Lompat ke isi

Bedah kepala leher: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dinno806 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(18 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Underlinked|date=Desember 2022}}
{{tanpa referensi}}
{{rapikan}}
{{rapikan}}
'''Bedah Kepala Leher''' merupakan salah satu cabang [[Otolaringologi]] ([[THT]]) dimana istilah ini menjelaskan tindakan-tindakan medik maupun operasi di daerah kepala dan leher, terutama untuk mengatasi keganasan [[tumor]].
'''Bedah Kepala Leher''' merupakan salah satu cabang ilmu bedah (Sp.B) yang mempelajari dan berfokus pada tindakan-tindakan medik maupun operasi di area kepala dan leher, baik dalam mengatasi kasus tumor (ganas maupun jinak), trauma, hingga kelainan kongenital pada area kepala dan leher. Ilmu bedah kepala leher merupakan salah satu bidang subspesialisasi dari ilmu bedah dan seseorang yang telah menamatkan pendidikan di bidang ini, di Indonesia mendapat gelar, Sp.B(K)KL.


== Tumor-tumor di daerah kepala dan leher ==
== Tumor-tumor di daerah kepala dan leher ==
Di sisni akan dibicarakan beberapa tumor yang sering di kepala dan leher :
Di sisni akan dibicarakan beberapa tumor yang sering di kepala dan leher:



=== Tumor Nasofaring ===
=== Tumor Nasofaring ===
Baris 14: Baris 15:
''Gejala yang sering timbul''
''Gejala yang sering timbul''


* Telinga terasa penuh sebelah, dan kadang berdenging
* Telinga terasa penuh sebelah, dan kadang berdenging
* Benjolan di leher
* benjolan di leher
* Ludah bercampur darah
* Ludah bercampur darah
* Hidung tersumbat
* Hidung tersumbat
Baris 32: Baris 33:
Tumor laring merupakan kasus yang paling sering di kepala leher di amerika, namun di indonesia tumor ini merupakan tumor tersering ke 3 di daerah kepala dan leher.
Tumor laring merupakan kasus yang paling sering di kepala leher di amerika, namun di indonesia tumor ini merupakan tumor tersering ke 3 di daerah kepala dan leher.


Suara serak dan sesak nafas merupakan keluhan yang sering di keluhkan pasien.
Suara serak dan sesak napas merupakan keluhan yang sering di keluhkan pasien.
Berdasarkan letaknya tumor ini dibagi menjadi:
Berdasarkan letaknya tumor ini dibagi menjadi:


Baris 39: Baris 40:
# Subglotis
# Subglotis


=== Tumor Lidah ===
=== Kanker Hidung ===
Kanker rongga hidung dan sinus paranasal adalah tumor ganas yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal disekitar hidung. Rongga hidung merupakan sebuah ruang di belakang hidung di mana udara melewatinya masuk ke tenggorokan. Sinus paranasal adalah daerah yang dipenuhi-udara yang mengelilingi rongga hidung pada pipi (sinus maksila), diatas dan di antara mata (sinus etmoid dan sinus frontal), dan di belakang etmoid (sinus sfenoid). Kanker sinus maksila merupakan tipe paling sering kanker sinus paranasal. (1)

=== Tumor Tiroid ===

=== Tumor Tonsil ===

=== Tumor Rongga mulut ===

=== Tumor Hipofaring ===

=== Tumor Hidung ===

=== Tumor Parotis ===

Parotis adalah salah satu kelompok kelenjar liur besar, yang gampang terjangkit peradangan oleh virus yang disebut ‘mumps virus’. Peradangan ini disebut parotitis atau ‘mumps’ oleh orang-orang dinegara Barat sana atau kita di Indonesia sering menyebutnya dengan ‘gondongan’ (bukan ‘gondok’, lho - jangan salah).

Parotitis mudah diobati, namun bila bukan radang akan tetapi tumor parotis maka ceritanya lain lagi, lebih sulit disembuhkan. Apa itu tumor parotis ?

Tumor parotis ada yang jinak dan ada yang ganas. Namun-jangan takut dulu- kebanyakan tumor parotis (90%) bersifat jinak. Dan ini sudah tentu melegakan kita semua. Berbeda dengan gondongan, maka tumor parotis tidak akan bisa disembuhkan hanya dengan mengoleskan serbuk ‘blau’ yang berwarna biru yang menjadi obat tradisional masyarakat kita. Blau hanya mempan untuk gondongan tapi tidak mempan untuk tumor parotis.

Satu-satu nya jalan untuk terbebas dari tumor parotis adalah dengan cara operasi. Operasi tumor kelenjar parotis sedikit agak ribet, dikarenakan banyak percabangan saraf-saraf muka yang melewati daerah itu. Salah potong, bila tidak berhati-hati melakukan operasi, dapat mengakibatkan muka ‘mencong’ akibat sebagian otot wajah menjadi lumpuh karena putusnya cabang persarafan.

Mimik muka bila terjadi putus saraf akan menyerupai kondisi ‘Bells’ Palsy’ yaitu keadaan muka seseorang yang tampak mencong, tidak simetris yang kata orang tua disebut sebagai kena teluh atau kena jampi-jampi orang yang tidak menyukai kita.

Padahal itu bukan magic, tetapi logik yaitu akibat tidak normalnya  saraf muka. Pada ‘Bells’ Palsy’ disini akibat terpapar suhu dingin dalam waktu cukup lama, bisa berupa angin malam yang menerpa sebagian muka, maka saraf ditempat itu akan tidak bekerja secara normal alias lumpuh. Maka terjadilah muka mencong itu.

Tumor parotis jinak paling sering di kelenjar parotis adalah pleomorphic adenoma. Dinamakan begitu karena terdiri dari berbagai macam jaringan ((pleomorphic), ada jaringan lemak, miksoid, mucin, kadangkala tulang rawan. Struktur terbanyak yang terlihat dibawah mikroskop adalah bentuk kelenjar yang hiperplastis (adenoma). Jadi tumor jinak ini dinamakan pleomorphic adenoma.

Tumor jinak ini biasanya tumbuh perlahan-lahan, dalam 2 tahun akan berukuran 2-4 centimeter, tidak nyeri dan tidak ada keluhan lain, kecuali benjolan yang berada didepan telinga.


Tumor jinak pada hidung dan sinus paranasal sering ditemukan, tetapi tumor yang ganas termasuk jarang, hanya 3% dari tumor kepala dan leher atau kurang dari 1% seluruh tumor ganas. (2)
Pasien akan datang ke RS atau dokter terdekat, ketika mengetahui benjolan itu tidak menghilang dengan diolesi serbuk blau. Dan kian lama semakin tumbuh membesar, meski pertumbuhannya pelan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.


Gejala-gejala dan tanda klinis semua tumor hidung dan sinus paranasal hampir mirip, sehingga sering kali hanya pemeriksaan histopatologi saja yang dapat menentukan jenisnya. (2)
Kebanyakan tumor ini bersifat unilateral artinya, mengenai satu sisi saja, bisa parotis kiri ataupun parotis kanan. Pada keadaan yang jarang dapat dijumpai penderita dengan tumor bilateral, parotis kanan dan kiri.


Hidung dan sinus paranasal merupakan rongga yang saling berhubungan dan sering kali tumor ditemukan pertamakali pada stadium yang sudah lanjut, sehingga tidak dapat ditentukan lagi asal tumor primernya. Tumor ganas hidung dan sinus paranasal termasuk tumor yang sukar diobati secara tuntas dan angka kesembuhannya masih sangat rendah. (2)
Penderita laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan. Dapat mengenai semua umur, paling sering usia dewasa muda dan tua.


Rongga hidung dikelilingi oleh 7 sampai 8 rongga sinus paranasal yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan posterior, frontal dan sfenoid. Kedelapan sinus ini bermuara ke meatus medius rongga hidung. Oleh sebab itu pembicaraan mengenai tumor ganas hidung tidak dapat dipisahkan dari tumor ganas sinus paranasal karena keduanya saling mempengaruhi kecuali jika ditemukan masing-masing dalam keadaan dini. (4)
Meskipun tidak ganas, sebaiknya tumor jinak ini segera dioperasi, begitu diketahui. Karena semakin lambat dilakukan terapi, akan semakin besar beayanya dan juga semakin memperburuk penampilan yang secara aestetika tampak jelek.


Faktor risiko, yang jika muncul, dapat meningkatkan risiko antara lain: tembakau, infeksi, imunitas rendah, riwayat kanker, terhirup sebuk gergaji. Gejala dan tanda yang paling umum adalah: obstruksi hidung, masalah pernafasan, nyeri lokal, pembengkakan leher dan wajah, masalah persarafan, dan tanda metastasis. (5)
Satu hal lagi yang menjadi kekhawatiran, ada yang disebut “Carcinoma arising in Pleomorphic Adenoma” artinya, keganasan yang timbul pada tumor yang tadinya jinak menjadi berubah ganas.


Langkah umum dalam evaluasi dugaan kanker rongga hidung termasuk: pemeriksaan fisik, pemeriksaan endoskopi, tes urin dan darah, tes pencitraan, dan biopsi. (5)
Mengenai waktunya, kapan mulai ganas tidak pasti, karena bersifat individual, artinya pada setiap pasien akan berbeda sesuai kondisi tubuh penderita. Karena itu segeralah bereskan sekecil apapun penyakit atau tumor yang anda derita.


[[Kategori:Bedah]]
=== Tumor Telinga dan mastoid ===

Revisi terkini sejak 1 Februari 2023 07.43

Bedah Kepala Leher merupakan salah satu cabang ilmu bedah (Sp.B) yang mempelajari dan berfokus pada tindakan-tindakan medik maupun operasi di area kepala dan leher, baik dalam mengatasi kasus tumor (ganas maupun jinak), trauma, hingga kelainan kongenital pada area kepala dan leher. Ilmu bedah kepala leher merupakan salah satu bidang subspesialisasi dari ilmu bedah dan seseorang yang telah menamatkan pendidikan di bidang ini, di Indonesia mendapat gelar, Sp.B(K)KL.

Tumor-tumor di daerah kepala dan leher

[sunting | sunting sumber]

Di sisni akan dibicarakan beberapa tumor yang sering di kepala dan leher:

Tumor Nasofaring

[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, Tumor ganas nasofaring merupakan tumor ganas yang paling sering di daerah kepala dan leher. Umumnya pasine datang ke petugas kesehatan dalam stadium yang sudah lanjut.

Tumor ini merupakan tumor yang tumbuh di tenggorok bagian belakang dari hidung.

Gejala yang sering timbul

  • Telinga terasa penuh sebelah, dan kadang berdenging
  • benjolan di leher
  • Ludah bercampur darah
  • Hidung tersumbat
  • Mimisan
  • Penglihatan ganda/membayang
  • Lendir dari hidung bercampur darah dan kadang berbau
  • Sakit Kepala

Tumor Sinus Paranasal

[sunting | sunting sumber]

Tumor ganas di sinus paranasal dan hidung relatif jarang dan umumnya paien dtang ke dokter sudah dalam stadium yang lanjut. Tidak jarang pasien datang ke dokter karena keluhan gigi sebagai keluhan utamanya, atau penonjolan pada mata.

Tumor Laring (Pita Suara)

[sunting | sunting sumber]

Tumor laring merupakan kasus yang paling sering di kepala leher di amerika, namun di indonesia tumor ini merupakan tumor tersering ke 3 di daerah kepala dan leher.

Suara serak dan sesak napas merupakan keluhan yang sering di keluhkan pasien. Berdasarkan letaknya tumor ini dibagi menjadi:

  1. Supraglotis
  2. Glotis
  3. Subglotis

Kanker Hidung

[sunting | sunting sumber]

Kanker rongga hidung dan sinus paranasal adalah tumor ganas yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal disekitar hidung. Rongga hidung merupakan sebuah ruang di belakang hidung di mana udara melewatinya masuk ke tenggorokan. Sinus paranasal adalah daerah yang dipenuhi-udara yang mengelilingi rongga hidung pada pipi (sinus maksila), diatas dan di antara mata (sinus etmoid dan sinus frontal), dan di belakang etmoid (sinus sfenoid). Kanker sinus maksila merupakan tipe paling sering kanker sinus paranasal. (1)

Tumor jinak pada hidung dan sinus paranasal sering ditemukan, tetapi tumor yang ganas termasuk jarang, hanya 3% dari tumor kepala dan leher atau kurang dari 1% seluruh tumor ganas. (2)

Gejala-gejala dan tanda klinis semua tumor hidung dan sinus paranasal hampir mirip, sehingga sering kali hanya pemeriksaan histopatologi saja yang dapat menentukan jenisnya. (2)

Hidung dan sinus paranasal merupakan rongga yang saling berhubungan dan sering kali tumor ditemukan pertamakali pada stadium yang sudah lanjut, sehingga tidak dapat ditentukan lagi asal tumor primernya. Tumor ganas hidung dan sinus paranasal termasuk tumor yang sukar diobati secara tuntas dan angka kesembuhannya masih sangat rendah. (2)

Rongga hidung dikelilingi oleh 7 sampai 8 rongga sinus paranasal yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan posterior, frontal dan sfenoid. Kedelapan sinus ini bermuara ke meatus medius rongga hidung. Oleh sebab itu pembicaraan mengenai tumor ganas hidung tidak dapat dipisahkan dari tumor ganas sinus paranasal karena keduanya saling mempengaruhi kecuali jika ditemukan masing-masing dalam keadaan dini. (4)

Faktor risiko, yang jika muncul, dapat meningkatkan risiko antara lain: tembakau, infeksi, imunitas rendah, riwayat kanker, terhirup sebuk gergaji. Gejala dan tanda yang paling umum adalah: obstruksi hidung, masalah pernafasan, nyeri lokal, pembengkakan leher dan wajah, masalah persarafan, dan tanda metastasis. (5)

Langkah umum dalam evaluasi dugaan kanker rongga hidung termasuk: pemeriksaan fisik, pemeriksaan endoskopi, tes urin dan darah, tes pencitraan, dan biopsi. (5)