Karanjalembah: Perbedaan antara revisi
k menambahkan Kategori:Tokoh pemberontakan menggunakan HotCat |
k →Referensi: clean up |
||
(28 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
''' |
'''Karandja Lemba''' atau '''Toma I Dompo''', adalah [[Kerajaan Sigi|Raja Sigi]] yang memimpin [[Perang Sigi-Dolo]] pada periode awal tahun [[1900-an]] di lembah [[Palu]]. Bersama rakyatnya, ia melakukan perang terbuka melawan Hindia Belanda hingga penangkapannya pada tahun 1905 dan diasingkan ke [[Kabupaten Sukabumi]] pada tahun 1915. Karanjalembah lahir di [[Biromaru]] pada tahun 1852. Wafat di [[Kabupaten Sukabumi]] pada tahun 1922. |
||
⚫ | |||
Karanjalembah menentang secara terbuka aturan [[Hindia Belanda]] tentang [[Plakat Pendek]] atau Perjanjian Singkat atau "Koerte Varklaring", yang berisi pengakuan raja-raja di Nusantara untuk mengakui kekuasaan mereka atas wilayahnya. |
|||
Raja Sigi bersama rakyatnya melakukan perang terbuka melawan Belanda hingga beliau ditangkap 1905 dan bahkan diasingkan ke [[Sukabumi]] tahun 1915. |
|||
Karanjalembah meninggal tahun 1917. |
|||
Kuburan Karanjalembah terdapat di Desa Watunonju, [[Kabupaten Sigi]]. |
|||
⚫ | |||
==Kata-kata terkenal== |
|||
{{Quote box |
|||
Kata-kata terkenal dari Karanjalembah adalah,'''Merah darah kutumpahkan, putih tulang kutebaskan, aku mati demi negeriku'''. |
|||
|quote = Merah darah tertumpah, putih tulang ditebas, kumati demi negeriku.{{efn|Dalam [[bahasa Kaili]], berarti ''Malei raa mabubu mabula buku ratimbe kana kupomate ngataku''.}} |
|||
|author = Karanjalembah |
|||
|source = |
|||
}} |
|||
Sebagai raja muda Sigi, Karanjalembah bergelar Toma I Dompo. Ia menentang secara terbuka aturan [[Hindia Belanda]] tentang [[Plakat Pendek]] (''Koerte Varklaring''), yang berisi pengakuan raja-raja di Nusantara untuk mengakui kekuasaan mereka atas wilayahnya. Sifat tegas dan keras kepala yang dimiliki Karanjalembah membuat pihak Hindia Belanda mencari cara lain. Belanda memfitnahnya dengan tuduhan mencuri seekor kuda kesayangan seorang bangsawan Belanda. Perangkap ini sengaja dipasang untuk menangkapnya sebagai panglima perang, sebab ialah penghalang utama bagi pihak Belanda dalam rangka memuluskan rencana mereka untuk menguasai Lembah Kaili.<ref name=METROSUL31102017>{{cite web|last={{aut|Rizal}}|first=Syamsu|url=http://www.metrosulawesi.com/article/mengenal-perjuangan-raja-sigi-karanjalembah|title=Mengenal Perjuangan Raja Sigi Karanjalembah|date=13 Oktober 2014|access-date=31 Oktober 2017}}</ref> |
|||
== |
== Kematian == |
||
Karanjalembah wafat pada tahun 1922 dalam pengasingannya di Sukabumi dan dimakamkan di Desa [[Cisaat, Cisaat, Sukabumi|Cisaat]], Kecamatan [[Cisaat, Sukabumi|Cisaat]]. Pada tahun 2006, di masa pemerintahan [[Gubernur Sulawesi Tengah|Gubernur]] [[Bandjela Paliudju]], Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah memindahkan jenazah Karanjalembah dari Sukabumi ke Desa Watunonju, [[Kabupaten Sigi]].<ref name=KABARSELEBES>{{cite web|url=http://www.kabarselebes.com/makam-pahlawan-karanja-lembah-masih-terbengkalai/|title=Makam Pahlawan Karanja Lembah Masih Terbengkalai|date=13 Oktober 2014|access-date=2016-04-09|archive-date=2016-04-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20160420102520/http://www.kabarselebes.com/makam-pahlawan-karanja-lembah-masih-terbengkalai/|dead-url=yes}}</ref> Pemindahan ini menelan biaya sekitar Rp 250 juta, dengan tujuan untuk memudahkan perawatan sekaligus upaya memperjuangkan Raja Sigi Karanjalembah sebagai pahlawan nasional.<ref name=Liputan6>{{Cite news|url=http://news.liputan6.com/read/133567/kerangka-raja-sigi-dipindahkan|title=Kerangka Raja Sigi Dipindahkan|date=4 Desember 2006|language=id|work=[[Liputan6.com]]}}</ref> |
|||
Untuk mengenang Karanja Lembah , banyak nama jalan di kota-kota Sulawesi Tengah seperti [[Palu]] dan [[Sigi Biromaru]] yang dinamakan jalan Karanja Lembah. |
|||
== |
== Warisan == |
||
Makam Karanjalembah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya di Provinsi Sulawesi Tengah.<ref>{{cite web|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/2015/04/08/data-cagar-budaya-di-sulawesi-tengah-per-des-2014/|title=DATA CAGAR BUDAYA DI SULAWESI TENGAH (per Des 2014)|date=8 April 2015|access-date=2016-04-09|archive-date=2016-07-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20160709170409/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/2015/04/08/data-cagar-budaya-di-sulawesi-tengah-per-des-2014/|dead-url=yes}}</ref> Untuk mengenangnya, banyak jalan raya di kota-kota Sulawesi Tengah seperti [[Palu]] dan [[Sigi Biromaru]] yang dinamakan Jalan Karanjalembah. |
|||
*'''Karanjalembah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional'''. |
|||
http://m.republika.co.id |
|||
== Catatan == |
|||
*'''Mengenal Perjuangan Raja Sigi Karanjalembah'''. |
|||
{{notes}} |
|||
http://www.metrosulawesi.com |
|||
⚫ | |||
== Referensi == |
|||
[[Kategori:Tokoh pemberontakan]] |
|||
{{ |
{{reflist}} |
||
⚫ | |||
{{Bio-stub}} |
Revisi terkini sejak 30 November 2022 22.42
Karandja Lemba atau Toma I Dompo, adalah Raja Sigi yang memimpin Perang Sigi-Dolo pada periode awal tahun 1900-an di lembah Palu. Bersama rakyatnya, ia melakukan perang terbuka melawan Hindia Belanda hingga penangkapannya pada tahun 1905 dan diasingkan ke Kabupaten Sukabumi pada tahun 1915. Karanjalembah lahir di Biromaru pada tahun 1852. Wafat di Kabupaten Sukabumi pada tahun 1922.
Perlawanan
[sunting | sunting sumber]Merah darah tertumpah, putih tulang ditebas, kumati demi negeriku.[a]
Karanjalembah
Sebagai raja muda Sigi, Karanjalembah bergelar Toma I Dompo. Ia menentang secara terbuka aturan Hindia Belanda tentang Plakat Pendek (Koerte Varklaring), yang berisi pengakuan raja-raja di Nusantara untuk mengakui kekuasaan mereka atas wilayahnya. Sifat tegas dan keras kepala yang dimiliki Karanjalembah membuat pihak Hindia Belanda mencari cara lain. Belanda memfitnahnya dengan tuduhan mencuri seekor kuda kesayangan seorang bangsawan Belanda. Perangkap ini sengaja dipasang untuk menangkapnya sebagai panglima perang, sebab ialah penghalang utama bagi pihak Belanda dalam rangka memuluskan rencana mereka untuk menguasai Lembah Kaili.[1]
Kematian
[sunting | sunting sumber]Karanjalembah wafat pada tahun 1922 dalam pengasingannya di Sukabumi dan dimakamkan di Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat. Pada tahun 2006, di masa pemerintahan Gubernur Bandjela Paliudju, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah memindahkan jenazah Karanjalembah dari Sukabumi ke Desa Watunonju, Kabupaten Sigi.[2] Pemindahan ini menelan biaya sekitar Rp 250 juta, dengan tujuan untuk memudahkan perawatan sekaligus upaya memperjuangkan Raja Sigi Karanjalembah sebagai pahlawan nasional.[3]
Warisan
[sunting | sunting sumber]Makam Karanjalembah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya di Provinsi Sulawesi Tengah.[4] Untuk mengenangnya, banyak jalan raya di kota-kota Sulawesi Tengah seperti Palu dan Sigi Biromaru yang dinamakan Jalan Karanjalembah.
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Dalam bahasa Kaili, berarti Malei raa mabubu mabula buku ratimbe kana kupomate ngataku.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rizal, Syamsu (13 Oktober 2014). "Mengenal Perjuangan Raja Sigi Karanjalembah". Diakses tanggal 31 Oktober 2017.
- ^ "Makam Pahlawan Karanja Lembah Masih Terbengkalai". 13 Oktober 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-20. Diakses tanggal 2016-04-09.
- ^ "Kerangka Raja Sigi Dipindahkan". Liputan6.com. 4 Desember 2006.
- ^ "DATA CAGAR BUDAYA DI SULAWESI TENGAH (per Des 2014)". 8 April 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-09. Diakses tanggal 2016-04-09.