Manjalang: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
Murniati10 (bicara | kontrib) |
k clean up |
||
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Manjalang''' |
'''Manjalang''' adalah kunjungan yang dilakukan oleh sepasang pengantin di Minangkabau ke rumah ''marapulai'' (pengantin laki-laki) sewaktu melakukan [[Pernikahan di Minangkabau|pernikahan]]. Prosesnya diawali dari rumah pengantin wanita. Waktu berangkat dari rumah, kedua pengantin berjalan bersisian, diapit ''[[sumando]]'' dengan pakaian mereka yang terbagus. Diiringi perempuan kerabat ''anak daro'', dan di belakangnya perempuan yang menjunjung ''[[jamba]]'' di kepala''.'' Seperangkat pemain musik mengikuti mereka paling belakang. |
||
Kata "manjalang" memiliki padanan "mengunjungi" dalam Bahasa Indonesia, yang artinya berkunjung. Ini merupakan cara puncak di rumah ''marapulai''. Di sana, para kerabat berkumpul menanti ''anak daro'' yang datang ''manjalang''..<ref>{{Cite book|title=Alam Terkembang Jadi Guru|last=Navis|first=A.A.|publisher=Grafiti Pers|year=1984|isbn=|location=Jakarta|pages=206}}</ref> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Pernikahan di Minangkabau]] |
||
{{budaya-stub}} |
Revisi terkini sejak 20 Desember 2022 01.10
Manjalang adalah kunjungan yang dilakukan oleh sepasang pengantin di Minangkabau ke rumah marapulai (pengantin laki-laki) sewaktu melakukan pernikahan. Prosesnya diawali dari rumah pengantin wanita. Waktu berangkat dari rumah, kedua pengantin berjalan bersisian, diapit sumando dengan pakaian mereka yang terbagus. Diiringi perempuan kerabat anak daro, dan di belakangnya perempuan yang menjunjung jamba di kepala. Seperangkat pemain musik mengikuti mereka paling belakang.
Kata "manjalang" memiliki padanan "mengunjungi" dalam Bahasa Indonesia, yang artinya berkunjung. Ini merupakan cara puncak di rumah marapulai. Di sana, para kerabat berkumpul menanti anak daro yang datang manjalang..[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti Pers. hlm. 206.