Lompat ke isi

Ladang terangkat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Dalam bidang pertanian, '''ladang terangkat''' adalah ladang luas yang dibentuk di atas ketinggian agar para petani dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan, seperti misalnya untuk mencegah [[banjir]].<ref name="ladangerangkat">[http://archaeology.about.com/cs/agriculture/a/erickson1_3.htm What is Raised Field Agriculture?]</ref> Teknik ladang terangkat pertama kali digunakan sekitar 3.000 tahun yang lalu di wilayah [[Danau Titicaca]] di [[Peru]] dan [[Bolivia]], dan hasil panennya menghidupi para penduduk di tanah yang sebelumnya dianggap tidak produktif.<ref name="ladangerangkat"/> Ladang terangkat juga dapat ditemui di dataran rendah tropis dan di kalangan [[suku Mapuche]] di kawasan [[Danau Budi]].<ref>[[Tom Dillehay|Dillehay, Tom D.]]; [[Mario Pino Quivira|Pino Quivira, Mario]]; Bonzani, Renée; Silva, Claudia; Wallner, Johannes; Le Quesne, Carlos (2007) [http://www.dendrocronologia.cl/pubs/2007_Dillehay(AncientCultivatedWetlands).pdf Cultivated wetlands and emerging complexity in south-central Chile and long distance effects of climate change]. ''[[Antiquity (journal)|Antiquity]]'' 81 (2007): 949–960</ref> Teknik ladang terangkat tidak lagi digunakan sebelum atau pada masa kedatangan bangsa Spanyol.
Dalam bidang pertanian, '''ladang terangkat''' adalah ladang luas yang dibentuk di atas ketinggian agar para petani dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan, seperti misalnya untuk mencegah [[banjir]].<ref name="ladangerangkat">{{Cite web |url=http://archaeology.about.com/cs/agriculture/a/erickson1_3.htm |title=What is Raised Field Agriculture? |access-date=2018-11-22 |archive-date=2012-04-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120427172737/http://archaeology.about.com/cs/agriculture/a/erickson1_3.htm |dead-url=yes }}</ref> Teknik ladang terangkat pertama kali digunakan sekitar 3.000 tahun yang lalu di wilayah [[Danau Titicaca]] di [[Peru]] dan [[Bolivia]], dan hasil panennya menghidupi para penduduk di tanah yang sebelumnya dianggap tidak produktif.<ref name="ladangerangkat"/> Ladang terangkat juga dapat ditemui di dataran rendah tropis dan di kalangan [[suku Mapuche]] di kawasan [[Danau Budi]].<ref>[[Tom Dillehay|Dillehay, Tom D.]]; [[Mario Pino Quivira|Pino Quivira, Mario]]; Bonzani, Renée; Silva, Claudia; Wallner, Johannes; Le Quesne, Carlos (2007) [http://www.dendrocronologia.cl/pubs/2007_Dillehay(AncientCultivatedWetlands).pdf Cultivated wetlands and emerging complexity in south-central Chile and long distance effects of climate change]. ''[[Antiquity (journal)|Antiquity]]'' 81 (2007): 949–960</ref> Teknik ladang terangkat tidak lagi digunakan sebelum atau pada masa kedatangan bangsa Spanyol.


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==

Revisi terkini sejak 22 April 2023 14.31

Dalam bidang pertanian, ladang terangkat adalah ladang luas yang dibentuk di atas ketinggian agar para petani dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan, seperti misalnya untuk mencegah banjir.[1] Teknik ladang terangkat pertama kali digunakan sekitar 3.000 tahun yang lalu di wilayah Danau Titicaca di Peru dan Bolivia, dan hasil panennya menghidupi para penduduk di tanah yang sebelumnya dianggap tidak produktif.[1] Ladang terangkat juga dapat ditemui di dataran rendah tropis dan di kalangan suku Mapuche di kawasan Danau Budi.[2] Teknik ladang terangkat tidak lagi digunakan sebelum atau pada masa kedatangan bangsa Spanyol.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "What is Raised Field Agriculture?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-27. Diakses tanggal 2018-11-22. 
  2. ^ Dillehay, Tom D.; Pino Quivira, Mario; Bonzani, Renée; Silva, Claudia; Wallner, Johannes; Le Quesne, Carlos (2007) Cultivated wetlands and emerging complexity in south-central Chile and long distance effects of climate change. Antiquity 81 (2007): 949–960