Lompat ke isi

Kontrol semu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dian (WMID) (bicara | kontrib)
k fix
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
'''Kontrol semu''' atau '''ilusi kontrol''' ('''''illusion of control''''') merupakan kecenderungan seseorang untuk meyakini memiliki kemampuan mempengaruhi hasil yang berada di luar jangkauan misalnya, pengaruh yang dirasakan atas hasil yang sebagian besar ditentukan oleh kebetulan.<ref>{{Cite journal|last=Fast|first=Nathanael J.|last2=Gruenfeld|first2=Deborah H|last3=Sivanathan|first3=Niro|last4=Galinsky|first4=Adam D.|date=2009-04|title=Illusory Control: A Generative Force Behind Power's Far-Reaching Effects|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1111/j.1467-9280.2009.02311.x|journal=Psychological Science|language=en|volume=20|issue=4|pages=502–508|doi=10.1111/j.1467-9280.2009.02311.x|issn=0956-7976}}</ref> Istilah ini dicetuskan oleh [[Ellen Langer]], seorang [[Psikologi|psikolog]] asal [[Amerika Serikat]]. Kontrol semu dianggap berperan dalam bertumbuhnya kepercayaan terhadap [[takhayul]], perilaku [[perjudian]], dan [[paranormal]]. Mengenakan sesuatu yang dianggap dapat "membawa" keberuntungan juga merupakan salah satu bentuk dari kontrol semu.<ref>{{Cite web|title=What Is the Illusion of Control?|url=https://www.verywellmind.com/what-is-the-illusion-of-control-5198406|website=Verywell Mind|language=en|access-date=2022-04-16}}</ref>

{{Yatim|Oktober 2022}}
'''Kontrol semu''' atau '''ilusi kontrol''' ([[Bahasa Inggris|bahasa Inggris:]] ''illusion of control'') merupakan kecenderungan seseorang untuk meyakini memiliki kemampuan mempengaruhi hasil yang berada di luar jangkauan misalnya, pengaruh yang dirasakan atas hasil yang sebagian besar ditentukan oleh kebetulan.<ref>{{Cite journal|last=Fast|first=Nathanael J.|last2=Gruenfeld|first2=Deborah H|last3=Sivanathan|first3=Niro|last4=Galinsky|first4=Adam D.|date=2009-04|title=Illusory Control: A Generative Force Behind Power's Far-Reaching Effects|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1111/j.1467-9280.2009.02311.x|journal=Psychological Science|language=en|volume=20|issue=4|pages=502–508|doi=10.1111/j.1467-9280.2009.02311.x|issn=0956-7976}}</ref> Istilah ini dicetuskan oleh [[Ellen Langer]], seorang [[Psikologi|psikolog]] asal [[Amerika Serikat]]. Kontrol semu dianggap berperan dalam bertumbuhnya kepercayaan terhadap [[takhayul]], perilaku [[perjudian]], dan [[paranormal]]. Mengenakan sesuatu yang dianggap dapat "membawa" keberuntungan juga merupakan salah satu bentuk dari kontrol semu.<ref>{{Cite web|title=What Is the Illusion of Control?|url=https://www.verywellmind.com/what-is-the-illusion-of-control-5198406|website=Verywell Mind|language=en|access-date=2022-04-16}}</ref>


== Demonstrasi ==
== Demonstrasi ==
Baris 5: Baris 8:


=== Observasi perilaku dalam permainan ===
=== Observasi perilaku dalam permainan ===
Ellen Langer melakukan studi program kontrol semu pertama yaitu mengenai observasi perilaku dalam permainan. Pendekatan ini bertujuan untuk meneliti persepsi masyarakat mengenai kemungkinan untuk meraih hasil yang diinginkan ketika berada dalam kondisi yang melibatkan kebetulan dan disertai dengan elemen keterampilan.<ref name=":0">{{Cite book|date=2004|url=http://archive.org/details/cognitiveillusio0000unse|title=Cognitive illusions : a handbook on fallacies and biases in thinking, judgement and memory|publisher=New York, NY : Psychology Press|isbn=978-1-84169-351-4|others=Internet Archive}}</ref> Dalam penelitiannya, beberapa orang diizinkan untuk memilih tiket [[lotre]] mereka sendiri, dan yang lain mendapatkan tiket yang dipilihkan untuk mereka. Kemudian, semua peserta diberi kesempatan untuk menukarkan tiket mereka dengan satu [[lotre]] yang menurut mereka memiliki peluang menang lebih besar. Peserta yang telah memilih nomor tiket lotre sendiri cenderung tidak memilih untuk menukar tiket. Mereka beranggapan bahwa memilih tiket sendiri meningkatkan peluang untuk menang.<ref name=":2" /> Melalui tindakan memilih tiket sendiri, partisipan merasa memiliki kendali atas hasil [[lotre|lotre.]]<ref name=":1">{{Cite journal|last=Thompson|first=Suzanne C.|date=1999|title=Illusions of Control: How We Overestimate Our Personal Influence|url=https://www.jstor.org/stable/20182602|journal=Current Directions in Psychological Science|volume=8|issue=6|pages=187–190|issn=0963-7214}}</ref>
Ellen Langer melakukan studi program kontrol semu pertama yaitu mengenai observasi perilaku dalam permainan. Pendekatan ini bertujuan untuk meneliti persepsi masyarakat mengenai kemungkinan untuk meraih hasil yang diinginkan ketika berada dalam kondisi yang melibatkan kebetulan dan disertai dengan elemen keterampilan.<ref name=":0">{{Cite book|date=2004|url=http://archive.org/details/cognitiveillusio0000unse|title=Cognitive illusions : a handbook on fallacies and biases in thinking, judgement and memory|publisher=New York, NY : Psychology Press|isbn=978-1-84169-351-4|others=Internet Archive}}</ref> Dalam penelitiannya, beberapa orang diizinkan untuk memilih tiket [[lotre]] mereka sendiri, dan yang lain mendapatkan tiket yang dipilihkan untuk mereka. Kemudian, semua peserta diberi kesempatan untuk menukarkan tiket mereka dengan satu [[lotre]] yang menurut mereka memiliki peluang menang lebih besar. Peserta yang telah memilih nomor tiket lotre sendiri cenderung tidak memilih untuk menukar tiket. Mereka beranggapan bahwa memilih tiket sendiri meningkatkan peluang untuk menang.<ref name=":2" /> Melalui tindakan memilih tiket sendiri, partisipan merasa memiliki kendali atas hasil [[lotre]].<ref name=":1">{{Cite journal|last=Thompson|first=Suzanne C.|date=1999|title=Illusions of Control: How We Overestimate Our Personal Influence|url=https://www.jstor.org/stable/20182602|journal=Current Directions in Psychological Science|volume=8|issue=6|pages=187–190|issn=0963-7214}}</ref>


=== Eksperimen laboratorium ===
=== Eksperimen laboratorium ===
Alloy dan Abramson (1979) memperluas studi tentang kontrol semu dengan memanipulasi faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol semu dan mengukur penilaian kontrol partisipan. Dalam penelitian mereka, para partisipan mencoba menyalakan lampu dengan menekan sebuah tombol. Para partisipan diberitahu bahwa tombol mungkin dapat mengontrol lampu, tetapi, pada kenyataannya, tidak ada hubungan antara tindakan peserta dengan lampu yang menyala. Lampu diprogram untuk menyala 25% atau 75% dari percobaan. Namun, ketika lampu menyala lebih sering (75%), asumsi kontrol pribadi atas timbulnya lampu lebih tinggi.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
Alloy dan Abramson (1979) memperluas studi tentang kontrol semu dengan memanipulasi faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol semu dan mengukur penilaian kontrol partisipan. Dalam penelitian mereka, para partisipan mencoba menyalakan lampu dengan menekan sebuah tombol. Para partisipan diberitahu bahwa tombol mungkin dapat mengontrol lampu, tetapi, pada kenyataannya, tidak ada hubungan antara tindakan peserta dengan lampu yang menyala. Lampu diprogram untuk menyala 25% atau 75% dari percobaan. Namun, ketika lampu menyala lebih sering (75%), asumsi kontrol pribadi atas timbulnya lampu lebih tinggi.<ref name=":0" /><ref name=":1" />


=== Perilaku yang dilaporkan sendiri ===
=== Perilaku yang dilaporkan sendiri ===
Demonstrasi ketiga melalui laporan perilaku yang dilakukan oleh partisipan. Misalnya, McKenna (1993) menggunakan isu keselamatan mengemudi dengan meminta partisipan untuk menilai kemungkinan terjadinya kecelakaan di jalan dengan keterlibatan mereka sebagai [[penumpang]] atau [[pengemudi]].<ref name=":2">{{Cite journal|last=Langer|first=Ellen J.|date=1975|title=The illusion of control.|url=https://doi.org/10.1037/0022-3514.32.2.311|journal=Journal of Personality and Social Psychology|language=en|volume=32|issue=2|pages=311–328|doi=10.1037/0022-3514.32.2.311|issn=0022-3514}}</ref> Partisipan beranggapan bahwa kemungkinan kecelakaan lebih rendah ketika mereka menjadi pengemudi. [[Skenario]] tinggi dan rendahnya kontrol pengemudi akan kecelakaan digunakan dalam studi kasus kedua. Melalui studi kasus tersebut, partisipan menilai bahwa dengan kontrol pengemudi yang tinggi (misalnya, ketika mengemudikan kendaraan di belakang mobil lain) dapat menghindari kecelakaan, dibandingkan dengan kontrol pengemudi yang rendah (misalnya, ditabrak dari belakang).<ref name=":0" />
Demonstrasi ketiga melalui laporan perilaku yang dilakukan oleh partisipan. Misalnya, McKenna (1993) menggunakan isu keselamatan mengemudi dengan meminta partisipan untuk menilai kemungkinan terjadinya kecelakaan di jalan dengan keterlibatan mereka sebagai [[penumpang]] atau [[pengemudi]].<ref name=":2">{{Cite journal|last=Langer|first=Ellen J.|date=1975|title=The illusion of control.|url=https://doi.org/10.1037/0022-3514.32.2.311|journal=Journal of Personality and Social Psychology|language=en|volume=32|issue=2|pages=311–328|doi=10.1037/0022-3514.32.2.311|issn=0022-3514}}</ref> Partisipan beranggapan bahwa kemungkinan kecelakaan lebih rendah ketika mereka menjadi pengemudi. [[Skenario]] tinggi dan rendahnya kontrol pengemudi akan kecelakaan digunakan dalam studi kasus kedua. Melalui studi kasus tersebut, partisipan menilai bahwa dengan kontrol pengemudi yang tinggi (misalnya, ketika mengemudikan kendaraan di belakang mobil lain) dapat menghindari kecelakaan, dibandingkan dengan kontrol pengemudi yang rendah (misalnya, ditabrak dari belakang).<ref name=":0" />


== Faktor penyebab ==
== Faktor penyebab ==
Melalui penelitian, tercatat tidak semua orang melebihkan kendali mereka. Kontrol semu atau ilusi kontrol terjadi pada orang-orang yang mengalami dan memiliki beberapa faktor situasional yang mempengaruhi pola pikir mereka. Faktor situasional tersebut meliputi keterlibatan secara pribadi, keakraban atau kesan yang familiar, pengetahuan sebelumnya mengenai hasil yang diinginkan, dan keberhasilan dalam memecahkan masalah.<ref name=":1" />
Melalui penelitian, tercatat tidak semua orang melebihkan kendali mereka. Kontrol semu atau ilusi kontrol terjadi pada orang-orang yang mengalami dan memiliki beberapa faktor situasional yang mempengaruhi pola pikir mereka. Faktor situasional tersebut meliputi keterlibatan secara pribadi, keakraban atau kesan yang familiar, pengetahuan sebelumnya mengenai hasil yang diinginkan, dan keberhasilan dalam memecahkan masalah.<ref name=":1" />


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />



[[Kategori:Kontrol semu| ]]
[[Kategori:Kontrol semu| ]]
[[Kategori:Ilusi ]]
[[Kategori:Ilusi]]
[[Kategori: Bias kognitif]]
[[Kategori:Bias kognitif]]
[[Kategori:Psikologi]]
[[Kategori:Psikologi]]

Revisi terkini sejak 12 Juni 2023 05.19


Kontrol semu atau ilusi kontrol (bahasa Inggris: illusion of control) merupakan kecenderungan seseorang untuk meyakini memiliki kemampuan mempengaruhi hasil yang berada di luar jangkauan misalnya, pengaruh yang dirasakan atas hasil yang sebagian besar ditentukan oleh kebetulan.[1] Istilah ini dicetuskan oleh Ellen Langer, seorang psikolog asal Amerika Serikat. Kontrol semu dianggap berperan dalam bertumbuhnya kepercayaan terhadap takhayul, perilaku perjudian, dan paranormal. Mengenakan sesuatu yang dianggap dapat "membawa" keberuntungan juga merupakan salah satu bentuk dari kontrol semu.[2]

Demonstrasi

[sunting | sunting sumber]

Kontrol semu ditunjukkan melalui tiga demonstrasi berbeda: 1) observasi perilaku dalam permainan, 2) eksperimen laboratorium, dan 3) laporan diri tentang perilaku dunia nyata.

Observasi perilaku dalam permainan

[sunting | sunting sumber]

Ellen Langer melakukan studi program kontrol semu pertama yaitu mengenai observasi perilaku dalam permainan. Pendekatan ini bertujuan untuk meneliti persepsi masyarakat mengenai kemungkinan untuk meraih hasil yang diinginkan ketika berada dalam kondisi yang melibatkan kebetulan dan disertai dengan elemen keterampilan.[3] Dalam penelitiannya, beberapa orang diizinkan untuk memilih tiket lotre mereka sendiri, dan yang lain mendapatkan tiket yang dipilihkan untuk mereka. Kemudian, semua peserta diberi kesempatan untuk menukarkan tiket mereka dengan satu lotre yang menurut mereka memiliki peluang menang lebih besar. Peserta yang telah memilih nomor tiket lotre sendiri cenderung tidak memilih untuk menukar tiket. Mereka beranggapan bahwa memilih tiket sendiri meningkatkan peluang untuk menang.[4] Melalui tindakan memilih tiket sendiri, partisipan merasa memiliki kendali atas hasil lotre.[5]

Eksperimen laboratorium

[sunting | sunting sumber]

Alloy dan Abramson (1979) memperluas studi tentang kontrol semu dengan memanipulasi faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol semu dan mengukur penilaian kontrol partisipan. Dalam penelitian mereka, para partisipan mencoba menyalakan lampu dengan menekan sebuah tombol. Para partisipan diberitahu bahwa tombol mungkin dapat mengontrol lampu, tetapi, pada kenyataannya, tidak ada hubungan antara tindakan peserta dengan lampu yang menyala. Lampu diprogram untuk menyala 25% atau 75% dari percobaan. Namun, ketika lampu menyala lebih sering (75%), asumsi kontrol pribadi atas timbulnya lampu lebih tinggi.[3][5]

Perilaku yang dilaporkan sendiri

[sunting | sunting sumber]

Demonstrasi ketiga melalui laporan perilaku yang dilakukan oleh partisipan. Misalnya, McKenna (1993) menggunakan isu keselamatan mengemudi dengan meminta partisipan untuk menilai kemungkinan terjadinya kecelakaan di jalan dengan keterlibatan mereka sebagai penumpang atau pengemudi.[4] Partisipan beranggapan bahwa kemungkinan kecelakaan lebih rendah ketika mereka menjadi pengemudi. Skenario tinggi dan rendahnya kontrol pengemudi akan kecelakaan digunakan dalam studi kasus kedua. Melalui studi kasus tersebut, partisipan menilai bahwa dengan kontrol pengemudi yang tinggi (misalnya, ketika mengemudikan kendaraan di belakang mobil lain) dapat menghindari kecelakaan, dibandingkan dengan kontrol pengemudi yang rendah (misalnya, ditabrak dari belakang).[3]

Faktor penyebab

[sunting | sunting sumber]

Melalui penelitian, tercatat tidak semua orang melebihkan kendali mereka. Kontrol semu atau ilusi kontrol terjadi pada orang-orang yang mengalami dan memiliki beberapa faktor situasional yang mempengaruhi pola pikir mereka. Faktor situasional tersebut meliputi keterlibatan secara pribadi, keakraban atau kesan yang familiar, pengetahuan sebelumnya mengenai hasil yang diinginkan, dan keberhasilan dalam memecahkan masalah.[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Fast, Nathanael J.; Gruenfeld, Deborah H; Sivanathan, Niro; Galinsky, Adam D. (2009-04). "Illusory Control: A Generative Force Behind Power's Far-Reaching Effects". Psychological Science (dalam bahasa Inggris). 20 (4): 502–508. doi:10.1111/j.1467-9280.2009.02311.x. ISSN 0956-7976. 
  2. ^ "What Is the Illusion of Control?". Verywell Mind (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-16. 
  3. ^ a b c Cognitive illusions : a handbook on fallacies and biases in thinking, judgement and memory. Internet Archive. New York, NY : Psychology Press. 2004. ISBN 978-1-84169-351-4. 
  4. ^ a b Langer, Ellen J. (1975). "The illusion of control". Journal of Personality and Social Psychology (dalam bahasa Inggris). 32 (2): 311–328. doi:10.1037/0022-3514.32.2.311. ISSN 0022-3514. 
  5. ^ a b c Thompson, Suzanne C. (1999). "Illusions of Control: How We Overestimate Our Personal Influence". Current Directions in Psychological Science. 8 (6): 187–190. ISSN 0963-7214.