Lompat ke isi

Bahasa ideal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
k →‎top: clean up
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Referensi}}
Pengertian filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan logika, metode, dan sistem untuk mengkaji masalah umum dan mendasar mengenai berbagai persoalan, seperti; pengetahuan, akal, pikiran, eksistensi, dan bahasa.
Dalam [[filsafat analitik]], '''Bahasa ideal''' merupakan bahasa yang tepat, bebas dari ambiguitas, dan struktur yang jelas, pada model logika simbolik, berbeda dengan bahasa biasa, yang tidak jelas, menyesatkan, dan terkadang bertentangan. Dalam Tractatus Logico-Philosophicus (1922), filsuf kelahiran [[Wina]], [[Ludwig Wittgenstein]] memandang peran bahasa sebagai menyediakan "gambar realitas." Kebenaran dilihat sebagai membuat proposisi logis yang sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian, bahasa yang ideal dipandang sebagai kriteria yang diperlukan untuk menentukan makna, atau ketidakberartian, dari pernyataan tentang dunia.


[[Kategori:Filsafat]]
Bahasa ideal, dalam filsafat analitik, bahasa yang tepat, bebas dari ambiguitas, dan struktur yang jelas, pada model logika simbolik, berbeda dengan bahasa biasa, yang tidak jelas, menyesatkan, dan terkadang bertentangan. Dalam Tractatus Logico-Philosophicus (1922), filsuf kelahiran Wina Ludwig Wittgenstein memandang peran bahasa sebagai menyediakan "gambar realitas." Kebenaran dilihat sebagai membuat proposisi logis yang sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian, bahasa yang ideal dipandang sebagai kriteria yang diperlukan untuk menentukan makna, atau ketidakberartian, dari pernyataan tentang dunia.

Revisi terkini sejak 26 Desember 2022 22.44

Dalam filsafat analitik, Bahasa ideal merupakan bahasa yang tepat, bebas dari ambiguitas, dan struktur yang jelas, pada model logika simbolik, berbeda dengan bahasa biasa, yang tidak jelas, menyesatkan, dan terkadang bertentangan. Dalam Tractatus Logico-Philosophicus (1922), filsuf kelahiran Wina, Ludwig Wittgenstein memandang peran bahasa sebagai menyediakan "gambar realitas." Kebenaran dilihat sebagai membuat proposisi logis yang sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian, bahasa yang ideal dipandang sebagai kriteria yang diperlukan untuk menentukan makna, atau ketidakberartian, dari pernyataan tentang dunia.