Lompat ke isi

Candi Penampihan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Khris249 (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 120.188.35.25 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 4nn1l2
Tag: Pengembalian
k →‎top: clean up, removed underlinked tag
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Candi Penampihan''' adalah candi [[Agama Hindu|Hindu]] kuno peninggalan kerajaan [[Mataram Kuno|Mataram kuno]] yang terletak dilereng [[Gunung Wilis]], Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Merupakan candi [[Agama Hindu|Hindu]] kuno yang dibangun pada tahun [[Saka]] 820 atau 898 [[Masehi]]. Arti Penampihan itu sendiri berasal dari [[Bahasa Jawa]] yang berarti '''Penerimaan'''. Namun terdapat dua versi arti yang berkembang yaitu, antara penolakan dan penerimaan yang bersyarat.
{{wikify|date=2011-12-25}}

'''Candi Penampihan''' adalah candi Hindu kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno yang terletak dilereng Gunung Wilis, Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Merupakan candi Hindu kuno yang dibangun pada tahun [[Saka]] 820 atau 898 [[Masehi]]. Arti Penampihan itu sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti '''Penerimaan'''. Namun terdapat dua versi arti yang berkembang yaitu, antara penolakan dan penerimaan yang bersyarat.
Namun jika mengacu dari kata Penampihan, arti dari kata '''nampi''' tersebut adalah, '''menerima'''.
Namun jika mengacu dari kata Penampihan, arti dari kata '''nampi''' tersebut adalah, '''menerima'''.


Candi Penampihan merupakan candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras) yang dipersembahkan untuk memuja Dewa Siwa, dimana konon peresmian candi ini dengan mengadakan pagelaran Wayang (ringgit). Selanjutnya era demi era pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa berganti mulai dari kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singosari, hingga Majapahit sekitar abad 9-14 M, candi ini terus digunakan untuk bertemu dan memuja Tuhan, Sang Hyang Wenang.
Candi Penampihan merupakan candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras) yang dipersembahkan untuk memuja [[Syiwa|Dewa Siwa]], dimana konon peresmian candi ini dengan mengadakan pagelaran [[Wayang]] (ringgit). Selanjutnya era demi era pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa berganti mulai dari kerajaan [[Medang|Mataram Kuno]], [[Kerajaan Kediri|Kediri]], [[Kerajaan Singasari|Singosari]], hingga [[Majapahit]] sekitar abad 9-14 M, candi ini terus digunakan untuk bertemu dan memuja Tuhan, [[Sang Hyang Wenang]].


Di dalam kompleks Candi terdapat beberapa Arca yaitu arca Siwa dan Dwarapala, tetapi karena ulah Manusia yang tidak mencintai dan menghargai Heritage dan legacy dari nenek moyang beberapa arca telah hilang dan rusak. Untuk mengamankan beberapa arca yang tersisa yaitu arca siwa sekarang diletakan di museum situs Purbakala Majapahit Trowulan Jawa timur.
Di dalam kompleks Candi terdapat beberapa [[Arca]] yaitu arca [[Syiwa|Siwa]] dan [[Dwarapala]], tetapi karena ulah Manusia yang tidak mencintai dan menghargai ''heritage'' dan ''legacy'' dari [[Leluhur|nenek moyang]] beberapa arca telah hilang dan rusak. Untuk mengamankan beberapa arca yang tersisa yaitu arca siwa sekarang diletakan di museum situs Purbakala Majapahit Trowulan Jawa timur.


Selain Arca terdapat sebuah prasasti kuno yaitu Prasasti Tinulat tertulis dengan menggunakan huruf Pallawa dengan stempel berbentuk lingkaran di bagian atas prasasti. Berdasarkan Penuturan Bu Winarti umur 44 Tahun, juru kunci Candi Penampihan, prasasti itu berkisah tentang Nama-nama raja Balitung, serta seorang yang bernama Mahesa lalatan, siapa dia? Sejarah lisan maupun artefak belum bisa menguaknya. Serta seorang putri yang konon bernama Putri Kilisuci dari Kerajaan Kediri. Selain menyebutkan nama, prasasti itu juga memberikan informasi tentang Catur Asrama yaitu sistem sosial masyarakat era itu di mana pengklasifikasian masyarakat (stratifikasi) berdasarkan kasta dalam agama Hindu yaitu Brahmana, Satria, Vaisya dan Sudra.
Selain Arca terdapat sebuah prasasti kuno yaitu Prasasti Tinulat tertulis dengan menggunakan [[Aksara Pallawa|huruf Pallawa]] dengan stempel berbentuk lingkaran di bagian atas [[prasasti]]. Berdasarkan Penuturan Bu Winarti umur 44 Tahun, [[juru kunci]] Candi Penampihan, prasasti itu berkisah tentang Nama-nama raja Balitung, serta seorang yang bernama Mahesa lalatan, siapa dia? Sejarah lisan maupun artefak belum bisa menguaknya. Serta seorang putri yang konon bernama Putri Kilisuci dari Kerajaan Kediri. Selain menyebutkan nama, prasasti itu juga memberikan informasi tentang [[Caturasrama|Catur Asrama]] yaitu sistem sosial masyarakat era itu di mana pengklasifikasian masyarakat (stratifikasi) berdasarkan kasta dalam agama Hindu yaitu [[Brahmana]], [[Kesatria|Satria]], [[Waisya|Vaisya]] dan [[Sudra]].


Masih di kompleks candi Penampihan terdapat 2 kolam kecil yang bernama Samudera Mantana (pemutaran air samudera), di mana menurut pengamatan empiris selama berpuluh-puluh oleh Bu Winarti, 2 kolam tersebut merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa. Kolam yang sebelah utara merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian utara dan Kolam sebelah selatan merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Berdasarkan penuturan Bu Winarti, Apabila sumber air di kedua kolam tersebut kering berarti keadaan air dibawah menderita kekeringan, sebaliknya bila kedua atau salah satu kolam tersebut penuh air berarti keadaan air di bawah sedang banjir.
Masih di kompleks candi Penampihan terdapat 2 kolam kecil yang bernama [[Samudramantana|Samudera Mantana]] (pemutaran air samudera), di mana menurut pengamatan empiris selama berpuluh-puluh oleh Bu Winarti, 2 kolam tersebut merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa. Kolam yang sebelah utara merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian utara dan Kolam sebelah selatan merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Berdasarkan penuturan Bu Winarti, Apabila sumber air di kedua kolam tersebut kering berarti keadaan air dibawah menderita kekeringan, sebaliknya bila kedua atau salah satu kolam tersebut penuh air berarti keadaan air di bawah sedang banjir.


== Galeri ==
== Galeri ==

Revisi terkini sejak 25 Desember 2022 11.34

Candi Penampihan adalah candi Hindu kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno yang terletak dilereng Gunung Wilis, Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Merupakan candi Hindu kuno yang dibangun pada tahun Saka 820 atau 898 Masehi. Arti Penampihan itu sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang berarti Penerimaan. Namun terdapat dua versi arti yang berkembang yaitu, antara penolakan dan penerimaan yang bersyarat. Namun jika mengacu dari kata Penampihan, arti dari kata nampi tersebut adalah, menerima.

Candi Penampihan merupakan candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras) yang dipersembahkan untuk memuja Dewa Siwa, dimana konon peresmian candi ini dengan mengadakan pagelaran Wayang (ringgit). Selanjutnya era demi era pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa berganti mulai dari kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singosari, hingga Majapahit sekitar abad 9-14 M, candi ini terus digunakan untuk bertemu dan memuja Tuhan, Sang Hyang Wenang.

Di dalam kompleks Candi terdapat beberapa Arca yaitu arca Siwa dan Dwarapala, tetapi karena ulah Manusia yang tidak mencintai dan menghargai heritage dan legacy dari nenek moyang beberapa arca telah hilang dan rusak. Untuk mengamankan beberapa arca yang tersisa yaitu arca siwa sekarang diletakan di museum situs Purbakala Majapahit Trowulan Jawa timur.

Selain Arca terdapat sebuah prasasti kuno yaitu Prasasti Tinulat tertulis dengan menggunakan huruf Pallawa dengan stempel berbentuk lingkaran di bagian atas prasasti. Berdasarkan Penuturan Bu Winarti umur 44 Tahun, juru kunci Candi Penampihan, prasasti itu berkisah tentang Nama-nama raja Balitung, serta seorang yang bernama Mahesa lalatan, siapa dia? Sejarah lisan maupun artefak belum bisa menguaknya. Serta seorang putri yang konon bernama Putri Kilisuci dari Kerajaan Kediri. Selain menyebutkan nama, prasasti itu juga memberikan informasi tentang Catur Asrama yaitu sistem sosial masyarakat era itu di mana pengklasifikasian masyarakat (stratifikasi) berdasarkan kasta dalam agama Hindu yaitu Brahmana, Satria, Vaisya dan Sudra.

Masih di kompleks candi Penampihan terdapat 2 kolam kecil yang bernama Samudera Mantana (pemutaran air samudera), di mana menurut pengamatan empiris selama berpuluh-puluh oleh Bu Winarti, 2 kolam tersebut merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa. Kolam yang sebelah utara merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian utara dan Kolam sebelah selatan merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Berdasarkan penuturan Bu Winarti, Apabila sumber air di kedua kolam tersebut kering berarti keadaan air dibawah menderita kekeringan, sebaliknya bila kedua atau salah satu kolam tersebut penuh air berarti keadaan air di bawah sedang banjir.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Lihat Juga[sunting | sunting sumber]