Batuanten, Cilongok, Banyumas: Perbedaan antara revisi
Tanda baca, penulisan titel, dan tabel |
k →top: clean up, removed stub tag |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 76: | Baris 76: | ||
|Mustolih |
|Mustolih |
||
|} |
|} |
||
Dengan diberkahi alam yang terbilang subur, menjadikan penduduk Desa Batuanten sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani padi, ada juga sebagai pengrajin gula kelapa dan sektor lain dengan skala industri kecil.Iklim pertanian yang cukup memungkinkan untuk menghasilkan beraneka jenis komoditas tanaman produktif dan bervariasi juga tersedianya lahan yang luas sangat berperan dalam upaya untuk menjaga ketahanan pangan dan kestabilan tingkat kesejahteraan para petani,baik petani penggarap,petani pemilik lahan, maupun buruh tani.Namun cukup disayangkan pula, pengaruh perkembangan zaman yang semakin hari semakin menuntut perubahan, termasuk segi ekonomi. Banyak generasi muda yang tidak mau untuk meneruskan pekerjaan di sektor pertanian. Mereka lebih memilih menjadi urban di kota besar ataupun tenaga kerja di negara orang. Ini bukan salah mereka, memang dengan upah yang lebih tinggi dan pesona pengalaman yang menjanjikan membuat siapa saja tergiur untuk untuk mendapatkannya. Mungkin juga akibat ketidakpedulian pemerintah dalam setiap kebijakannya menyangkut kemandirian desa yang kurang berpihak ke pembangunan lapangan kerja, ironi memang. Banyaknya pohon kelapa yang tumbuh merata di setiap pekarangan dan perkebunan di seluruh desa, menambah pula tingkat produktivitas warganya. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi pengrajin gula kelapa. Seperti halnya di desa-desa lain di kecamatan Cilongok, gula kelapa atau gula merah memang sudah menjadi komoditas asli dan turun temurun dari zaman dulu hingga sekarang. Dan sempat pula mengalami masa kejayaan |
Dengan diberkahi alam yang terbilang subur, menjadikan penduduk Desa Batuanten sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani padi, ada juga sebagai pengrajin gula kelapa dan sektor lain dengan skala industri kecil.Iklim pertanian yang cukup memungkinkan untuk menghasilkan beraneka jenis komoditas tanaman produktif dan bervariasi juga tersedianya lahan yang luas sangat berperan dalam upaya untuk menjaga ketahanan pangan dan kestabilan tingkat kesejahteraan para petani,baik petani penggarap,petani pemilik lahan, maupun buruh tani.Namun cukup disayangkan pula, pengaruh perkembangan zaman yang semakin hari semakin menuntut perubahan, termasuk segi ekonomi. Banyak generasi muda yang tidak mau untuk meneruskan pekerjaan di sektor pertanian. Mereka lebih memilih menjadi urban di kota besar ataupun tenaga kerja di negara orang. Ini bukan salah mereka, memang dengan upah yang lebih tinggi dan pesona pengalaman yang menjanjikan membuat siapa saja tergiur untuk untuk mendapatkannya. Mungkin juga akibat ketidakpedulian pemerintah dalam setiap kebijakannya menyangkut kemandirian desa yang kurang berpihak ke pembangunan lapangan kerja, ironi memang. Banyaknya pohon kelapa yang tumbuh merata di setiap pekarangan dan perkebunan di seluruh desa, menambah pula tingkat produktivitas warganya. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi pengrajin gula kelapa. Seperti halnya di desa-desa lain di kecamatan Cilongok, gula kelapa atau gula merah memang sudah menjadi komoditas asli dan turun temurun dari zaman dulu hingga sekarang. Dan sempat pula mengalami masa kejayaan pada era 70-80an. |
||
Dari segi formal, profesi yang banyak digeluti diantaranya sebagai tenaga pendidik/guru, aparat keamanan, termasuk juga aparat pemerintahan. Sedangkan dari bidang non formal (semuanya dalam skala kecil) yang ada di Batuanten diantaranya: pengepul gula kelapa, usaha toko/warung, perikanan kolam, peternakan, konveksi, pengrajin bambu, pengrajin tungku, pengrajin kayu/meubel, handycraft, termasuk juga pengasah batu akik dadakan, dll. Perlu dicatat, kini di Batuanten di sektor peternakannya telah kembali menunjukan gairah semangat dengan semakin menjamurnya ternak ayam broiler. |
Dari segi formal, profesi yang banyak digeluti diantaranya sebagai tenaga pendidik/guru, aparat keamanan, termasuk juga aparat pemerintahan. Sedangkan dari bidang non formal (semuanya dalam skala kecil) yang ada di Batuanten diantaranya: pengepul gula kelapa, usaha toko/warung, perikanan kolam, peternakan, konveksi, pengrajin bambu, pengrajin tungku, pengrajin kayu/meubel, handycraft, termasuk juga pengasah batu akik dadakan, dll. Perlu dicatat, kini di Batuanten di sektor peternakannya telah kembali menunjukan gairah semangat dengan semakin menjamurnya ternak ayam broiler. |
||
Baris 105: | Baris 105: | ||
- Ada pula jajan pasar seperti ondol, gubeg, pipis, karag, balok, intil, oyek, dsb. |
- Ada pula jajan pasar seperti ondol, gubeg, pipis, karag, balok, intil, oyek, dsb. |
||
Sumber: ''Catatan kecil Mas Try'' |
Sumber: ''Catatan kecil Mas Try'' |
||
Baris 112: | Baris 111: | ||
{{Authority control}} |
{{Authority control}} |
||
{{Desa-stub}} |
Revisi terkini sejak 25 Desember 2022 13.01
Batuanten | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Banyumas |
Kecamatan | Cilongok |
Kode pos | 53162 |
Kode Kemendagri | 33.02.17.2008 |
Luas | - |
Kepadatan | - |
Batuanten adalah sebuah desa di kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.
Desa ini memang tidak terlalu familiar di telinga masyarakat dibandingkan desa-desa lain di Kabupaten Banyumas, namun jikalau kita perhatikan dan kita cermati desa ini pada dekade 80an pernah menjadi juara lomba Klompen Capir tingkat nasional. Berbagai jenis penghargaan lain juga pernah singgah di desa ini, tentu saja itu adalah hasil dari kegigihan warganya dalam upaya menuju pembangunan dan kemandirian desa.
Nama | Masa Jabatan |
---|---|
Madsirad | |
Abdul Bashor | |
K.H. Mahmud Fauzi | |
Suwarso | |
Yuliarto Heri Sulistiyono, S.H. | sekarang |
Yuliarto Heri Sulistiyono, S.H. sendiri adalah seorang wiraswasta dan juga broker motor, dan merupakan cucu dari bapak Madsirad.
Sekretaris Desa | Kepala Dusun I
(dusun kulon) |
Kepala Dusun II
(dusun tengah) |
Kepala Dusun III
(dusun wetan) |
Perangkat Pemerintahan |
---|---|---|---|---|
Sukri | Munjirin | Rohim | Anwar Rofik | Aris |
Slamet | ||||
Evi | ||||
Sunarso | ||||
Mustolih |
Dengan diberkahi alam yang terbilang subur, menjadikan penduduk Desa Batuanten sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani padi, ada juga sebagai pengrajin gula kelapa dan sektor lain dengan skala industri kecil.Iklim pertanian yang cukup memungkinkan untuk menghasilkan beraneka jenis komoditas tanaman produktif dan bervariasi juga tersedianya lahan yang luas sangat berperan dalam upaya untuk menjaga ketahanan pangan dan kestabilan tingkat kesejahteraan para petani,baik petani penggarap,petani pemilik lahan, maupun buruh tani.Namun cukup disayangkan pula, pengaruh perkembangan zaman yang semakin hari semakin menuntut perubahan, termasuk segi ekonomi. Banyak generasi muda yang tidak mau untuk meneruskan pekerjaan di sektor pertanian. Mereka lebih memilih menjadi urban di kota besar ataupun tenaga kerja di negara orang. Ini bukan salah mereka, memang dengan upah yang lebih tinggi dan pesona pengalaman yang menjanjikan membuat siapa saja tergiur untuk untuk mendapatkannya. Mungkin juga akibat ketidakpedulian pemerintah dalam setiap kebijakannya menyangkut kemandirian desa yang kurang berpihak ke pembangunan lapangan kerja, ironi memang. Banyaknya pohon kelapa yang tumbuh merata di setiap pekarangan dan perkebunan di seluruh desa, menambah pula tingkat produktivitas warganya. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi pengrajin gula kelapa. Seperti halnya di desa-desa lain di kecamatan Cilongok, gula kelapa atau gula merah memang sudah menjadi komoditas asli dan turun temurun dari zaman dulu hingga sekarang. Dan sempat pula mengalami masa kejayaan pada era 70-80an.
Dari segi formal, profesi yang banyak digeluti diantaranya sebagai tenaga pendidik/guru, aparat keamanan, termasuk juga aparat pemerintahan. Sedangkan dari bidang non formal (semuanya dalam skala kecil) yang ada di Batuanten diantaranya: pengepul gula kelapa, usaha toko/warung, perikanan kolam, peternakan, konveksi, pengrajin bambu, pengrajin tungku, pengrajin kayu/meubel, handycraft, termasuk juga pengasah batu akik dadakan, dll. Perlu dicatat, kini di Batuanten di sektor peternakannya telah kembali menunjukan gairah semangat dengan semakin menjamurnya ternak ayam broiler.
Pembangunan bidang pendidikan semakin hari semakin menunjukan hasil positif, sebagian besar generasi mudanya sudah bisa mengenyam bangku pendidikan wajar 12 tahun. Bahkan tidak sedikit yang mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Di desa ini terdapat 1 PAUD, 2 TK,2 SD,1 MI,1 MTS, dan 2 Pondok Pesantren (PP Biroyatul Huda dan PP Al Ikhlas). Dalam setiap hal pasti ada kelebihan dan kekurangan, kekurangan masalah pendidikan di Batuanten adalah tidak adanya balai pelatihan kerja yang bisa memberikan pelatihan keterampilan untuk warganya yang membutuhkan.
Bidang pembangunan fisik termasuk fasilitas prasarana umum baik jalan, jembatan, tempat usaha/pertokoan, tempat ibadah, irigasi, dsb. tiap waktu terus diperbaiki dan diupayakan. Dengan menggunakan dana alokasi desa dari pemerintah dan juga iuran swadaya masyarakat semuanya bisa terlaksana dengan baik dan lancar.
Bidang keamanan juga semakin hari semakin meningkat,terbukti dengan digiatkannya kembali kegiatan siskamling dan banyak didirikan pos ronda. Bukan hanya rasa aman yang didapat, sisi sosial kerukunan dan kekompakan masyarakat juga semakin terjaga.
Batuanten dengan semangat pemudanya yang menggelora berusaha untuk tetap eksis dalam event-event olahraga sepak bola, klub utama di desa ini adalah PS Bina Muda yang beranggotakan 100% pemuda asli Batuanten. Pembangunan gedung olahraga indoor-pun sudah masuk pada tahap pembangunan.
Masalah politik masih saja sering menjadi momok terutama menjelang ataupun pasca pemilu, baik pemilu presiden/pemilu partai maupun pilkada. Dengan kesadaran demokrasi yang meningkat, sejak bergulirnya reformasi sampai saat ini tidak pernah terjadi lagi kerusuhan seperti pada masa sebelumnya. Semua warga bebas menentukan pilihannya masing-masing dan tidak ada diskriminasi.
Mayoritas penduduk Batuanten beragama Islam, baik Islam santri maupun Islam abangan. Terdapat banyak mushala dan masjid yang mampu memberikan kenyamanan bagi setiap umat yang melaksanakan ibadah. Masjid yang paling besar dan terkenal adalah Masjid Jami Al I'tibar, satu masjid kebanggaan warga Batuanten yang sudah berdiri cukup lama dan sudah direnovasi dan dibangun kembali secara total. Sebagai peletak batu pertama dalam proses renovasi total ialah Ir. H. Akbar Tanjung, ketua DPR RI 1999-2004.
Sektor budaya mungkin memang perlu perhatian yang cukup serius, sama halnya sektor ekonomi, masalah utamanya adalah kurangnya kepedulian dan respon masyarakat untuk mencintai dan melestarikan budaya asli.Sebagai contoh,mereka lebih tertarik hal-hal yang berbau kontemporer/konsumeris dibandingkan seni Jawa yang justru mengandung filosofi dan nilai-nilai kehidupan. Dulu di Batuanten sering/rutin mengadakan pertunjukan aneka seni tradisional, seperti wayang kulit, wayang jemblung, ebeg, aksi muda, genjringan, terbangan, kentongan, angklung, pentas biduan, dll. Namun kini sebagian dari kesenian-kesenian tersebut sudah tak pernah muncul lagi dan barangkali sudah hilang dari ingatan warganya.Dalam memasuki era cyber yang kian pesat dan memungkinkan setiap orang untuk mengaksesnya, masyarakat Batuanten juga termasuk masyarakat yang tidak mau ketinggalan. Mereka dengan rasa kekeluargaan dan kekompakannya berusaha menjadikan beberapa jejaring sosial di internet sebagai media untuk bersosialisasi, tukar pendapat dan menjaga keeksisan diri maupun grup.
Hal unik lain dari Batuanten adalah dari segi kulinernya, yang cukup mampu memanjakan lidah penikmatnya, contohnya:
- Cimplung (ubi jalar, singkong, kelapa, talas, ganyong, dll. yang di rebus dengan air nira/badeg)
- Kluban (orang kota menyebutnya urap, yakni sayuran yang di rebus kemudian di campur dengan parutan kelapa yang telah dibumbui)
- Gatot (gaplek/singkong kering yang di kukus dan dicampur parutan kelapa)
- Sodogan, yakni sayur yang dimasak kering
- Ada pula jajan pasar seperti ondol, gubeg, pipis, karag, balok, intil, oyek, dsb.
Sumber: Catatan kecil Mas Try