan bernama LIPI Sarwono Award (sebelumnya Penghargaan Sarwono Prawirohardjo) diselenggarakan sejak 2002 dengan [[Ali Sadikin|Letjen (Pur.) Ali Sadikin]] sebagai penerima penghargaan LIPI Sarwono Award pertama.<ref>{{cite web |url=http://lipi.go.id/siaranpress/penghargaan-sarwono-prawirohardjo-di-hut-40-lipi/13252 |title=Penghargaan Sarwono Prawirohardjo di HUT 40 LIPI |work=lipi.go.id |accessdate=10 Januari 2020}}</ref> |
|||
== Lain-lain == |
|||
Sarwono Prawirohardjo adalah mertua dari [[Koentjaraningrat]], [[Antropologi|antropolog]] Indonesia. |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
<references /> |
<references /> |
||
{{Authority control}} |
|||
⚫ | |||
[[Kategori:Ilmuwan Indonesia]] |
|||
⚫ | |||
[[Kategori:Profesor Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Klaten]] |
Revisi terkini sejak 24 Agustus 2022 18.21
Sarwono Prawirohardjo | |
---|---|
Lahir | Solo, Jawa Tengah | 13 Maret 1906
Meninggal | 10 Oktober 1983 Desa Kempul, Jawa Tengah | (umur 77)
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | STOVIA Geneeskundige Hooge School |
Pekerjaan | Dokter, Ilmuwan, Pengajar |
Dikenal atas | Ketua IDI 1950-1951 Ketua POGI 1954-1963 Kepala LIPI 1969-1973 |
Suami/istri | Raden Roro Sumilir |
Anak | Kustiani Sarwono, Sriyani, Dharmawan, dan Sunarti |
Orang tua | Prawirohardjo |
Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo (13 Maret 1906 – 10 Oktober 1983) adalah ilmuwan Indonesia. Sarwono Prawirohardjo berperan besar dalam pembangunan kelembagaan ilmu pengetahuan di Indonesia, seperti Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).[1]
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Sarwono adalah anak kedua dari lima bersaudara dari keluarga terpelajar di Solo. Ayahnya, Prawirohardjo merupakan seorang guru sekolah sehingga pendidikan sangat ditekankan dalam keluarga.[2] Sarwono menikah dengan Raden Roro Sumilir dan dikaruniai 4 orang anak, yakni Kustiani Sarwono, Sriyani, Dharmawan, dan Sunarti.
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Sarwono menamatkan Europeesche Lagere School (ELS) pada 1919, Ia kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah dokter STOVIA. Selama menjadi siswa STOVIA Sarwono mulai tertarik berorganisasi. Sebagai pelajar Jawa, ia menjadi anggota dan bahkan pernah menjadi ketua perkumpulan Jong Java pada 1927.
Tahun 1929, Sarwono lulus dari STOVIA sebagai Indische Arts. Sarwono lantas menambah pengetahuannya di Geneeskundige Hoogeschool te Batavia tahun 1937, sebuah sekolah tinggi kedokteran di Jakarta. Sarwono juga mengambil spesialisasi bagian kebidanan dan kandungan di bawah bimbingan Prof. Dr. Remmelts. Pendidikan inilah yang mengantarkan Sarwono sebagai pionir ilmu kebidanan di Indonesia.[3]
Karier Kedokteran
[sunting | sunting sumber]Pascalulus dari STOVIA, Sarwono pernah bekerja sebagai dokter di beberapa rumah sakit. Ia bahkan sempat menjadi Direktur Rumah Sakit Bersalin Pamitran (singkatan dari Perkumpulan Akan Menolong Ibu Terus Rawat Anak Nusunya)[4] sebuah rumah sakit bersalin untuk bumiputera, sebelum melanjutkan pendidikan.
Selepas penjajahan Jepang, pada 19-20 Agustus 1945, Sarwono bersama Sutomo Tjokronegoro, Sudiman Kartodihardjo, dan Slamet Imam Santoso mendirikan Balai Perguruan Tinggi RI. Sesudah pengakuan kedaulatan pada 1950, balai ini dilebur bersama Universiteit van Indonesia, dimana Sarwono mengajar sebagai guru besar ilmu kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sebagai seorang dokter kebidanan dan kandungan, Sarwono sempat membantu kelahiran putra-putri Presiden Pertama RI Soekarno, M.Hatta, keluarga Kusumaatmadja (yang memberi anaknya nama yang sama, Sarwono Kusumaatmadja), dan wartawan senior Rosihan Anwar.[2] Meski demikian, Sarwono juga sempat bersinggungan dengan Presiden Soekarno, aktivitasnya yang memasyarakatkan program Keluarga Berencana (KB), pernah ditentang oleh Presiden Soekarno yang beranggapan, "banyak anak banyak rejeki."[1]
Selain mendalami masalah ilmu kebidanan, Sarwono juga berkiprah dalam pendirian beberapa organisasi bidang kesehatan, di antaranya Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).[3] Sarwono sempat terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama melalui muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) tahun 1950 yang digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.[5] Sarwono juga sempat menjadi ketua pertama POGI saat didirikan pada tanggal 5 Juli 1954 di Jakarta, Ia menjabat selama periode 1954-1963.[6]
Karier Penelitian
[sunting | sunting sumber]Kepergian para peneliti Belanda pada tahun 1950 membuat penelitian keilmuwan di Indonesia mengalami pasang surut. Karena itu pada 1952, Sarwono ditunjuk menjadi Ketua Panitia Persiapan Pembentukan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia. Situasi tanah air waktu itu membuat panitia harus bekerja selama 4 tahun hingga berdirinya MIPI pada 1956 dengan Sarwono sebagai ketuanya. Pada awal perjalanannya, MIPI berhasil menyelenggarakan Kongres Ilmu Pengetahuan pertama di Malang tahun 1958 dan kedua di Yogyakarta tahun 1962.
Dalam perkembangannya, MIPI mengalami beberapa perubahan di antaranya karena pembentukan Departemen Urusan Reseach Nasional (Durenas) pada 1962 yang dipimpin oleh Djoenoed Poesponegoro. Ketika itu Sarwono diangkat menjadi Pembantu Menteri Urusan Kebijakan. Ketika Durenas ditiadakan pasca G30S 1965, kebijakan iptek dikoordinasikan oleh Lembaga Reseach Nasional (LRN) dan MIPI yang kemudian dilebur menjadi LIPI dengan Sarwono sebagai ketuanya.[3]
Sarwono Memorial Lecture dan LIPI Sarwono Award
[sunting | sunting sumber]Sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa pengabdian Sarwono Prawirohardjo dalam membangun ilmu pengetahuan Indonesia, LIPI menjadikan nama Sarwono Memorial Lecture sebagai nama kegiatan keilmuan yang diadakan oleh LIPI setiap tahunnya.[7] Kegiatan yang pertama kali diselenggarakan pada 2001 ini menampilkan orasi ilmiah dari sosok ilmuwan yang telah mempunyai kontribusi dan reputasi nasional serta internasional. Prof. Dr. Sangkot Marzuki, Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, berkesempatan menyampaikan orasi ilmiah pada Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture pertama dengan judul “Indonesia dan Revolusi Genom: Menyelusuri Sejarah Manusia Indonesia dan Masa Depan Bangsa”.[8]
Sarwono juga digunakan sebagai nama pemberian penghargaan LIPI kepada ilmuwan karena jasa dan pengabdian serta reputasinya, baik nasional maupun internasional, dalam bidang ilmu pengetahuan. Penghargaan bernama LIPI Sarwono Award (sebelumnya Penghargaan Sarwono Prawirohardjo) diselenggarakan sejak 2002 dengan Letjen (Pur.) Ali Sadikin sebagai penerima penghargaan LIPI Sarwono Award pertama.[9]
Lain-lain
[sunting | sunting sumber]Sarwono Prawirohardjo adalah mertua dari Koentjaraningrat, antropolog Indonesia.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG MEMBIDANI KELAHIRAN LIPI". lipi.go.id. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
- ^ a b Adam, Asvi Warman. (2009). Sarwono Prawirohardjo: pembangunan institusi ilmu pengetahuan di Indonesia. Jakarta: LIPI Press
- ^ a b c "SARWONO PRAWIROHARDJO, TOKOH YANG MEMBIDANI KELAHIRAN LIPI". lipi.go.id. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
- ^ "Gemeente Cheribon Masa Kolonial Belanda (2) – Pendirian RS "Oranye" dan Pamitran". www.citrust.id. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
- ^ "Sejarah IDI". www.idionline.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-20. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
- ^ "Sejarah POGI". pogi.or.id. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
- ^ "Penganugerahan Penghargaan Ilmu Pengetahuan LIPI Sarwono Award XVIII dan LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIX Tahun 2019". lipi.go.id. Diakses tanggal 10 Januari 2020.
- ^ LIPI. (2019). Panduan dan Naskah Orasi Ilmiah Penganugerahan Penghargaan Ilmu Pengetahuan LIPI Sarwono Award XVIII dan LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIX Tahun 2019. Jakarta: LIPI Press.
- ^ "Penghargaan Sarwono Prawirohardjo di HUT 40 LIPI". lipi.go.id. Diakses tanggal 10 Januari 2020.