Phoa Beng Gan: Perbedaan antara revisi
k menghapus Kategori:Jakarta menggunakan HotCat |
Update, diterjemahkan secara manual dari artikel berjudul sama di en.wp |
||
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox Politician |
|||
'''Phoa Beng Gan''' (disebut juga '''Phoa Bing Gam''') adalah seorang bekas Kapten Tionghoa (Kapitein der Chinezen) dan ahli irigasi yang hidup di [[Jakarta]] pada zaman [[penjajahan Belanda]] pada [[abad ke-17]]. Ia memiliki artikel dalam Ensiklopedia Jakarta, karena mempunyai andil dalam pembangunan kota Jakarta, yang pada masa hidupnya masih bernama "[[Batavia]]".<ref name="Jkt_Go">[http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2348 Phoa Beng Gan]</ref> Oleh karena ia bukan seorang yang kaya dan piawai berdagang, maka untuk membantu keuangannya pemerintah kolonial memberi kebebasan kepadanya untuk memungut ''[[surat konde]]''. Pada kepemimpinannya ''surat konde'', yang merupakan pajak kepala bagi warga Tionghoa yang berusia 16 tahun ke atas dan dikenakan hukuman apabila tidak membayarnya, mulai diterapkan.<ref name="Jkt_Go"/> |
|||
| name = ''Kapitan'' Phoa Beng Gan |
|||
| image = |
|||
| caption = |
|||
<!-- --> |
|||
| office = [[Daftar Kapitan Cina|Kapitan Cina Batavia]] ketiga |
|||
| term_start = 1645 |
|||
| term_end = 1663 |
|||
| predecessor = [[Lim Lak Ko|Kapitan Lim Lak Ko]] |
|||
| successor = [[Gan Djie|Kapitan Gan Djie]] |
|||
| constituency = Batavia |
|||
<!-- --> |
|||
| office2 = |
|||
| term_start2 = |
|||
| term_end2 = |
|||
| predecessor2 = |
|||
| successor2 = |
|||
| constituency2 = |
|||
<!-- --> |
|||
| office3 = |
|||
| term_start3 = |
|||
| term_end3 = |
|||
| predecessor3 = |
|||
| successor3 = |
|||
| constituency3 = |
|||
<!-- --> |
|||
| birth_place = |
|||
| death_date = |
|||
| death_place = |
|||
| death_cause = |
|||
| education = |
|||
| alma_mater = |
|||
| party = |
|||
| occupation = [[Kapitan Cina]] |
|||
| majority = |
|||
| parents = |
|||
| spouse = |
|||
| children = |
|||
| relations = |
|||
| awards = |
|||
| website = |
|||
| footnotes = |
|||
}} |
|||
'''Phoa Beng Gan, Kapitan Cina''' (juga disebut sebagai '''Bingam''' atau '''Phoa Bing Gam''' ({{zh|c=潘明岩甲|p=Pān Míngyán Jia}}) di sejumlah literatur tua) dulu adalah seorang [[birokrat]] dan [[insinyur]] berlatar belakang [[Tionghoa Indonesia]]. Phoa paling dikenal berkat proyek-proyek irigasinya di [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]] (kini [[Jakarta]], [[Indonesia]]).<ref name="Phoa (1956)">{{cite book|last1=Phoa|first1=Kian Sioe|title=Sedjarahnja: Souw Beng Kong, Phoa Beng Gan, Oey Tamba Sia|date=1956|publisher=Reporter|location=Djakarta|url=https://books.google.com/books?id=3cGyKQEACAAJ&q=phoa+beng+gan |
|||
|accessdate=27 September 2017|language=id}}</ref><ref name="Shihab (2004)">{{cite book|last1=Shihab|first1=Alwi|title=Betawi queen of the east|date=2004|publisher=Penerbit Republika|location=Jakarta|isbn=9789793210056|url=https://books.google.com/books?id=XbQ63fHjMnEC&q=%22phoa+beng+gan%22&pg=PA57 |
|||
|accessdate=27 September 2017|language=id}}</ref><ref name="Adi (2010)">{{cite book|last1=Adi|first1=Windoro|title=Batavia, 1740: menyisir jejak Betawi|date=2010|publisher=Gramedia Pustaka Utama|location=Jakarta|isbn=9789792254518|url=https://books.google.com/books?id=k4pnl6mW4RUC&q=phoa+beng+gan&pg=PA354 |
|||
|accessdate=27 September 2017|language=id}}</ref><ref name="Encyclopedia Jakarta">{{cite web|title=Encyclopedia Jakarta|url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2348/Phoa-Beng-Gan |
|||
|website=www.jakarta.go.id|publisher=Pemprov DKI Jakarta|accessdate=27 September 2017}}</ref> Phoa menjabat sebagai [[Daftar Kapitan Cina|''Kapitan Cina'' ketiga]] Batavia mulai tahun 1645 hingga 1663, menggantikan [[Lim Lak Ko|Kapitan Lim Lak Ko]] ({{zh|c=林六哥甲|p=Lín Liùgē Jia}}).<ref name="Adi (2010)" /><ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
==Kapitan Cina== |
|||
⚫ | |||
[[File:Cornelis van der Lijn.jpg|thumb|left|[[Cornelis van der Lijn]], GubernurJenderal Hindia Belanda pada saat Phoa menjabat sebagai Kapitan Cina.]] |
|||
Pada masa itu pemerintah Belanda mengalami kesulitan dalam mengatasi bahaya banjir sebagai akibat letak [[Batavia]] di dataran rendah, sehingga meminta bantuan Phoa Beng Gan untuk menanganinya. Selanjutnya ia memutuskan membangun saluran atau ''kanaal'' yang akan mengalirkan air ke laut untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di Batavia dan menimbulkan penyakit [[Malaria]]. Setelah melakukan survey, pada tahun 1648 dibangun ''kanaal'' dari "dekat hutan" (di sekitar Harmoni) ke kota yang berakhir di daerah ''Bantenburg'' (sekarang di depan "Glodok Building") sampai ke laut membelah daerah ''[[Molenvliet]]''. Selain untuk mengalirkan air ke laut, ''kanaal'' ini dapat digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan dan hasil bumi dari daerah pedalaman. Biaya pembangunannya dibebankan pada anggota masyarakat. Kurang dari satu tahun, ''kanaal'' itu telah selesai digali dan menampakkan manfaatnya. Tanah-tanah yang tadinya selalu tergenang air dan menjadi rawa-rawa yang menjadi sarang penyakit, sekarang menjadi kering dan dapat diolah menjadi tanah pertanian dan perumahan. Kanal tersebut juga sangat membantu para petani dan pedagang dalam menyalurkan barang-barang hasil pertanian dan dagangannya. |
|||
Menurut sejarawan Phoa Kian Sioe, dorongan untuk penunjukan Phoa Beng Gan sebagai Kapitan Cina pada tahun 1645 berasal dari komunitas Cina di Batavia.<ref name="Phoa (1956)" /> Penunjukan tersebut kemudian disetujui oleh [[Cornelis van der Lijn]], [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] ke-10.<ref name="Phoa (1956)" /> |
|||
Pada musim kemarau, ternyata kanaal menjadi kering dan lalu lintas terhenti sehingga kelancaran arus barang dagangan terganggu. Phoa Beng Gan mencari jalan keluar dan membangun ''kanaal'' lain lagi dari Harmoni sampai menyambung dengan Kali [[Ciliwung]] di daerah "Pejambon" dan membelah daerah yang diberi nama ''Noordwijk'' (sekarang "Jalan Djuanda") dan ''Rijswijk'' (sekarang "Jalan Veteran") dengan pintu air untuk mengatur lalu lintas air di dekat [[Gereja Katedral Jakarta|Katedral]] sekarang. Berkat jasa-jasanya pemerintah menghadiahinya sebidang tanah di daerah [[Tanah Abang]], yang segera ditanaminya dengan bibit pohon tebu untuk membuat gula. |
|||
Tidak seperti dua orang pendahulunya, [[Souw Beng Kong|Kapitan Souw Beng Kong]] dan [[Lim Lak Ko|Kapitan Lim Lak Ko]], yang merupakan pedagang kaya, Phoa tidak terlalu kaya.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)">{{cite book|last1=A. S.|first1=Marcus|last2=Benedanto|first2=Pax|title=Kesastraan Melayu Tionghoa|date=2000|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|location=Jakarta|isbn=9789799100795|url=https://books.google.com/books?id=5WfLuxiBz4IC&q=phoa+beng+gan&pg=PA205 |
|||
⚫ | |||
|accessdate=27 September 2017|language=id}}</ref> Karena kekayaan dipandang penting untuk dimiliki oleh seorang pejabat publik, pemerintah Hindia Belanda kemudian memberi Phoa hak untuk memungut ''surat konde'' atau [[pajak pemungutan suara]].<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Encyclopedia Jakarta" /> |
|||
⚫ | |||
Pajak tersebut dikenakan kepada orang Cina di Hindia Belanda yang telah berusia lebih dari 16 tahun. Pajak tersebut wajib dibayarkan ke pemerintah Hindia Belanda melalui Kapitan Cina yang berhak memperoleh sebagian dari total pajak yang dibayarkan melalui dirinya.<ref name="Encyclopedia Jakarta" /> Pajak tersebut dipandang memberatkan oleh komunitas Cina di Hindia Belanda, sehingga untuk beberapa waktu, sempat menimbulkan banyak niat jahat terhadap Kapitan Cina yang sedang menjabat.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
== Pranala Luar == |
|||
*{{id}} [http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2348 Informasi tentang Phoa Beng Gan di jakarta.go.id] |
|||
⚫ | |||
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Molenvliet te Batavia. TMnr 60005162.jpg|thumb|Kanal [[Molenvliet]] buatan Phoa pada akhir abad ke-19 (Woodbury & Page).]] |
|||
Walaupun sempat mendapat banyak niat jahat, reputasi Kapitan Phoa Beng Gan kemudian meningkat berkat proyek-proyek irigasinya.<ref name="Phoa (1956)" /><ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Pada pertengahan abad ke-17, Batavia rawan terjangkit [[malaria]] parah karena dikelilingi oleh rawa.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> Namun, pemerintah Hindia Belanda tidak memiliki cukup uang untuk mengeringkan rawa, karena uangnya habis dipakai untuk keperluan lain.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
Kapitan Phoa Beng Gan lalu mengumpulkan uang dari komunitas Cina untuk mendanai pengeringan rawa di Batavia. Ia pun memimpin sendiri proyek pengeringan rawa tersebut.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Shihab (2004)" /><ref name="Encyclopedia Jakarta" /> Ia memimpin pembangunan sebuah kanal besar untuk mengeringkan rawa di Batavia. Pembangunan kanal dimulai pada bulan Januari 1648 dan dapat diselesaikan pada akhir tahun 1648.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /> |
|||
Kanal tersebut kemudian tidak hanya mengeringkan rawa di sekitar Batavia, tetapi juga berperan penting dalam mendukung perekonomian, karena kanal tersebut menghubungkan Batavia ke [[Tanah Abang]] dan seterusnya, sehingga juga dapat difungsikan sebagai kanal transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari pinggir kota ke pusat kota Batavia.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Encyclopedia Jakarta" /> Kanal tersebut pun disebut sebagai ''Bingamvaart'' untuk menghormati Kapitan Phoa Beng Gan.<ref name="Ekspedisi Ciliwung (2009)">{{cite book|title=Ekspedisi Ciliwung: laporan jurnalistik Kompas : mata air, air mata|date=2009|publisher=Penerbit Buku Kompas|location=Jakarta|isbn=9789797094249|url=https://books.google.com/books?id=QMhiTccSICUC&q=Molenvliet&pg=PA91 |
|||
|accessdate=27 September 2017|language=id}}</ref> |
|||
Proyek irigasi lanjutan lalu diperlukan, karena kanal tersebut mengering selama musim kemarau, sehingga tidak dapat digunakan sebagai kanal transportasi.<ref name="Phoa (1956)" /><ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Setiono (2008)">{{cite book|last1=Setiono|first1=Benny G.|title=Tionghoa Dalam Pusaran Politik|date=2008|publisher=TransMedia|location=Jakarta|isbn=9789797990527|url=https://books.google.com/books?id=CH0p3zHladEC&q=%22phoa+beng+gan%22&pg=PA107 |
|||
|accessdate=27 September 2017|language=id}}</ref> Phoa pun memperpanjang kanal tersebut, melalui jalan yang kini bernama Jl. Juanda dan Jl. Veteran di [[Sawah Besar]], untuk memungkinkan air dari [[Sungai Ciliwung]] masuk ke kanal tersebut.<ref name="Kesastraan Melayu Tionghoa (2000)" /><ref name="Shihab (2004)" /><ref name="Setiono (2008)" /><ref name="Encyclopedia Jakarta" /> |
|||
Atas kontribusi Phoa terhadap proyek-proyek irigasi tersebut, pemerintah Hindia Belanda kemudian memberinya sebuah [[tanah partikelir]] di [[Tanah Abang]], di mana ia kemudian membudidayakan tebu.<ref name="Phoa (1956)" /><ref name="Encyclopedia Jakarta" /> |
|||
Pada tahun 1661, nama kanal tersebut diubah menjadi [[Molenvliet]], dan nama tersebut pun tetap dipakai hingga [[Indonesia merdeka]].<ref name="Ekspedisi Ciliwung (2009)" /> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
{{s-start}} |
|||
{{s-gov}} |
|||
{{s-bef|before=[[Lim Lak Ko|Kapitan Lim Lak Ko]]}} |
|||
{{s-ttl|title=[[Daftar Kapitan Cina|Kapitan Cina Batavia]]|years=1645–1663}} |
|||
{{s-aft|after=[[Gan Djie|Kapitan Gan Djie]]}} |
|||
{{s-end}} |
|||
{{Majoor dan Kapitein der Chinezen Batavia}} |
|||
{{Authority control}} |
|||
{{DEFAULTSORT:Phoa, Beng Gan}} |
|||
[[Category:Hokkien-Indonesia]] |
|||
[[Category:Kapitan Cina]] |
|||
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]] |
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]] |
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]] |
||
[[Kategori:Kapitan Cina]] |
Revisi terkini sejak 10 April 2023 08.59
Kapitan Phoa Beng Gan | |
---|---|
Kapitan Cina Batavia ketiga | |
Masa jabatan 1645–1663 | |
Daerah pemilihan | Batavia |
Informasi pribadi | |
Pekerjaan | Kapitan Cina |
Sunting kotak info • L • B |
Phoa Beng Gan, Kapitan Cina (juga disebut sebagai Bingam atau Phoa Bing Gam (Hanzi: 潘明岩甲; Pinyin: Pān Míngyán Jia) di sejumlah literatur tua) dulu adalah seorang birokrat dan insinyur berlatar belakang Tionghoa Indonesia. Phoa paling dikenal berkat proyek-proyek irigasinya di Batavia (kini Jakarta, Indonesia).[1][2][3][4] Phoa menjabat sebagai Kapitan Cina ketiga Batavia mulai tahun 1645 hingga 1663, menggantikan Kapitan Lim Lak Ko (Hanzi: 林六哥甲; Pinyin: Lín Liùgē Jia).[3][5]
Kapitan Cina
[sunting | sunting sumber]Menurut sejarawan Phoa Kian Sioe, dorongan untuk penunjukan Phoa Beng Gan sebagai Kapitan Cina pada tahun 1645 berasal dari komunitas Cina di Batavia.[1] Penunjukan tersebut kemudian disetujui oleh Cornelis van der Lijn, Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-10.[1]
Tidak seperti dua orang pendahulunya, Kapitan Souw Beng Kong dan Kapitan Lim Lak Ko, yang merupakan pedagang kaya, Phoa tidak terlalu kaya.[5] Karena kekayaan dipandang penting untuk dimiliki oleh seorang pejabat publik, pemerintah Hindia Belanda kemudian memberi Phoa hak untuk memungut surat konde atau pajak pemungutan suara.[5][4]
Pajak tersebut dikenakan kepada orang Cina di Hindia Belanda yang telah berusia lebih dari 16 tahun. Pajak tersebut wajib dibayarkan ke pemerintah Hindia Belanda melalui Kapitan Cina yang berhak memperoleh sebagian dari total pajak yang dibayarkan melalui dirinya.[4] Pajak tersebut dipandang memberatkan oleh komunitas Cina di Hindia Belanda, sehingga untuk beberapa waktu, sempat menimbulkan banyak niat jahat terhadap Kapitan Cina yang sedang menjabat.[5]
Proyek irigasi
[sunting | sunting sumber]Walaupun sempat mendapat banyak niat jahat, reputasi Kapitan Phoa Beng Gan kemudian meningkat berkat proyek-proyek irigasinya.[1][5] Pada pertengahan abad ke-17, Batavia rawan terjangkit malaria parah karena dikelilingi oleh rawa.[5] Namun, pemerintah Hindia Belanda tidak memiliki cukup uang untuk mengeringkan rawa, karena uangnya habis dipakai untuk keperluan lain.[5]
Kapitan Phoa Beng Gan lalu mengumpulkan uang dari komunitas Cina untuk mendanai pengeringan rawa di Batavia. Ia pun memimpin sendiri proyek pengeringan rawa tersebut.[5][2][4] Ia memimpin pembangunan sebuah kanal besar untuk mengeringkan rawa di Batavia. Pembangunan kanal dimulai pada bulan Januari 1648 dan dapat diselesaikan pada akhir tahun 1648.[5]
Kanal tersebut kemudian tidak hanya mengeringkan rawa di sekitar Batavia, tetapi juga berperan penting dalam mendukung perekonomian, karena kanal tersebut menghubungkan Batavia ke Tanah Abang dan seterusnya, sehingga juga dapat difungsikan sebagai kanal transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari pinggir kota ke pusat kota Batavia.[5][4] Kanal tersebut pun disebut sebagai Bingamvaart untuk menghormati Kapitan Phoa Beng Gan.[6]
Proyek irigasi lanjutan lalu diperlukan, karena kanal tersebut mengering selama musim kemarau, sehingga tidak dapat digunakan sebagai kanal transportasi.[1][5][7] Phoa pun memperpanjang kanal tersebut, melalui jalan yang kini bernama Jl. Juanda dan Jl. Veteran di Sawah Besar, untuk memungkinkan air dari Sungai Ciliwung masuk ke kanal tersebut.[5][2][7][4]
Atas kontribusi Phoa terhadap proyek-proyek irigasi tersebut, pemerintah Hindia Belanda kemudian memberinya sebuah tanah partikelir di Tanah Abang, di mana ia kemudian membudidayakan tebu.[1][4]
Pada tahun 1661, nama kanal tersebut diubah menjadi Molenvliet, dan nama tersebut pun tetap dipakai hingga Indonesia merdeka.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f Phoa, Kian Sioe (1956). Sedjarahnja: Souw Beng Kong, Phoa Beng Gan, Oey Tamba Sia. Djakarta: Reporter. Diakses tanggal 27 September 2017.
- ^ a b c Shihab, Alwi (2004). Betawi queen of the east. Jakarta: Penerbit Republika. ISBN 9789793210056. Diakses tanggal 27 September 2017.
- ^ a b Adi, Windoro (2010). Batavia, 1740: menyisir jejak Betawi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789792254518. Diakses tanggal 27 September 2017.
- ^ a b c d e f g "Encyclopedia Jakarta". www.jakarta.go.id. Pemprov DKI Jakarta. Diakses tanggal 27 September 2017.
- ^ a b c d e f g h i j k l A. S., Marcus; Benedanto, Pax (2000). Kesastraan Melayu Tionghoa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799100795. Diakses tanggal 27 September 2017.
- ^ a b Ekspedisi Ciliwung: laporan jurnalistik Kompas : mata air, air mata. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2009. ISBN 9789797094249. Diakses tanggal 27 September 2017.
- ^ a b Setiono, Benny G. (2008). Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta: TransMedia. ISBN 9789797990527. Diakses tanggal 27 September 2017.
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Kapitan Lim Lak Ko |
Kapitan Cina Batavia 1645–1663 |
Diteruskan oleh: Kapitan Gan Djie |