Operasi Saptamarga: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Merapikan/copyedit (suntingan kecil)
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
 
(6 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Operasi Saptamarga''' merupakan salah satu operasi yang dikerahkan oleh [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] dengan tujuan untuk menumpas gerakan [[separatisme]]. Gerakan separatisme muncul sebagai wujud tuntutan kepada pemerintah pusat untuk memberikan kekuasaan otonomi kepada daerah-daerah. Gerakan separatisme ini dikenal dengan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]]/[[Permesta|Perjuangan Rakyat Semesta]] yang terdapat di wilayah Sumatera dan Sulawesi. Operasi Saptamarga dilaksanakan pada 17 Maret 1958 ketika masa [[Kabinet Djuanda]] atau Kabinet Karya. Operasi ini dipimpin oleh Letnan Kolonel [[Djamin Ginting]]. Operasi Saptamarga berhasil menduduki beberapa wilayah [[Sumatera Utara]] (Sibolga, Padangsidempuan, Tapanuli Selatan, Pelabuhan udara Pinangsori) hingga ke wilayah [[Sumatera Barat]]. Selanjutnya operasi Saptamarga II dilancarkan pada tanggal 10 Mei 1958 dan berhasil menduduki wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Permesta, yaitu wilayah [[Gorontalo]].<ref name=":0">{{Cite web|last=danangpratama|date=2020-10-12|title=Operasi Penumpasan Gerakan Separatis: PRRI/Permesta|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/operasi-penumpasan-gerakan-separatis-prri-permesta/|website=Kompaspedia|language=id|access-date=2021-07-31}}</ref>
'''Operasi Saptamarga''' merupakan salah satu operasi yang dikerahkan oleh [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] dengan tujuan untuk menumpas gerakan [[separatisme]]. Gerakan separatisme muncul sebagai wujud tuntutan kepada pemerintah pusat untuk memberikan kekuasaan otonomi kepada daerah-daerah. Gerakan separatisme ini dikenal dengan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]]/[[Permesta|Perjuangan Rakyat Semesta]] yang terdapat di wilayah Sumatera dan Sulawesi. Operasi Saptamarga dilaksanakan pada 17 Maret 1958 ketika masa [[Kabinet Djuanda]] atau Kabinet Karya. Operasi ini dipimpin oleh Letnan Kolonel [[Jamin Ginting]]. Operasi Saptamarga berhasil menduduki beberapa wilayah [[Sumatera Utara]] ([[Kota Sibolga|Sibolga]], [[Kota Padang Sidempuan|Padang Sidempuan]], [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli Selatan]], [[Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing|Pelabuhan Udara Pinangsori]]) hingga ke wilayah [[Sumatera Barat]]. Selanjutnya operasi Saptamarga II dilancarkan pada tanggal 10 Mei 1958 dan berhasil menduduki wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Permesta, yaitu wilayah [[Gorontalo]].<ref name=":0">{{Cite news|last=danangpratama|date=2020-10-12|title=Operasi Penumpasan Gerakan Separatis: PRRI/Permesta|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/operasi-penumpasan-gerakan-separatis-prri-permesta/|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas.id]]|language=id|access-date=2021-07-31}}</ref>


== Latar Belakang ==
== Latar Belakang ==
Pemberontakan dan gerakan separatisme adalah salah satu persoalan yang dihadapi oleh pemerintah pada masa Demokrasi Liberal. Gerakan Permesta/PRRI masih berlanjut dari kabinet satu ke kabinet lainnya. Pada masa kabinet Djuanda, kabinet Banteng mengeluarkan ultimatum yang menuntut beberapa kebijakan kepada Pemerintah Pusat. Namun, pemerintah pusat melakukan penolakan terhadap tuntutan tersebut. Dengan penolakan tesebut, Letnan Kolonel A Husein mendeklarasikan pembentukan PRRI dan memilih [[Syafruddin Prawiranegara|Syafaruddin Prawiranegara]] menjadi Perdana Menteri.
Pemberontakan dan gerakan separatisme adalah salah satu persoalan yang dihadapi oleh pemerintah pada masa Demokrasi Liberal. Gerakan Permesta/PRRI masih berlanjut dari kabinet satu ke kabinet lainnya. Pada masa [[kabinet Djuanda]], kabinet Banteng mengeluarkan ultimatum yang menuntut beberapa kebijakan kepada Pemerintah Pusat. Namun, pemerintah pusat melakukan penolakan terhadap tuntutan tersebut. Dengan penolakan tesebut, Letnan Kolonel [[Ahmad Husein|A Husein]] mendeklarasikan pembentukan PRRI dan memilih [[Syafruddin Prawiranegara]] menjadi Perdana Menteri.


Menghadai situasi tersebut, pemerintah pusat pada tanggal 12 Maret 1958 membentuk Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) dan Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD). Kedua pasukan tersebut dikerahkan di wilayah Medan, karena pasukan PRRI yang dipimpin oleh Boyke Nainggolan telah melakukan penyerangan dan berhasil menduduki Kota Medan. Gerakan untuk menumpas gerakan PRRI di Kota Medan oleh PGT dan RPKAD ini menjadi latar belakang Operasi Saptamarga.<ref name=":0" />
Menghadai situasi tersebut, pemerintah pusat pada tanggal 12 Maret 1958 membentuk [[Korps Pasukan Khas|Pasukan Gerakan Tjepat]] (PGT) dan [[Resimen Para Komando Angkatan Darat]] (RPKAD). Kedua pasukan tersebut dikerahkan di wilayah Medan, karena pasukan PRRI yang dipimpin oleh [[Boyke Nainggolan]] telah melakukan penyerangan dan berhasil menduduki Kota Medan. Gerakan untuk menumpas gerakan PRRI di [[Kota Medan]] oleh PGT dan RPKAD ini menjadi latar belakang Operasi Saptamarga.<ref name=":0" />


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 10: Baris 10:




[[Kategori:Sejarah| ]]
[[Kategori:Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]]
[[Kategori:Pemberontakan]]
[[Kategori:Sejarah militer Indonesia]]

Revisi terkini sejak 26 November 2022 14.36

Operasi Saptamarga merupakan salah satu operasi yang dikerahkan oleh TNI dengan tujuan untuk menumpas gerakan separatisme. Gerakan separatisme muncul sebagai wujud tuntutan kepada pemerintah pusat untuk memberikan kekuasaan otonomi kepada daerah-daerah. Gerakan separatisme ini dikenal dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta yang terdapat di wilayah Sumatera dan Sulawesi. Operasi Saptamarga dilaksanakan pada 17 Maret 1958 ketika masa Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya. Operasi ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Jamin Ginting. Operasi Saptamarga berhasil menduduki beberapa wilayah Sumatera Utara (Sibolga, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Pelabuhan Udara Pinangsori) hingga ke wilayah Sumatera Barat. Selanjutnya operasi Saptamarga II dilancarkan pada tanggal 10 Mei 1958 dan berhasil menduduki wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Permesta, yaitu wilayah Gorontalo.[1]

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Pemberontakan dan gerakan separatisme adalah salah satu persoalan yang dihadapi oleh pemerintah pada masa Demokrasi Liberal. Gerakan Permesta/PRRI masih berlanjut dari kabinet satu ke kabinet lainnya. Pada masa kabinet Djuanda, kabinet Banteng mengeluarkan ultimatum yang menuntut beberapa kebijakan kepada Pemerintah Pusat. Namun, pemerintah pusat melakukan penolakan terhadap tuntutan tersebut. Dengan penolakan tesebut, Letnan Kolonel A Husein mendeklarasikan pembentukan PRRI dan memilih Syafruddin Prawiranegara menjadi Perdana Menteri.

Menghadai situasi tersebut, pemerintah pusat pada tanggal 12 Maret 1958 membentuk Pasukan Gerakan Tjepat (PGT) dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Kedua pasukan tersebut dikerahkan di wilayah Medan, karena pasukan PRRI yang dipimpin oleh Boyke Nainggolan telah melakukan penyerangan dan berhasil menduduki Kota Medan. Gerakan untuk menumpas gerakan PRRI di Kota Medan oleh PGT dan RPKAD ini menjadi latar belakang Operasi Saptamarga.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b danangpratama (2020-10-12). "Operasi Penumpasan Gerakan Separatis: PRRI/Permesta". Kompas.id. Diakses tanggal 2021-07-31.