Joglo Kudus: Perbedaan antara revisi
k Menambah gambar foto |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit |
||
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Underlinked|date=Oktober 2020}} |
{{Underlinked|date=Oktober 2020}} |
||
{{rapikan}} |
{{rapikan}} |
||
⚫ | |||
Berkas:Joglo Pencu, Rumah Tradisional Kudus.jpg|alt=Joglo Pencu, Rumah Tradisional Kab.Kudus Jawa Tengah|Joglo Pencu, Rumah Tradisional Kab.Kudus Jawa Tengah |
|||
⚫ | |||
<gallery mode="packed>Berkas:Joglo Pencu, Rumah Tradisional Kudus.jpg|200px|Joglo Pencu</gallery> |
|||
== Ciri khas == |
== Ciri khas == |
Revisi terkini sejak 26 Maret 2023 04.51
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Rumah adat Kudus atau joglo pencu disebut juga joglo Kudus adalah rumah tradisional berasal dari Kudus[1] yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.
-
Joglo Pencu
Ciri khas
[sunting | sunting sumber]Rumah adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut atap pencu dengan bangunan yang didominasi seni ukir yang sederhana khas Kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an M dengan 95% kayu jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan[2] yang paling kelihatan adalah bagian pintunya. Joglo Kudus hanya memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.
Tata ruang
[sunting | sunting sumber]Joglo pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan saka geder yang melambangkan bahwa Allah bersifat Esa. Joglo pencu memiliki 3 bagian[3] ruangan yang disebut jaga satru, gedhongan, dan pawon. Di halaman depan rumah, terdapat sumur di sebelah kiri yang dinamakan pakiwan ('kamar kecil').
Jaga satru
[sunting | sunting sumber]Jaga satru adalah bagian depan rumah. Dalam bahasa Jawa, jaga satru secara harfiah berarti 'menjaga' (jaga) 'musuh' (satru). Namun demikian, untuk sehari-hari, ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.
Gedhongan
[sunting | sunting sumber]Gedhongan adalah ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.
Pawon
[sunting | sunting sumber]Pawon dalam bahasa Jawa berarti 'dapur'. Ruangan ini digunakan untuk memasak, belajar, dan melihat televisi.
Filosofi
[sunting | sunting sumber]Keunikan joglo Kudus tidak hanya terletak pada arsitekturnya yang didominasi seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.
- Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, sekar rinonce (rangkaian bunga melati), ular naga, buah nanas (sarang lebah), burung phoenix, dan lain-lain.
- Kedua, tata ruang rumah yang memiliki jaga satru/ruang tamu dengan saka geder/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah bersifat Esa.
- Ketiga, gedhongan/ruang keluarga yang ditopang empat buah saka guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
- Keempat, pawon/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
- Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
- Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rezeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.
- Ketujuh, wuwungan atap genteng terdapat genteng kerpus yang berlubang-lubang yang mempunyai maksud sebagai bentuk cara hidup yang menerima atau terbuka. Genteng yang berlubang tersebut adalah genteng kerpus yaitu genteng kelir, genteng pengapit, dan genteng cungkrik.
Genteng
[sunting | sunting sumber]Genteng Kerpus Tradisional Kudus atau Genteng Wuwungan Khas Kudus merupakan genteng yang memiliki bentuk yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:
- Genteng Kelir
genteng ini hanya ada satu dan terdapat pada bagian paling atas dan tepat ditengah. Genteng Kelir berbentuk daun yang memekar sempurna yang artinya kedewasaan, filosofinya yaitu kedewasaan yang bisa menata yang lebih muda dan bisa menjadi tauladan yang baik bagi yang lebih muda.
- Genteng Pengapit
genteng ini terdapat pada bagian kanan dan kiri Genteng Kelir. Genteng Pengapit berbentuk daun yang memekar setengah melipat yang artinya muda atau remaja, filosofinya yaitu masa muda (remaja) harus melihat masa depan ketika dewasa dan mencontoh yang lebih tua.
- Genteng Cungkrik
genteng ini terdapat pada bagian paling sudut bawah dan menghadap atas. Genteng Cungkrik berbentuk kuncup daun, filosofinya yaitu kelahiran.
Mulai Dilupakan
[sunting | sunting sumber]Seiring dengan perkembangan masyarakat, keberadaan rumah adat Kudus sendiri sebagai penentu tingkat perekonomian seseorang. Tidak dapat dimungkiri untuk pengrajin yang membuat rumah adat ini mematok harga yang sangat mahal, sehingga hanya sebagian kecil masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah ke atas yang bisa membelinya.
Sedangkan kelemahan budaya lokal adalah kurangnya sumber informasi yang dibukukan, sehingga tidak ada sumber yang bisa dijadikan acuan atau referensi dalam pengenalan budaya lokal tersebut. Dibutuhkan sebuah kajian, jika ada yang tahu sepenggal dan memberanikan diri untuk menulis dan tanpa ada sumber yang jelas adalah kesalahan.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Rumah adat Jepara
- Rumah adat Pati
- Rumah adat Rembang
- Rumah adat Blora
- Rumah adat Grobogan
- Rumah adat Demak
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ http://www.hendrawanrynda.wordpress.com/kabupaten-kudus/wisata-budaya/
- ^ http://www.perbedaanjeparadengankudus.blogspot.com/2014/06/perbedaan-rumah-adat-jepara-dengan.html
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-12. Diakses tanggal 2014-08-12.