Lompat ke isi

Ketupat sumpil: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- jaman + zaman)
Thesillent (bicara | kontrib)
←Mengalihkan ke Kupat Sumpil
Tag: Pengalihan baru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(17 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Kupat Sumpil]]
{{inuseBP|BP89Siti|26 April 2014| 15 Mei 2014}}
{{Orphan|date=Januari 2023}}
[[Berkas:Sumpil.jpg|thumb|250px|right|Ketupat sumpil]]
'''Ketupat sumpil''' adalah salah satu masakan khas Indonesia, terutama di daerah [[Jawa Tengah]]. <ref name="A">{{cite web|url=http://koran-sindo.com/node/358645|title=Ajarkan Anak-Anak Saling membantu Sejak Dini|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Koran Sindo}}</ref> Ketupat sumpil seringkali dikenal sebagai makanan khas [[Kaliwungu]], Kabupaten [[Kendal]].<ref name="B">{{cite web|url=http://regional.kompas.com/read/2012/02/04/23125691/Sumpil.Makanan.Khas.Kaliwungu|title=Sumpil Makanan Khas Kaliwungu|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Kompas}}</ref> Meskipun demikian makanan ini juga dikenal sebagai makanan khas [[Purworejo]] dan di Kabupaten Temanggung serta [[Kebumen]] juga dapat ditemui makanan ketupat sumpil. <ref name="A"></ref> Oleh karena itu, makanan ini kemudian dikenal sebagai makanan khas Jawa tengah.<ref name="A"></ref>


[[Berkas:Sumpil.jpg|jmpl|250px|ka|Ketupat sumpil]]
==Sejarah==
'''Ketupat sumpil''' adalah salah satu masakan khas Indonesia, terutama di daerah [[Jawa Tengah]].<ref name="A">{{cite web|url=http://koran-sindo.com/node/358645|title=Ajarkan Anak-Anak Saling membantu Sejak Dini|accessdate=4 Mei 2014|publisher=Koran Sindo|archive-date=2014-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20140505020823/http://koran-sindo.com/node/358645|dead-url=yes}}</ref> Ketupat sumpil sering kali dikenal sebagai makanan khas [[Kaliwungu]], Kabupaten [[Kendal]].<ref name="B">{{cite web|url=http://regional.kompas.com/read/2012/02/04/23125691/Sumpil.Makanan.Khas.Kaliwungu|title=Sumpil Makanan Khas Kaliwungu|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Kompas}}</ref> Meskipun demikian makanan ini juga dikenal sebagai makanan khas dari Kabupaten Temanggung<ref name="A"/><ref name="F"/> Oleh karena itu, makanan ini kemudian dikenal sebagai makanan khas Jawa tengah.<ref name="A"/>
Nama ketupat sumpil berasal dari nama sebuah hewan sejenis keong atau siput yang banyak ditemui di sungai.<ref name="C">{{cite web|url=http://www.beritakendal.com/2014/01/13/sumpil-mulai-menghilang-di-tradisi-weh-weh-an/|title=Sumpil Mulai Menghilang di Wweh-Wehan|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Berita Kendal}}</ref> Hewan tersebut dalam bahasa Jawa bernama ''sumpil''.<ref name="C"></ref> Binatang sumpil berwarna hitam berbentuk kerucut dan agak panjang.<ref name="C"></ref> Ukuran binatang sumpil tergolong kecil.<ref name="C"></ref> Karena ukuran dan bentuk ketupat sumpil kecil serta bentuknya segitiga hampir mirip dengan sumpil makan makanan ini dinamai ketupat sumpil.<ref name="C"></ref> Garis-garis horisontal pada bungkus ketupat sumpil juga mirip dengan garis yang ada pada binatang sumpil.<ref name="C"></ref>


== Sejarah ==
Ketupat sumpil sudah dikenal masyarakat sejak zaman [[Sunan Kalijaga]].<ref name="B"></ref> Ketupat sumpil di daerah Kaliwungu sering disajikan pada tradisi "weh-wehan" yang diselenggarakan pada acara [[Maulid Nabi Muhammad SAW]].<ref name="B"></ref> Ketupat sumpil tidak hanya sekedar makanan, pada Kaliwungu makanan ini memiliki sejumlah makna.<ref name="B"></ref> Makna tersebut diantaranya adalah bentuk segitiga dari ketupat sumpil melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan antara sesama manusia.<ref name="B"></ref> Tradisi weh-wehan sendiri bertujuan untuk mempererat [[silaturahmi]] antar masyarakat di Kaliwungu.<ref name="B"></ref> Berbeda dengan di Kaliwungu, ketupat sumpil di Purworejo, dan Kebumen lebih sering dihidangkan pada hari raya [[Idul Fitri]].<ref name="A"></ref> Ketupat ini dianggap sebagai hidangan istimewa saat lebaran. <ref name="A"></ref> Makanan tersebut dianggap istimewa karena memang hanya saat lebaran saja makanan tersebut ada.<ref name="A"></ref> Masyarakat Kebumen menyebut makanan ini sebagai makanan siluman yang muncul sekali dalam setahun kemudian menghilang kembali.<ref name="D">{{cite web|url=http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&jd=Wewehan%2C+Sebuah+Tradisi+Budaya+Penuh+Makna&dn=20100203150427|title=Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Kabar Indonesia}}</ref> Ketupat sumpil tersebut di kabupaten temanggung biasa digunakan pada adat "kacar-kucur" pada acara pernikahan.<ref name="F"></ref> Makanan tersebut akan disebar dan diperebutkan oleh pengunjung.<ref name="F"></ref> Warga Temanggung sering menganggap ketupat sumpil sebagai jimat dan dipercaya memiliki [[tuah]].<ref name="F">{{cite web|url=http://www.temanggungkab.go.id/potensi.php?mnid=110|title=Elemen Pendukung Wisata|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Pemerinta Kabupaten Temanggung}}</ref>
Nama ketupat sumpil berasal dari nama sebuah hewan sejenis keong atau siput yang banyak ditemui di sungai.<ref name="C">{{cite web|url=http://www.beritakendal.com/2014/01/13/sumpil-mulai-menghilang-di-tradisi-weh-weh-an/|title=Sumpil Mulai Menghilang di Wweh-Wehan|accessdate=4 Mei 2014|publisher=Berita Kendal|archive-date=2014-05-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20140504071817/http://www.beritakendal.com/2014/01/13/sumpil-mulai-menghilang-di-tradisi-weh-weh-an/|dead-url=yes}}</ref> Hewan tersebut dalam bahasa Jawa bernama ''sumpil''.<ref name="C"/> Binatang sumpil berwarna hitam berbentuk kerucut dan agak panjang.<ref name="C"/> Ukuran binatang sumpil tergolong kecil.<ref name="C"/> Karena ukuran dan bentuk ketupat sumpil kecil serta bentuknya segitiga hampir mirip dengan sumpil makan makanan ini dinamai ketupat sumpil.<ref name="C"/> Garis-garis horisontal pada bungkus ketupat sumpil juga mirip dengan garis yang ada pada binatang sumpil.<ref name="C"/>


Ketupat sumpil sudah dikenal masyarakat sejak zaman [[Sunan Kalijaga]].<ref name="B"/> Ketupat sumpil di daerah Kaliwungu sering disajikan pada tradisi "weh-wehan" yang diselenggarakan pada acara [[Maulid Nabi Muhammad SAW]].<ref name="B"/> Ketupat sumpil tidak hanya sekadar makanan, pada Kaliwungu makanan ini memiliki sejumlah makna.<ref name="B"/> Makna tersebut diantaranya adalah bentuk segitiga dari ketupat sumpil melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan antara sesama manusia.<ref name="B"/> Tradisi weh-wehan sendiri bertujuan untuk mempererat [[silaturahmi]] antar masyarakat di Kaliwungu.<ref name="B"/> Berbeda dengan di Kaliwungu, ketupat sumpil di Purworejo, dan Kebumen lebih sering dihidangkan pada hari raya [[Idul Fitri]].<ref name="A"/> Ketupat ini dianggap sebagai hidangan istimewa saat lebaran.<ref name="A"/> Makanan tersebut dianggap istimewa karena memang hanya saat lebaran saja makanan tersebut ada.<ref name="A"/> Masyarakat Kebumen menyebut makanan ini sebagai makanan siluman yang muncul sekali dalam setahun kemudian menghilang kembali.<ref name="D">{{cite web|url=http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&jd=Wewehan%2C+Sebuah+Tradisi+Budaya+Penuh+Makna&dn=20100203150427|title=Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna|accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Kabar Indonesia}}</ref> Ketupat sumpil tersebut di kabupaten temanggung biasa digunakan pada adat "kacar-kucur" pada acara pernikahan.<ref name="F"/> Makanan tersebut akan disebar dan diperebutkan oleh pengunjung.<ref name="F"/> Warga Temanggung sering menganggap ketupat sumpil sebagai jimat dan dipercaya memiliki [[tuah]].<ref name="F">{{cite web|url=http://www.temanggungkab.go.id/potensi.php?mnid=110|title=Elemen Pendukung Wisata|accessdate=4 Mei 2014|publisher=Pemerinta Kabupaten Temanggung|archive-date=2014-05-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20140504084720/http://www.temanggungkab.go.id/potensi.php?mnid=110|dead-url=yes}}</ref>
==Gambaran==
Ketupat sumpil memiliki keunikan tersendiri daripada [[ketupat]] pada umumnya. <ref name="B"></ref> Keunikan ketupat sumpil terletak pada bentuk dan pembungkusnya.<ref name="B"></ref> Tidak seperti ketupat biasanya yang berukuran besar, ketupat ini memiliki ukuran yang kecil. <ref name="E">{{cite web|url=http://epaper.suaramerdeka.com/read/2014/01/15/29SM15A14SMT.pdf|title=Tradisi Weh-Wehan Sambut Kelahiran Nabi|date=15 Januari 2014 |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Suara Merdeka}}</ref>Bahan pembungkus ketupat ini juga bukan berasal dari janur kuning melainkan dari daun bambu.<ref name="E"></ref> Keunikan lain dari makanan khas Jawa Tengah ini adalah bentuknya yang berdeda dengan ketupat pada umumnya yaitu berbentuk segitiga dengan garis horisontal.<ref name="E"></ref> Garis horisontal tersebut berasal dari tulang daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus. <ref name="E"></ref> Masyarakat Kaliwungu biasanya menyajikan ketupat sumpil bersama parutan kelapa atau [[serundeng]]sedangkan di Purworejo dan Kebumen dihidangkan bersama sayur dan lauk layaknya nasi.<ref name="B"></ref> Hal tersebut berbeda dengan di Temanggung, ketupat kecil ini bukan sering digunakan sebagai jimat dan di kalungkan atau di letakkan di rumah sebagai jimat. <ref name="B"></ref> Meskipun demikian adapul yang memakannya bersama sayur dan lauk seperti yang dilakukan warga Purworejo dan Kebumen.<ref name="B"></ref>


==Rujukan==
== Gambaran ==
Ketupat sumpil memiliki keunikan tersendiri daripada [[ketupat]] pada umumnya.<ref name="B"/> Keunikan ketupat sumpil terletak pada bentuk dan pembungkusnya.<ref name="B"/> Tidak seperti ketupat biasanya yang berukuran besar, ketupat ini memiliki ukuran yang kecil.<ref name="E">{{cite web|url=http://epaper.suaramerdeka.com/read/2014/01/15/29SM15A14SMT.pdf|title=Tradisi Weh-Wehan Sambut Kelahiran Nabi|date=15 Januari 2014|accessdate=4 Mei 2014|publisher=Suara Merdeka|archive-date=2014-05-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20140505035420/http://epaper.suaramerdeka.com/read/2014/01/15/29SM15A14SMT.pdf|dead-url=yes}}</ref> Bahan pembungkus ketupat ini juga bukan berasal dari janur kuning melainkan dari daun bambu.<ref name="E"/> Keunikan lain dari makanan khas Jawa Tengah ini adalah bentuknya yang berdeda dengan ketupat pada umumnya yaitu berbentuk segitiga dengan garis horisontal.<ref name="E"/> Garis horisontal tersebut berasal dari tulang daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus.<ref name="E"/> Masyarakat Kaliwungu biasanya menyajikan ketupat sumpil bersama parutan kelapa atau [[serundeng]]sedangkan di Purworejo dan Kebumen dihidangkan bersama sayur dan lauk layaknya nasi.<ref name="B"/> Hal tersebut berbeda dengan di Temanggung, ketupat kecil ini bukan sering digunakan sebagai jimat dan di kalungkan atau di letakkan di rumah sebagai jimat.<ref name="B"/> Meskipun demikian adapul yang memakannya bersama sayur dan lauk seperti yang dilakukan warga Purworejo dan Kebumen.<ref name="B"/>

== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}


[[Kategori:Masakan Jawa Tengah]]
[[Kategori:Hidangan Jawa Tengah]]
[[Kategori:Makanan Indonesia]]
[[Kategori:Hidangan Indonesia]]

Revisi per 1 Maret 2023 04.10

Mengalihkan ke:


Ketupat sumpil

Ketupat sumpil adalah salah satu masakan khas Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah.[1] Ketupat sumpil sering kali dikenal sebagai makanan khas Kaliwungu, Kabupaten Kendal.[2] Meskipun demikian makanan ini juga dikenal sebagai makanan khas dari Kabupaten Temanggung[1][3] Oleh karena itu, makanan ini kemudian dikenal sebagai makanan khas Jawa tengah.[1]

Sejarah

Nama ketupat sumpil berasal dari nama sebuah hewan sejenis keong atau siput yang banyak ditemui di sungai.[4] Hewan tersebut dalam bahasa Jawa bernama sumpil.[4] Binatang sumpil berwarna hitam berbentuk kerucut dan agak panjang.[4] Ukuran binatang sumpil tergolong kecil.[4] Karena ukuran dan bentuk ketupat sumpil kecil serta bentuknya segitiga hampir mirip dengan sumpil makan makanan ini dinamai ketupat sumpil.[4] Garis-garis horisontal pada bungkus ketupat sumpil juga mirip dengan garis yang ada pada binatang sumpil.[4]

Ketupat sumpil sudah dikenal masyarakat sejak zaman Sunan Kalijaga.[2] Ketupat sumpil di daerah Kaliwungu sering disajikan pada tradisi "weh-wehan" yang diselenggarakan pada acara Maulid Nabi Muhammad SAW.[2] Ketupat sumpil tidak hanya sekadar makanan, pada Kaliwungu makanan ini memiliki sejumlah makna.[2] Makna tersebut diantaranya adalah bentuk segitiga dari ketupat sumpil melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan antara sesama manusia.[2] Tradisi weh-wehan sendiri bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar masyarakat di Kaliwungu.[2] Berbeda dengan di Kaliwungu, ketupat sumpil di Purworejo, dan Kebumen lebih sering dihidangkan pada hari raya Idul Fitri.[1] Ketupat ini dianggap sebagai hidangan istimewa saat lebaran.[1] Makanan tersebut dianggap istimewa karena memang hanya saat lebaran saja makanan tersebut ada.[1] Masyarakat Kebumen menyebut makanan ini sebagai makanan siluman yang muncul sekali dalam setahun kemudian menghilang kembali.[5] Ketupat sumpil tersebut di kabupaten temanggung biasa digunakan pada adat "kacar-kucur" pada acara pernikahan.[3] Makanan tersebut akan disebar dan diperebutkan oleh pengunjung.[3] Warga Temanggung sering menganggap ketupat sumpil sebagai jimat dan dipercaya memiliki tuah.[3]

Gambaran

Ketupat sumpil memiliki keunikan tersendiri daripada ketupat pada umumnya.[2] Keunikan ketupat sumpil terletak pada bentuk dan pembungkusnya.[2] Tidak seperti ketupat biasanya yang berukuran besar, ketupat ini memiliki ukuran yang kecil.[6] Bahan pembungkus ketupat ini juga bukan berasal dari janur kuning melainkan dari daun bambu.[6] Keunikan lain dari makanan khas Jawa Tengah ini adalah bentuknya yang berdeda dengan ketupat pada umumnya yaitu berbentuk segitiga dengan garis horisontal.[6] Garis horisontal tersebut berasal dari tulang daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus.[6] Masyarakat Kaliwungu biasanya menyajikan ketupat sumpil bersama parutan kelapa atau serundengsedangkan di Purworejo dan Kebumen dihidangkan bersama sayur dan lauk layaknya nasi.[2] Hal tersebut berbeda dengan di Temanggung, ketupat kecil ini bukan sering digunakan sebagai jimat dan di kalungkan atau di letakkan di rumah sebagai jimat.[2] Meskipun demikian adapul yang memakannya bersama sayur dan lauk seperti yang dilakukan warga Purworejo dan Kebumen.[2]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f "Ajarkan Anak-Anak Saling membantu Sejak Dini". Koran Sindo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k "Sumpil Makanan Khas Kaliwungu". Kompas. Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d "Elemen Pendukung Wisata". Pemerinta Kabupaten Temanggung. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f "Sumpil Mulai Menghilang di Wweh-Wehan". Berita Kendal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  5. ^ "Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna". Kabar Indonesia. Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d "Tradisi Weh-Wehan Sambut Kelahiran Nabi" (PDF). Suara Merdeka. 15 Januari 2014. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 4 Mei 2014.