Masjid Pathok Negoro Nurul Huda: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Masjid di Yogyakarta menggunakan HotCat
Xqbot (bicara | kontrib)
k Bot: Memperbaiki pengalihan ganda ke Masjid Pathok Negara Nurul Huda Dongkelan
Tag: Perubahan target pengalihan Pengembalian manual
 
(6 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Masjid Pathok Negara Nurul Huda Dongkelan]]
'''Masjid Nurul Huda''' adalah sebuah [[masjid]] yang berlokasi di Dongkalen, Kauman, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kab. Bantul. luas bangunan masjid adalah 100 m². Masjid ini berdiri kokoh di atas sebidang tanah seluas 1000 m² yang merupakan tanah putih atau milik keraton. bagian serambi luasnya 7 x 14 m dan ruang utama seluas 10 x 10 m. Ruang perpustakaan seluas 2,5 x 13 m yang semula adalah ruang pawestren di sisi selatan masjid. Halaman seluas 10 x 14 m dan di sisi utara terdapat pawestren dengan luas 2,5 x 13 m. Masjid ini di lengkapi dengan 2 tempat wudhu, masing-masing berukuran 4 x 5 m.<ref name=":0">{{Cite book|title=Majid bersejarah Daerah Istimewa Yogyakarta|last=Hamzah|first=Slamet dkk.|publisher=Kantor Wilayah Departemen Agama|year=2007|isbn=|location=Yogyakarta|page=}}</ref>

== '''Sejarah Berdiri''' ==
Masjid ini dibangun karena jasa [[Kyai Syihabuddin I]] yang menjadi Panglima Kraton sewaktu perang melawan [[Belanda]] karena kekeliruan menandatangani Perjanjian Giyanti. Setelah memenangkan perang, Kyai Syihabuddin yang terkenal dengan [[Kyai Dongkol]] mohon izin untuk mendirikan Masjid. Namun oleh keraton diizinkan mendirikan masjid setelah melewati sungai. Karena sebelumnya Kyai Dongkol bertempat tinggal di daerah Jarakan Panggungharjo Sewon (sekarang) maka Kyai Dongkol menyeberang sungai Winongo untuk mendirikan Masjid pada Tahun 1775, dengan nama masjid Dongkelan. <ref name=":0" />

=== Proses Pembangunan ===
Pada saat [[perang Diponegoro]], masjid ini dulu dibakar habis oleh Belanda yang tersisa tinggal ompak batunya saja. Tahun 1901 masjid ini direhab sehingga bentuk dan gaya arsitekturnya seragam dengan masjid-masjid Pathok nagari yang lain. Pada tahun ini dibuat Bedug yang sampai sekarang masih terawat dengan rapi.

Tahun 1948, kembali dilakukan rehab. Diajukanlah surat ke Keraton untuk meminta kayu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan. Izin diberikan oleh Keraton supaya mencari di okasi jalan Bantul. Sempat terjadi Ketegangan dengan pihak perhutani yang mencoba melarang panitia untuk mengambil kayu, namun akhirnya diperbolehkan dengan catatan secukupnya.

Pada saat Kanwil Depag DIY melakukan pendataan masid pada tahun 1972, sejak itulah masjid ini diberi nama Majid Nurul Huda. Pada tahun ini, lantai masjid diganti dengan tegel sedangkan sebelumnya menggunakan jubin biasa.

Tahun 1985, gentingnya diganti dengan genteng Kebumen untuk masjid bagian dalam sementara sebelumnya menggunakan genteng plentong. Tahun 1989, semua genteng masjid diganti dengan gneteng Kebumen.

Layaknya bnagunan masjid-masjid yang memiliki hubungan erat dengan keraton, di bagian depan dan kanan kiri masjid terdapat blumbang. Demikian juga dengan Masjid Nurul Huda. Namun pada tahun 1989, blumbang ini ditutup dan kebutuhan untuk wudhu dipenuhi dengan membangun pancuran.

== Referensi ==
<references />

[[Kategori:Masjid di Yogyakarta]]

Revisi terkini sejak 3 Juni 2023 22.54