Lompat ke isi

Materialisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
orientasi berubah
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(9 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
YAYA:)[[Berkas:Feuerbach Ludwig.jpg|ka|200px|jmpl|[[Ludwig Feuerbach]], [[filsuf]] [[Jerman]] yang mendukung materialisme.]]
[[Berkas:Feuerbach Ludwig.jpg|ka|200px|jmpl|[[Ludwig Feuerbach]], [[filsuf]] [[Jerman]] yang mendukung materialisme.]]
'''Materialisme''' adalah paham dalam [[filsafat]] yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar [[ada]] adalah [[materi]].<ref name="kamus">Lorens Bagus. 2000. ''Kamus Filsafat''. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 593-600</ref> Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.<ref name="kamus"/> Materi adalah satu-satunya substansi.<ref name="kamus"/> Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik.<ref name="kamus"/> Akan tetapi, materialisme berbeda dengan [[teori]] ontologis yang didasarkan pada [[dualisme]] atau [[pluralisme]].<ref name="kamus"/> Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.<ref name="Driyarkara">N. Drijarkara. 1966. ''Pertjikan Filsafat''. Jakarta: PT Pembangunan Djakarta. Hal. 57-59.</ref>
'''Materialisme''' adalah paham dalam [[filsafat]] yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar [[ada]] adalah [[materi]].<ref name="kamus">Lorens ko
. . 2000. ''Kamus Filsafat''. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 593-600</ref> Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.<ref name="kamus"/> Materi adalah satu-satunya substansi.<ref name="kamus"/> Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik.<ref name="kamus"/> Akan tetapi, materialisme berbeda dengan [[teori]] ontologis yang didasarkan pada [[dualisme]] atau [[pluralisme]].<ref name="kamus"/> Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.<ref name="Driyarkara">N. Drijarkara. 1966. ''Pertjikan Filsafat''. Jakarta: PT Pembangunan Djakarta. Hal. 57-59.</ref>


Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti [[roh]], [[hantu]], [[setan]] dan [[malaikat]].<ref name="Driyarkara"/> Pelaku-pelaku immaterial tidak ada.<ref name="Driyarkara"/> Tidak ada [[Tuhan]] atau dunia [[adikodrati]].<ref name="Driyarkara"/> Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi.<ref name="Driyarkara"/> [[Materi]] dan aktivitasnya bersifat abadi.<ref name="Driyarkara"/> Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama.<ref name="Driyarkara"/> Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal.<ref name="Driyarkara"/> Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar [[material]] primordial, [[abadi]], dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.<ref name="Driyarkara"/>
Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti [[roh]], [[hantu]], [[setan]] dan [[malaikat]].<ref name="Driyarkara"/> Pelaku-pelaku immaterial tidak ada.<ref name="Driyarkara"/> Tidak ada [[Tuhan]] atau dunia [[adikodrati]].<ref name="Driyarkara"/> Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi.<ref name="Driyarkara"/> [[Materi]] dan aktivitasnya bersifat abadi.<ref name="Driyarkara"/> Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama.<ref name="Driyarkara"/> Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal.<ref name="Driyarkara"/> Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar [[material]] primordial, [[abadi]], dalam okeee suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.<ref name="Driyarkara"/>


== Definisi materialisme ==
== Definisi materialisme ==
Baris 10: Baris 11:
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah [[Epikuros]].<ref name="P.A">P. A. van der Weij. 1988. ''Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia''. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 108-110.</ref> Ia merupakan salah satu [[filsuf]] terkemuka pada masa [[filsafat]] kuno.<ref name="P.A"/> Selain [[Epikuros]], filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah [[Demokritos]] dan [[Lucretius Carus]].<ref name="P.A"/> Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di [[Prancis]] pada masa [[pencerahan]].<ref name="P.A"/> Dua [[karangan]] [[karya]] [[La Mettrie]] yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).<ref name="P.A"/>
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah [[Epikuros]].<ref name="P.A">P. A. van der Weij. 1988. ''Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia''. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 108-110.</ref> Ia merupakan salah satu [[filsuf]] terkemuka pada masa [[filsafat]] kuno.<ref name="P.A"/> Selain [[Epikuros]], filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah [[Demokritos]] dan [[Lucretius Carus]].<ref name="P.A"/> Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di [[Prancis]] pada masa [[pencerahan]].<ref name="P.A"/> Dua [[karangan]] [[karya]] [[La Mettrie]] yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).<ref name="P.A"/>


Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang [[Baron von Holbach]] yang mengemukakan suatu materialisme [[ateisme]].<ref name="P.A"/> Materialisme [[ateisme]] serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya [[Tuhan]] secara mutlak.<ref name="Driyarkara"/> [[Jiwa]] sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi [[otak]].<ref name="P.A"/> Pada [[Abad 19]], muncul filsuf-filsuf materialisme asal [[Jerman]] seperti [[Ludwig Feuerbach|Feuerbach]], [[Moleschott]], [[Buchner]], dan [[Haeckel]].<ref name="P.A"/><ref name="story">Bryan Magee. 2008. ''The Story of Philosophy''. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 135-136.</ref> Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.<ref name="P.A"/>
Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang [[Paul Heinrich Dietrich Baron von Holbach|Baron d'Holbach]] yang mengemukakan suatu materialisme [[ateisme]].<ref name="P.A"/> Materialisme [[ateisme]] serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya [[Tuhan]] secara mutlak.<ref name="Driyarkara"/> [[Jiwa]] sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi [[otak]].<ref name="P.A"/> Pada [[Abad 19]], muncul filsuf-filsuf materialisme asal [[Jerman]] seperti [[Ludwig Feuerbach|Feuerbach]], [[Moleschott]], [[Buchner]], dan [[Haeckel]].<ref name="P.A"/><ref name="story">Bryan Magee. 2008. ''The Story of Philosophy''. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 135-136.</ref> Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.<ref name="P.A"/>


== Ciri-ciri paham materialisme ==
== Ciri-ciri paham materialisme ==
Baris 16: Baris 17:
* Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).<ref name="Driyarkara"/>
* Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).<ref name="Driyarkara"/>
* Tidak meyakini adanya [[alam]] ghaib.<ref name="Driyarkara"/>
* Tidak meyakini adanya [[alam]] ghaib.<ref name="Driyarkara"/>
* Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai [[ilmu]].<ref name="Driyarkara"/>
* Menjadikan pancaindra sebagai satu-satunya alat mencapai [[ilmu]].<ref name="Driyarkara"/>
* Memposisikan ilmu sebagai pengganti [[agama]] dalam peletakan [[hukum]].<ref name="Driyarkara"/>
* Memposisikan ilmu sebagai pengganti [[agama]] dalam peletakan [[hukum]].<ref name="Driyarkara"/>
* Menjadikan kecondongan dan tabiat [[manusia]] sebagai akhlak.<ref name="Driyarkara"/>
* Menjadikan kecondongan dan tabiat [[manusia]] sebagai akhlak.<ref name="Driyarkara"/>
Baris 26: Baris 27:
== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{Filsafat-stub}}


{{Authority control}}
[[Kategori:Filsafat]]

[[Kategori:Etika]]
[[Kategori:Materialisme| ]]
[[Kategori:Teori metafisika]]
[[Kategori:Ontologi]]


{{Filsafat-stub}}

Revisi terkini sejak 4 Mei 2023 02.48

Ludwig Feuerbach, filsuf Jerman yang mendukung materialisme.

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi.[1] Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.[1] Materi adalah satu-satunya substansi.[1] Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik.[1] Akan tetapi, materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme.[1] Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.[2]

Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan dan malaikat.[2] Pelaku-pelaku immaterial tidak ada.[2] Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati.[2] Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi.[2] Materi dan aktivitasnya bersifat abadi.[2] Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama.[2] Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal.[2] Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam okeee suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.[2]

Definisi materialisme

[sunting | sunting sumber]

Kata "materialisme" terdiri dari kata "materi" dan "isme".[1] "Materi" dapat dipahami sebagai "bahan; benda; segala sesuatu yang tampak".[3] "Materialisme" adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.[3] Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai "materialis".[3] Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb).[3]

Tokoh dan karya tentang materialisme

[sunting | sunting sumber]

Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros.[4] Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno.[4] Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus.[4] Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan.[4] Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).[4]

Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron d'Holbach yang mengemukakan suatu materialisme ateisme.[4] Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak.[2] Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.[4] Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel.[4][5] Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.[4]

Ciri-ciri paham materialisme

[sunting | sunting sumber]

Setidaknya ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini:[2]

  • Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).[2]
  • Tidak meyakini adanya alam ghaib.[2]
  • Menjadikan pancaindra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.[2]
  • Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.[2]
  • Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.[2]
  • adalah sebuah paham garis pemikiran, dimana manusia sebagai nara sumber dan juga sebagai resolusi dari tindakan yang sudah ada dengan jalan dialetis.

Kritik terhadap materialisme

[sunting | sunting sumber]

Salah satu kritik terhadap paham materialisme dikemukakan oleh aliran filsafat eksistensialisme.[2] Materialisme mengajarkan bahwa manusia pada akhirnya adalah thing, benda, sama seperti benda-benda lainnya.[2] Bukan berarti bahwa manusia sama dengan pohon, kerbau, atau meja, sebab manusia dipandang lebih unggul.[2] Akan tetapi, secara mendasar manusia dipandang hanya sebagai materi, yakni hasil dari proses-proses unsur kimia.[2] Filsafat eksistensialisme memberikan kritik terhadap pandangan seperti ini.[2] Cara pandang paham materialisme seperti ini mereduksi totalitas manusia.[2] Manusia dilihat hanya menurut hukum-hukum alam, kimia, dan biologi, sehingga seolah sama seperti hewan, tumbuhan, dan benda lain.[2] Padahal manusia memiliki kompleksitas dirinya yang tak dapat diukur, misalnya saja ketika berhadapan dengan momen-momen eksistensial seperti pengambilan keputusan, kecemasan, takut, dan sebagainya.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f Lorens ko . . 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 593-600
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x N. Drijarkara. 1966. Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan Djakarta. Hal. 57-59.
  3. ^ a b c d Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm. 946.
  4. ^ a b c d e f g h i P. A. van der Weij. 1988. Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 108-110.
  5. ^ Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 135-136.