Lompat ke isi

Tarian Alo Ambek: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Tari alo ambek''' yaltu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu dua pendamping yang dinamakan ''dampeang''; (damping) dan dua orang janang. Tarian ini merupaka...'
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
k top: clean up, added orphan, deadend tags
 
(14 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Dead end|date=Desember 2022}}
'''Tari alo ambek''' yaltu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu dua pendamping yang dinamakan ''dampeang''; (damping) dan dua orang janang. Tarian ini merupakan suatu perlombaan keterampilan menyerang dan menangkis secara bergantian antara dua orang yang berhadapan. Bentuk penyerangan ialah merebut pakaian Iawan, seperti destar, baju, dan kain sesamping yang dililitkan di pinggang. Siapa saja dapat tampil ke gelanggang sebagaimana permainan pencak untuk memperagakan keterampilannya.Permainan ini dipimpin wasit yang disebut ''dampeang''. Tugas ''dampeang'' ialah mengatur permainan sambi! bernyanyi. Yang seorang menggunakan suara rendah mengatur langkah tarian yang juga merupakan ancang-ancang seperti dalam pencak sebelum serangan dilakukan.<ref>{{Cite book|title=Alam Takambang Jadi Guru|last=Navis|first=A.A|publisher=Penerbit PT Grafiti Pers,|year=1984|isbn=|location=Jakarta|pages=268-269}}</ref>
{{Orphan|date=Desember 2022}}


'''Tari Alo Ambek''' yaitu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu dua pendamping yang dinamakan ''dampeang''; (damping) dan dua orang janang. Dampeang merupakan semacam musik vokal yang digolongkan ke lagu atau nyanyian.<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedia Silek Minangkabau|last=Adi|first=Osman|date=2019|publisher=Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat|isbn=|location=Padang|pages=162-164|url-status=live}}</ref> Tarian ini merupakan suatu perlombaan keterampilan menyerang dan menangkis secara bergantian antara dua orang yang berhadapan. Bentuk penyerangan ialah merebut pakaian Iawan, seperti destar, baju, dan kain sesamping yang dililitkan di pinggang. Siapa saja dapat tampil ke gelanggang sebagaimana permainan pencak untuk memperagakan keterampilannya.Permainan ini dipimpin wasit yang disebut ''dampeang''. Tugas ''dampeang'' ialah mengatur permainan sambi! bernyanyi. Yang seorang menggunakan suara rendah mengatur langkah tarian yang juga merupakan ancang-ancang seperti dalam pencak sebelum serangan dilakukan.<ref>{{Cite book|title=Alam Takambang Jadi Guru|last=Navis|first=A.A|publisher=Penerbit PT Grafiti Pers,|year=1984|isbn=|location=Jakarta|pages=268-269}}</ref>
== Dampeang dan Janang ==
''Dampeang'' ini juga disebut sebagai ''dampeang'' betina. Yang lain yang disebut ''dampeang'' jantan menggunakan suara tinggi memberi aba-aba dimulai dan dihentikannya suatu babakan pertarungan. Sedangkan ''janang'' memberikan penilaian atas keterampilan dua pemain itu. Setelah melakukan salam kepada penonton, kedua pemain yang saling berhadapan melakukan gerakan tarian yang dipimpin ''dampeang'' betina, dan ketika ''dampeang'' jantan meneriakkan aba-aba, kedua pemain memulai pertarungannya dengan gerakan pencak baik pada waktu menyerang maupun pada waktu menangkis.


== Pemain ==
== Menyerang dalam Alo Ambek ==
''Dampeang'' ini juga disebut sebagai ''dampeang'' betina. Yang lain yang disebut ''dampeang'' jantan menggunakan suara tinggi memberi aba-aba dimulai dan dihentikannya suatu babakan pertarungan. Sedangkan ''janang'' memberikan penilaian atas keterampilan dua pemain itu. Setelah melakukan salam kepada penonton, kedua pemain yang saling berhadapan melakukan gerakan tarian yang dipimpin ''dampeang'' betina, dan ketika ''dampeang'' jantan meneriakkan aba-aba, kedua pemain memulai pertarungannya dengan gerakan pencak baik pada waktu menyerang maupun pada waktu menangkis.

== Bentuk tarian ==
Tujuan penyerang ialah untuk merebut pakaian yang diserang. Ia diberi kesempatan melakukan penyerangan dalam tiga babak. Kemudian pihak penyerang memperoleh giliran untuk diserang dalam tiga babakan pula. Antara babakan satu dan berikutnya diselingi gerakan tarian. Penyerang melakukan gerakan mengambil pakaian lawannya dengan berbagai arah dan tipuan. Pola gerakan itu ialah ''guntiang'' (gunting), yaitu menggunting kain samping lawan; ''simbua'' (simbur), yaitu menyimbur lawan lantas merebut buah bajunya; dan ''batuah'' (batuh), yaitu memukul kepala lawan untuk mengambil destar. Apa yang akan diambil duluan tidaklah ditentukan tergantung pada kesempatan yang dimungkinkan situasi pertarungan. Penyerang dapat melakukan gerakan tipuan yang semula, seperti melakukan gerakan gunting. Akan tetapi yang dilakukannya gerakan sebenamya yaitu gerakan batuh. Pihak yang diserang mampu membaca gerakan itu dan menangkis serangan dengan gerakan yang tepat. Jika pihak penyerang berhasil merebut, ia dinyatakan menang. Kalau pihak penyerang dapat ditangkis, ia dinyatakan kalah. Dalam satu babak hanya dilakukan sekali penyerang dan hal itu ditandai teriakan ''dampeang'' jantan. Fisik kedua penari dalam melakukan gerakan pertempuran tidak boleh bersinggungan, sehingga setiap gerakan menyerang dan menangkis bagai seakan gerakan pantomim dengan gaya pencak yang bebas arena kedua belah pihak bebas melakukan gerakan-gerakan dalam mencapai sasaran masing-masing.
Tujuan penyerang ialah untuk merebut pakaian yang diserang. Ia diberi kesempatan melakukan penyerangan dalam tiga babak. Kemudian pihak penyerang memperoleh giliran untuk diserang dalam tiga babakan pula. Antara babakan satu dan berikutnya diselingi gerakan tarian. Penyerang melakukan gerakan mengambil pakaian lawannya dengan berbagai arah dan tipuan. Pola gerakan itu ialah ''guntiang'' (gunting), yaitu menggunting kain samping lawan; ''simbua'' (simbur), yaitu menyimbur lawan lantas merebut buah bajunya; dan ''batuah'' (batuh), yaitu memukul kepala lawan untuk mengambil destar. Apa yang akan diambil duluan tidaklah ditentukan tergantung pada kesempatan yang dimungkinkan situasi pertarungan. Penyerang dapat melakukan gerakan tipuan yang semula, seperti melakukan gerakan gunting. Akan tetapi yang dilakukannya gerakan sebenamya yaitu gerakan batuh. Pihak yang diserang mampu membaca gerakan itu dan menangkis serangan dengan gerakan yang tepat. Jika pihak penyerang berhasil merebut, ia dinyatakan menang. Kalau pihak penyerang dapat ditangkis, ia dinyatakan kalah. Dalam satu babak hanya dilakukan sekali penyerang dan hal itu ditandai teriakan ''dampeang'' jantan. Fisik kedua penari dalam melakukan gerakan pertempuran tidak boleh bersinggungan, sehingga setiap gerakan menyerang dan menangkis bagai seakan gerakan pantomim dengan gaya pencak yang bebas arena kedua belah pihak bebas melakukan gerakan-gerakan dalam mencapai sasaran masing-masing.


== Tempat ==
== Asal ==
Tarian ''Alo Ambek'' dapat ditemukan di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.
Tarian ''Alo Ambek'' dapat ditemukan di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}

[[Kategori:Tarian dari Minangkabau]]

Revisi terkini sejak 26 Desember 2022 01.27


Tari Alo Ambek yaitu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu dua pendamping yang dinamakan dampeang; (damping) dan dua orang janang. Dampeang merupakan semacam musik vokal yang digolongkan ke lagu atau nyanyian.[1] Tarian ini merupakan suatu perlombaan keterampilan menyerang dan menangkis secara bergantian antara dua orang yang berhadapan. Bentuk penyerangan ialah merebut pakaian Iawan, seperti destar, baju, dan kain sesamping yang dililitkan di pinggang. Siapa saja dapat tampil ke gelanggang sebagaimana permainan pencak untuk memperagakan keterampilannya.Permainan ini dipimpin wasit yang disebut dampeang. Tugas dampeang ialah mengatur permainan sambi! bernyanyi. Yang seorang menggunakan suara rendah mengatur langkah tarian yang juga merupakan ancang-ancang seperti dalam pencak sebelum serangan dilakukan.[2]

Dampeang ini juga disebut sebagai dampeang betina. Yang lain yang disebut dampeang jantan menggunakan suara tinggi memberi aba-aba dimulai dan dihentikannya suatu babakan pertarungan. Sedangkan janang memberikan penilaian atas keterampilan dua pemain itu. Setelah melakukan salam kepada penonton, kedua pemain yang saling berhadapan melakukan gerakan tarian yang dipimpin dampeang betina, dan ketika dampeang jantan meneriakkan aba-aba, kedua pemain memulai pertarungannya dengan gerakan pencak baik pada waktu menyerang maupun pada waktu menangkis.

Bentuk tarian

[sunting | sunting sumber]

Tujuan penyerang ialah untuk merebut pakaian yang diserang. Ia diberi kesempatan melakukan penyerangan dalam tiga babak. Kemudian pihak penyerang memperoleh giliran untuk diserang dalam tiga babakan pula. Antara babakan satu dan berikutnya diselingi gerakan tarian. Penyerang melakukan gerakan mengambil pakaian lawannya dengan berbagai arah dan tipuan. Pola gerakan itu ialah guntiang (gunting), yaitu menggunting kain samping lawan; simbua (simbur), yaitu menyimbur lawan lantas merebut buah bajunya; dan batuah (batuh), yaitu memukul kepala lawan untuk mengambil destar. Apa yang akan diambil duluan tidaklah ditentukan tergantung pada kesempatan yang dimungkinkan situasi pertarungan. Penyerang dapat melakukan gerakan tipuan yang semula, seperti melakukan gerakan gunting. Akan tetapi yang dilakukannya gerakan sebenamya yaitu gerakan batuh. Pihak yang diserang mampu membaca gerakan itu dan menangkis serangan dengan gerakan yang tepat. Jika pihak penyerang berhasil merebut, ia dinyatakan menang. Kalau pihak penyerang dapat ditangkis, ia dinyatakan kalah. Dalam satu babak hanya dilakukan sekali penyerang dan hal itu ditandai teriakan dampeang jantan. Fisik kedua penari dalam melakukan gerakan pertempuran tidak boleh bersinggungan, sehingga setiap gerakan menyerang dan menangkis bagai seakan gerakan pantomim dengan gaya pencak yang bebas arena kedua belah pihak bebas melakukan gerakan-gerakan dalam mencapai sasaran masing-masing.

Tarian Alo Ambek dapat ditemukan di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Adi, Osman (2019). Ensiklopedia Silek Minangkabau. Padang: Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. hlm. 162–164. 
  2. ^ Navis, A.A (1984). Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Penerbit PT Grafiti Pers,. hlm. 268–269.