Darah sebagai makanan: Perbedaan antara revisi
k Robot: Perubahan kosmetika |
−Kategori:Makanan; ±Kategori:Darah→Kategori:Hidangan darah menggunakan HotCat |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox food |
|||
⚫ | |||
| name = Darah |
|||
⚫ | |||
| image = Pig's blood cakes.jpg |
|||
⚫ | |||
| caption = [[Kue darah babi]] |
|||
⚫ | |||
| alternate_name = |
|||
| country = Berbagai negara |
|||
| region = |
|||
| national_cuisine = |
|||
| creator = |
|||
| year = |
|||
| mintime = |
|||
| maxtime = |
|||
| type = |
|||
| course = |
|||
| served = |
|||
| main_ingredient = [[Darah]] [[hewan]] |
|||
| minor_ingredient = |
|||
| variations = |
|||
| serving_size = |
|||
| calories = |
|||
| calories_ref = |
|||
| protein = |
|||
| fat = |
|||
| carbohydrate = |
|||
| glycemic_index = |
|||
| similar_dish = |
|||
| other = |
|||
}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
Dalam beberapa budaya, darah adalah [[Makanan dan minuman tabu#Darah|makanan tabu]]. |
Dalam beberapa budaya, darah adalah [[Makanan dan minuman tabu#Darah|makanan tabu]]. |
||
== Metode penyajian == |
== Metode penyajian == |
||
Darah yang dijadikan makanan berasal dari berbagai jenis hewan, umumnya mamalia besar yang diternakkan seperti [[sapi]], [[babi]], [[domba]], dan sebagainya. Di Asia, darah unggas juga umum dikonsumsi (misal [[Tiết canh]] asal Vietnam). Darah dapat disajikan sebagai makanan dengan dijadikan [[sosis]], [[puding hitam|puding]], [[panekuk]], [[sup darah|sup]], hingga dikonsumsi mentah.<ref>Davidson, Alan. ''The Oxford Companion to Food''. 2nd ed. UK: Oxford University Press, 2006., p. 81-82.</ref> Di [[Tibet]], darah [[yak]] yang dikentalkan merupakan makanan tradisional warga setempat.<ref>Ma Jian, ''Stick Out Your Tongue'' Chatto and Windus London, 2006.</ref> Masyarakat [[Inuit]] mengkonsumsi darah [[anjing laut]] secara langsung dengan meminumnya karena diyakini mengembalikan kekuatan para pemburu dan dipercaya mampu menyehatkan badan.<ref name="Searles">Searles, Edmund. "Food and the Making of Modern Inuit Identities." Food & Foodways: History & Culture of Human Nourishment 10 (2002): 55–78.</ref><ref name="Borré">Borré, Kristen. "Seal Blood, Inuit Blood, and Diet: A Biocultural Model of Physiology and Cultural Identity." Medical Anthropology Quarterly 5 (1991): 48–62.</ref> Masyarakat [[Maasai]] juga mengkonsumsi darah sapi secara langsung di perayaan tertentu.<ref>{{cite book|title=Maasai|last=Craats|first=Rennay|year=2005|publisher=Weigl Publishers|page=25|isbn=978-1-59036-255-6 }}</ref> |
Darah yang dijadikan makanan berasal dari berbagai jenis hewan, umumnya mamalia besar yang diternakkan seperti [[sapi]], [[babi]], [[domba]], dan sebagainya. Di Asia, darah unggas juga umum dikonsumsi (misal [[Tiết canh]] asal Vietnam). Darah dapat disajikan sebagai makanan dengan dijadikan [[sosis]], [[puding hitam|puding]], [[panekuk]], [[sup darah|sup]], hingga dikonsumsi mentah.<ref>Davidson, Alan. ''The Oxford Companion to Food''. 2nd ed. UK: Oxford University Press, 2006., p. 81-82.</ref> Di [[Tibet]], darah [[yak]] yang dikentalkan merupakan makanan tradisional warga setempat.<ref>Ma Jian, ''Stick Out Your Tongue'' Chatto and Windus London, 2006.</ref> Masyarakat [[Inuit]] mengkonsumsi darah [[anjing laut]] secara langsung dengan meminumnya karena diyakini mengembalikan kekuatan para pemburu dan dipercaya mampu menyehatkan badan.<ref name="Searles">Searles, Edmund. "Food and the Making of Modern Inuit Identities." Food & Foodways: History & Culture of Human Nourishment 10 (2002): 55–78.</ref><ref name="Borré">Borré, Kristen. "Seal Blood, Inuit Blood, and Diet: A Biocultural Model of Physiology and Cultural Identity." Medical Anthropology Quarterly 5 (1991): 48–62.</ref> Masyarakat [[Maasai]] juga mengkonsumsi darah sapi secara langsung di perayaan tertentu.<ref>{{cite book|title=Maasai|url=https://archive.org/details/maasai0000craa|last=Craats|first=Rennay|year=2005|publisher=Weigl Publishers|page=[https://archive.org/details/maasai0000craa/page/25 25]|isbn=978-1-59036-255-6 }}</ref> |
||
Darah yang akan dijadikan makanan dimasak terlebih dahulu hingga mengental lalu ditambahkan bahan pengisi hingga menjadi padat. Bahan pengisi dapat berupa [[tepung jagung]], [[suet]], [[daging]], dan [[serealia]]. |
Darah yang akan dijadikan makanan dimasak terlebih dahulu hingga mengental lalu ditambahkan bahan pengisi hingga menjadi padat. Bahan pengisi dapat berupa [[tepung jagung]], [[suet]], [[daging]], dan [[serealia]]. |
||
== Konsumsi darah pada keagamaan == |
== Konsumsi darah pada keagamaan == |
||
Baris 23: | Baris 51: | ||
* [[Alan Eaton Davidson|Alan Davidson]]: ''The Oxford Companion to Food.'' 2. Auflage. Oxford University Press, Oxford u.a. 2006, ISBN 0-19-280681-5, Artikel: ''Blood''. |
* [[Alan Eaton Davidson|Alan Davidson]]: ''The Oxford Companion to Food.'' 2. Auflage. Oxford University Press, Oxford u.a. 2006, ISBN 0-19-280681-5, Artikel: ''Blood''. |
||
{{Authority control}} |
|||
⚫ | |||
[[Kategori:Makanan]] |
|||
⚫ | |||
[[Kategori:Jeroan]] |
[[Kategori:Jeroan]] |
Revisi per 21 September 2022 07.04
Darah | |
---|---|
Tempat asal | Berbagai negara |
Bahan utama | Darah hewan |
Sunting kotak info • L • B |
Sejumlah budaya mengkonsumsi darah sebagai makanan, yang sering dikombinasikan dengan daging.
Dalam beberapa budaya, darah adalah makanan tabu.
Metode penyajian
Darah yang dijadikan makanan berasal dari berbagai jenis hewan, umumnya mamalia besar yang diternakkan seperti sapi, babi, domba, dan sebagainya. Di Asia, darah unggas juga umum dikonsumsi (misal Tiết canh asal Vietnam). Darah dapat disajikan sebagai makanan dengan dijadikan sosis, puding, panekuk, sup, hingga dikonsumsi mentah.[1] Di Tibet, darah yak yang dikentalkan merupakan makanan tradisional warga setempat.[2] Masyarakat Inuit mengkonsumsi darah anjing laut secara langsung dengan meminumnya karena diyakini mengembalikan kekuatan para pemburu dan dipercaya mampu menyehatkan badan.[3][4] Masyarakat Maasai juga mengkonsumsi darah sapi secara langsung di perayaan tertentu.[5]
Darah yang akan dijadikan makanan dimasak terlebih dahulu hingga mengental lalu ditambahkan bahan pengisi hingga menjadi padat. Bahan pengisi dapat berupa tepung jagung, suet, daging, dan serealia.
Konsumsi darah pada keagamaan
Gereja Katolik, beserta dengan Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Lutheran, dan beberapa gereja Anglikan, mempercayai bahwa dalam sakramen Ekaristi, para partisipan mengkonsumsi darah dan tubuh Yesus Kristus secara literal.
Penganggapan budaya
Beberapa budaya menganggap darah tabu untuk dijadikan makanan. Dalam agama Abrahamik, kebudayaan Yahudi dan Muslim melarang konsumsi darah.
Referensi
- ^ Davidson, Alan. The Oxford Companion to Food. 2nd ed. UK: Oxford University Press, 2006., p. 81-82.
- ^ Ma Jian, Stick Out Your Tongue Chatto and Windus London, 2006.
- ^ Searles, Edmund. "Food and the Making of Modern Inuit Identities." Food & Foodways: History & Culture of Human Nourishment 10 (2002): 55–78.
- ^ Borré, Kristen. "Seal Blood, Inuit Blood, and Diet: A Biocultural Model of Physiology and Cultural Identity." Medical Anthropology Quarterly 5 (1991): 48–62.
- ^ Craats, Rennay (2005). Maasai. Weigl Publishers. hlm. 25. ISBN 978-1-59036-255-6.
Bacaan tambahan
- Alan Davidson: The Oxford Companion to Food. 2. Auflage. Oxford University Press, Oxford u.a. 2006, ISBN 0-19-280681-5, Artikel: Blood.