Anhar Gonggong: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
||
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Anhar Gonggong.jpg|jmpl|Anhar Gonggong, Tenaga Profesional Bidang Sosial Budaya dan Kepemimpinan [[Lembaga Ketahanan Nasional]] RI]] |
|||
{{Dead end|date=April 2016}} |
|||
⚫ | Dr. '''Anhar Gonggong''', M.A. ({{lahirmati|[[Pinrang]], [[Sulawesi Selatan]]|14|8|1943}}) adalah [[sejarawan]] dan birokrat [[Indonesia]].<ref>{{cite web |url=http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=0f0a3e52-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa |title=Biodata Anhar Gonggong |publisher=PrismaJurnal.com |accessdate=14 juli 2015 |archive-date=2015-07-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150716230937/http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=0f0a3e52-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa |dead-url=yes }}</ref> |
||
⚫ | |||
== Keluarga == |
== Keluarga == |
||
Baris 8: | Baris 7: | ||
Termasuk keluarga sejarawan, Anhar Gonggong. "Ayah saya dibunuh bersama dua kakak saya. Satu kakak dikubur bersama ayah, yang lain di kota berbeda, [[Pare-pare]]," kata Anhar.<ref name=viva/> |
Termasuk keluarga sejarawan, Anhar Gonggong. "Ayah saya dibunuh bersama dua kakak saya. Satu kakak dikubur bersama ayah, yang lain di kota berbeda, [[Pare-pare]]," kata Anhar.<ref name=viva/> |
||
Ayahnya, Andi Pananrangi adalah mantan raja di kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, Alitta. Ia memang sudah lama jadi incaran Belanda, dicap sebagai musuh.<ref name=viva/> |
Ayahnya, [[Andi Pananrangi]] adalah mantan raja di kerajaan kecil di [[Sulawesi Selatan]], Kerajaan [[Kerajaan Alitta|Alitta]]. Ia memang sudah lama jadi incaran Belanda, dicap sebagai musuh.<ref name=viva/> |
||
Kala itu, Anhar yang anak bungsu baru berusia 3 tahun. Ia dan ibunya mengungsi ketika ayahnya ditangkap dalam [[Pembantaian Westerling]].<ref name=viva/> |
Kala itu, Anhar yang anak bungsu baru berusia 3 tahun. Ia dan ibunya mengungsi ketika ayahnya ditangkap dalam [[Pembantaian Westerling]].<ref name=viva/> |
||
Baris 29: | Baris 28: | ||
* Dosen pembimbing bidang studi sejarah pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia (sejak 1991) dan Jurusan Sejarah [[Universitas Negeri Jakarta]] (sejak 2001). |
* Dosen pembimbing bidang studi sejarah pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia (sejak 1991) dan Jurusan Sejarah [[Universitas Negeri Jakarta]] (sejak 2001). |
||
* Staf pengajar di Fakultas Ilmu Administrasi [[Universitas Katolik Atma Jaya]], Jakarta (sejak 1984) dan [[Sekolah Tinggi Intelijen Negara]], Sentul, Bogor (sejak 2005). |
* Staf pengajar di Fakultas Ilmu Administrasi [[Universitas Katolik Atma Jaya]], Jakarta (sejak 1984) dan [[Sekolah Tinggi Intelijen Negara]], Sentul, Bogor (sejak 2005). |
||
*Dosen di Universitas Insan Cita Indonesia (2021) |
|||
* |
|||
== Karya == |
== Karya == |
||
Baris 39: | Baris 40: | ||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
⚫ | |||
{{Authority control}} |
|||
[[Kategori:Sejarawan Indonesia]] |
[[Kategori:Sejarawan Indonesia]] |
||
Baris 47: | Baris 49: | ||
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]] |
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]] |
||
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]] |
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]] |
||
⚫ |
Revisi per 5 Desember 2022 01.08
Dr. Anhar Gonggong, M.A. (lahir 14 Agustus 1943) adalah sejarawan dan birokrat Indonesia.[1]
Keluarga
Atas nama "penumpasan pemberontakan", pasukan Depot Speciale Troepen yang dipimpin Kapten Raymond Pierre Paul Westerling menyisir desa-desa di Sulawesi Selatan. Hanya sekitar tiga bulan dari Desember 1946 hingga Februari 1947, ribuan nyawa melayang dan darah tertumpah di sana.[2]
Termasuk keluarga sejarawan, Anhar Gonggong. "Ayah saya dibunuh bersama dua kakak saya. Satu kakak dikubur bersama ayah, yang lain di kota berbeda, Pare-pare," kata Anhar.[2]
Ayahnya, Andi Pananrangi adalah mantan raja di kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, Kerajaan Alitta. Ia memang sudah lama jadi incaran Belanda, dicap sebagai musuh.[2]
Kala itu, Anhar yang anak bungsu baru berusia 3 tahun. Ia dan ibunya mengungsi ketika ayahnya ditangkap dalam Pembantaian Westerling.[2]
Itu baru keluarga intinya. "Paman saya, sepupu juga dibantai. Kalau dihitung secara keseluruhan di lingkungan keluarga dekat, ayah, kakak, paman, sepupu, mungkin sampai 20-an orang," kata Anhar.[2]
Soal pastinya jumlah korban Westerling memang belum diketahui. Pihak Indonesia menyebut 40 ribu orang tewas dibantai, meski versi Belanda menyebut angka sekitar 3.000. Sedangkan Westerling mengaku, korban 'hanya' 600 orang.[2]
Pendidikan
- S1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1976.
- S2 Universiteit Leiden, Negeri Belanda.
- S3 Doktor Ilmu Sejarah dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 1990.
Karier
- Guru beberapa SMA di Metro, Lampung (1968-1969).
- Peneliti Pusat Penelitian Sejarah dan Antropologi, Yogyakarta (1970- 1976).
- Staf pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta (1978-1979).
- Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1996-1999).
- Deputi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2001-2003).
- Dosen pembimbing bidang studi sejarah pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia (sejak 1991) dan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (sejak 2001).
- Staf pengajar di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta (sejak 1984) dan Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Sentul, Bogor (sejak 2005).
- Dosen di Universitas Insan Cita Indonesia (2021)
Karya
- Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (1984).
- MGR. Sugijopranoto SJ: Antara Gereja dan Negara (1993).
- Abdul Qahhar Mudzakkar: Dari Patriot hingga Pemberontak (1992 dan 2004).
- Amendemen, Konstitusi, Otonomi Daerah dan Federalisme, Solusi untuk Masa Depan (2001).
- Indonesia, Demokrasi dan Masa Depan Pergumulan antara Masyarakat Warisan dengan Masyarakat Merdeka-Ciptaan (2002).
Referensi
- ^ "Biodata Anhar Gonggong". PrismaJurnal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-16. Diakses tanggal 14 juli 2015.
- ^ a b c d e f https://www.viva.co.id/berita/nasional/313414-ayah-dan-dua-kakak-saya-dibantai-westerling