Lompat ke isi

Nani Zulminarni: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti kategori Tokoh perempuan Indonesia dengan Wanita Indonesia
k fix
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Desember 2022}}
'''Nani Zulminarni''' ({{lahirmati|[[Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|10|9|1962}}) adalah seorang aktivis perempuan Indonesia yang banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan perempuan.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://mediaindonesia.com/read/detail/105178-nani-zulminarni-memperjuangkan-kemandirian-janda|title=Nani Zulminarni Memperjuangkan Kemandirian Janda|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2017-05-18|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2020-06-02}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/koran/leasure/15/03/10/nkzqg613-nani-zulminarni-mencetak-perempuan-pekerja-mandiri|title=Nani Zulminarni, Mencetak Perempuan Pekerja Mandiri|date=2015-03-10|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-02}}</ref> Ia merupakan pendiri lembaga Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).

'''Nani Zulminarni''' ({{lahirmati|[[Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|10|9|1962}}) adalah seorang aktivis perempuan Indonesia yang banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan perempuan.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://mediaindonesia.com/read/detail/105178-nani-zulminarni-memperjuangkan-kemandirian-janda|title=Nani Zulminarni Memperjuangkan Kemandirian Janda|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2017-05-18|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2020-06-02}}</ref><ref name=":3">{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/koran/leasure/15/03/10/nkzqg613-nani-zulminarni-mencetak-perempuan-pekerja-mandiri|title=Nani Zulminarni, Mencetak Perempuan Pekerja Mandiri|date=2015-03-10|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-02}}</ref> Ia merupakan pendiri lembaga Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).


== Masa muda ==
== Masa muda ==
Nani Zulminarni sejak muda sudah menjadi perempuan yang mandiri. Sejak SMA, Ia sudah terbiasa tinggal jauh dari orang tua, tepatnya ketika ia duduk di bangku pesantren.<ref name=":0" /> Berkat ketekunan dan prestasinya, Nani mendapatkan beasiswa berkuliah di Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Peikanan [[Institut Pertanian Bogor]]. Di IPB, ia tertarik mengikuti acara-acara kegamaan yang saat itu mulai marak. Nani mencoba mula mendalami agama sehingga dengan tekad yang sungguh-sungguh ia memutuskan untuk berjilbab.<ref name=":4">{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/163614179|title=Jejak air : biografi politik Nani Zulminarni|last=Puthut E. A., 1977-|date=2007|publisher=Insist Press|isbn=979-3457-82-1|oclc=163614179}}</ref>
Nani Zulminarni sejak muda sudah menjadi perempuan yang mandiri. Sejak SMA, Ia sudah terbiasa tinggal jauh dari orang tua, tepatnya ketika ia duduk di bangku pesantren.<ref name=":3"/> Berkat ketekunan dan prestasinya, Nani mendapatkan beasiswa berkuliah di Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Peikanan [[Institut Pertanian Bogor]]. Di IPB, ia tertarik mengikuti acara-acara kegamaan yang saat itu mulai marak. Nani mencoba mula mendalami agama sehingga dengan tekad yang sungguh-sungguh ia memutuskan untuk berjilbab.<ref name=":4">{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/163614179|title=Jejak air : biografi politik Nani Zulminarni|last=Puthut E. A., 1977-|date=2007|publisher=Insist Press|isbn=979-3457-82-1|oclc=163614179}}</ref>


== Awal karier ==
== Awal karier ==
Nani menyelesaikan kuliahnya di IPB pada tahun 1985. Dengan bekal sarjana, ia mencoba melamar kerja. Tetapi, setiap lamarannya ditolak hanya karena dirinya mengenakan jilbab. Pada zaman itu, jilbab dilarang di Indonesia. Sebenarnya ada perusahaan yang mau menerimanya, tetapi syaratnya ia harus mau melepas jilbab. Nani memilih tetap dengan keyakinannya. Akhirnya, ia memilih bekerja serabutan seperti mengajar dan memberi les kepada anak-anak di Bogor.<ref name=":4" />
Nani menyelesaikan kuliahnya di IPB pada tahun 1985. Dengan bekal sarjana, ia mencoba melamar kerja. Tetapi, setiap lamarannya ditolak hanya karena dirinya mengenakan jilbab. Pada zaman itu, jilbab dilarang di Indonesia. Sebenarnya ada perusahaan yang mau menerimanya, tetapi syaratnya ia harus mau melepas jilbab. Nani memilih tetap dengan keyakinannya. Akhirnya, ia memilih bekerja serabutan seperti mengajar dan memberi les kepada anak-anak di Bogor.<ref name=":4" />


Setelah penolakan demi penolakan, ia memasukkan lowongan kerja ke Pusat Pengembangan Agrobisnis (PPA).<ref name=":4" /> Kebetulan kebanyakan pengurus PPA adalah lulusan IPB yang tidak mempermasalahkan pemakaian jilbab. Nani akhirnya diterima bekerja di PPA dan diminta menjadi salah seorang pendamping lapangan di Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita (PPSW) yang masih baru didirikan.<ref name=":0" /> Tugasnya mengembangkan kegiatan pertanian dan simpan pinjam. Daerah penugasannya yakni para petani perempuan di wilayah Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1995, Nani mendapat kepercayaan untuk menjadi Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita.<ref name=":1" /><ref name=":4" />
Setelah penolakan demi penolakan, ia memasukkan lowongan kerja ke Pusat Pengembangan Agrobisnis (PPA).<ref name=":4" /> Kebetulan kebanyakan pengurus PPA adalah lulusan IPB yang tidak mempermasalahkan pemakaian jilbab. Nani akhirnya diterima bekerja di PPA dan diminta menjadi salah seorang pendamping lapangan di Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita (PPSW) yang masih baru didirikan.<ref name=":3"/> Tugasnya mengembangkan kegiatan pertanian dan simpan pinjam. Daerah penugasannya yakni para petani perempuan di wilayah Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1995, Nani mendapat kepercayaan untuk menjadi Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita.<ref name=":1" /><ref name=":4" />


== Sebagai pendiri PEKKA ==
== Sebagai pendiri PEKKA ==
Memasuki tahun 2000, ia mulai merintis Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga atau yang populer dengan singkatan PEKKA. Lembaga ini didirikannya dengan tujuan pemberdayaan para perempuan janda kepala keluarga atau ''[[female headed households]].'' Saat mendirikan PEKKA, kebetulan ia sedang diuji dengan perceraian. Nani harus menyandang status janda dan menanggung kesulitan ekonomi untuk membesarkan tiga orang anaknya. Meskipun begitu, ia tetap semangat mengembangkan PEKKA. Bahkan, ia semakin terpecut untuk mengembangkan PEKKA ketika suatu hari melihat kehidupan janda di wilayah konflik.<ref name=":1" />
Memasuki tahun 2000, ia mulai merintis Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga atau yang populer dengan singkatan PEKKA. Lembaga ini didirikannya dengan tujuan pemberdayaan para perempuan janda kepala keluarga atau ''[[female headed households]].'' Saat mendirikan PEKKA, kebetulan ia sedang diuji dengan perceraian. Nani harus menyandang status janda dan menanggung kesulitan ekonomi untuk membesarkan tiga orang anaknya. Meskipun begitu, ia tetap semangat mengembangkan PEKKA. Bahkan, ia semakin terpecut untuk mengembangkan PEKKA ketika suatu hari melihat kehidupan janda di wilayah konflik.<ref name=":1" />


Perempuan di Pekka mayoritas merupakan janda yang terpaksa menjadi kepala keluarga untuk membesarkan anak-anaknya. Mereka menjanda karena berbagai alasan, seperti suami telah meninggal dunia atau pergi tanpa pamit dan menikah lagi dengan wanita lain. Tidak hanya para janda, ada juga perempuan yang masih berstatus sendiri tetapi harus bekerja karena alasan ekonomi. Ada pula perempuan yang masih memiliki suami, namun penghasilannya tidak mencukupi keperluan rumah tangga sehingga memaksa para istri bekerja demi menambah pemasukan.<ref name=":3">{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/koran/leasure/15/03/10/nkzqg613-nani-zulminarni-mencetak-perempuan-pekerja-mandiri|title=Nani Zulminarni, Mencetak Perempuan Pekerja Mandiri|date=2015-03-10|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-02}}</ref>
Perempuan di Pekka mayoritas merupakan janda yang terpaksa menjadi kepala keluarga untuk membesarkan anak-anaknya. Mereka menjanda karena berbagai alasan, seperti suami telah meninggal dunia atau pergi tanpa pamit dan menikah lagi dengan wanita lain. Tidak hanya para janda, ada juga perempuan yang masih berstatus sendiri tetapi harus bekerja karena alasan ekonomi. Ada pula perempuan yang masih memiliki suami, namun penghasilannya tidak mencukupi keperluan rumah tangga sehingga memaksa para istri bekerja demi menambah pemasukan.<ref name=":3"/>


Ketika awal membangun PEKKA, Nani tak pernah membayangkan kalau organisasinya bakal berumur panjang dan tumbuh besar. Pada tahun pertama, Pekka hanya ada di empat provinsi, yakni Jawa Barat, Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Tenggara. Untuk membantunya, ia merekrut teman-temannya yang berusia muda menjadi fasilitator lapangan.<ref name=":1" />
Ketika awal membangun PEKKA, Nani tak pernah membayangkan kalau organisasinya bakal berumur panjang dan tumbuh besar. Pada tahun pertama, Pekka hanya ada di empat provinsi, yakni Jawa Barat, Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Tenggara. Untuk membantunya, ia merekrut teman-temannya yang berusia muda menjadi fasilitator lapangan.<ref name=":1" />


Saat ini, Pekka memiliki lebih dari 50 ribu anggota di 20 provinsi. Jumlah anggota yang aktif mencapai 30 ribu orang.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://koran-sindo.com/page/news/2015-10-13/6/1|title=24% Keluarga Dikepalai Perempuan|website=KORAN SINDO|language=en|access-date=2020-06-02}}</ref> Anggota-anggota tersebut direkrut melalui proses bertingkat.<ref name=":1" />
Saat ini, Pekka memiliki lebih dari 50 ribu anggota di 20 provinsi. Jumlah anggota yang aktif mencapai 30 ribu orang.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://koran-sindo.com/page/news/2015-10-13/6/1|title=24% Keluarga Dikepalai Perempuan|website=KORAN SINDO|language=en|access-date=2020-06-02}}{{Pranala mati|date=Agustus 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Anggota-anggota tersebut direkrut melalui proses bertingkat.<ref name=":1" />
Awalnya, program yang ia buat di PEKKA hanya berfokus pada simpan-pinjam. Tetapi, dalam perjalanannya ternyata ditemukan bahwa banyak ibu yang mengemukakan berbagai permasalahan hukum, seperti perkawinan yang tidak tercatat, anak-anak yang belum memiliki akta kelahiran, dll. Oleh karena hal tersebut, PEKKA membuat program pemberdayaan hukum dan juga program di bidang pendidikan karena banyak yang buta huruf dan anak-anak putus sekolah.
Awalnya, program yang ia buat di PEKKA hanya berfokus pada simpan-pinjam. Tetapi, dalam perjalanannya ternyata ditemukan bahwa banyak ibu yang mengemukakan berbagai permasalahan hukum, seperti perkawinan yang tidak tercatat, anak-anak yang belum memiliki akta kelahiran, dll. Oleh karena hal tersebut, PEKKA membuat program pemberdayaan hukum dan juga program di bidang pendidikan karena banyak yang buta huruf dan anak-anak putus sekolah.
Sekarang ini PEKKA juga telah memiliki banyak program, salah satunya adalah kegiatan PEKKA Perintis bekerja sama dengan [[Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia|Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak]]. Bentuk kerja samanya adalah menemukan perempuan-perempuan kepala keluarga yang telah berkarya nyata di masyarakat di berbagai daerah di 34 provinsi.
Sekarang ini PEKKA juga telah memiliki banyak program, salah satunya adalah kegiatan PEKKA Perintis bekerja sama dengan [[Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia|Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak]]. Bentuk kerja samanya adalah menemukan perempuan-perempuan kepala keluarga yang telah berkarya nyata di masyarakat di berbagai daerah di 34 provinsi.


Baris 24: Baris 26:
* Inspiring Woman Award pada tahun 2008<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-1056744/pks-inspiring-woman-award-ini-bukan-kompetisi|title=PKS: Inspiring Woman Award Ini Bukan Kompetisi|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-06-02}}</ref>
* Inspiring Woman Award pada tahun 2008<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-1056744/pks-inspiring-woman-award-ini-bukan-kompetisi|title=PKS: Inspiring Woman Award Ini Bukan Kompetisi|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-06-02}}</ref>
* Sarinah Award pada tahun 2014<ref>{{Cite web|url=https://nasional.sindonews.com/berita/941127/149/10-perempuan-raih-sarinah-award|title=10 Perempuan Raih Sarinah Award|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2020-06-02}}</ref>
* Sarinah Award pada tahun 2014<ref>{{Cite web|url=https://nasional.sindonews.com/berita/941127/149/10-perempuan-raih-sarinah-award|title=10 Perempuan Raih Sarinah Award|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2020-06-02}}</ref>
* Global Fairness Award pada tahun 2014<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|url=https://www.globalfairness.org/about-gfi/news-reports/latest-news/146-press-release-2014-fairness-award-november-24th|title=Press Release: 2014 Fairness Award November 24th - Global Fairness Initiative|website=www.globalfairness.org|access-date=2020-06-02}}</ref>
* Global Fairness Award pada tahun 2014<ref name=":3"/><ref>{{Cite web|url=https://www.globalfairness.org/about-gfi/news-reports/latest-news/146-press-release-2014-fairness-award-november-24th|title=Press Release: 2014 Fairness Award November 24th - Global Fairness Initiative|website=www.globalfairness.org|access-date=2020-06-02}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{DEFAULTSORT:Zulminarni, Nani}}
{{DEFAULTSORT:Zulminarni, Nani}}
{{Indo-bio-stub}}
[[Kategori:Wanita Indonesia]]
[[Kategori:Wanita Indonesia]]

Revisi terkini sejak 12 Juni 2023 05.44


Nani Zulminarni (lahir 10 September 1962) adalah seorang aktivis perempuan Indonesia yang banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan perempuan.[1][2] Ia merupakan pendiri lembaga Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).

Masa muda[sunting | sunting sumber]

Nani Zulminarni sejak muda sudah menjadi perempuan yang mandiri. Sejak SMA, Ia sudah terbiasa tinggal jauh dari orang tua, tepatnya ketika ia duduk di bangku pesantren.[2] Berkat ketekunan dan prestasinya, Nani mendapatkan beasiswa berkuliah di Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Peikanan Institut Pertanian Bogor. Di IPB, ia tertarik mengikuti acara-acara kegamaan yang saat itu mulai marak. Nani mencoba mula mendalami agama sehingga dengan tekad yang sungguh-sungguh ia memutuskan untuk berjilbab.[3]

Awal karier[sunting | sunting sumber]

Nani menyelesaikan kuliahnya di IPB pada tahun 1985. Dengan bekal sarjana, ia mencoba melamar kerja. Tetapi, setiap lamarannya ditolak hanya karena dirinya mengenakan jilbab. Pada zaman itu, jilbab dilarang di Indonesia. Sebenarnya ada perusahaan yang mau menerimanya, tetapi syaratnya ia harus mau melepas jilbab. Nani memilih tetap dengan keyakinannya. Akhirnya, ia memilih bekerja serabutan seperti mengajar dan memberi les kepada anak-anak di Bogor.[3]

Setelah penolakan demi penolakan, ia memasukkan lowongan kerja ke Pusat Pengembangan Agrobisnis (PPA).[3] Kebetulan kebanyakan pengurus PPA adalah lulusan IPB yang tidak mempermasalahkan pemakaian jilbab. Nani akhirnya diterima bekerja di PPA dan diminta menjadi salah seorang pendamping lapangan di Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita (PPSW) yang masih baru didirikan.[2] Tugasnya mengembangkan kegiatan pertanian dan simpan pinjam. Daerah penugasannya yakni para petani perempuan di wilayah Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1995, Nani mendapat kepercayaan untuk menjadi Direktur Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita.[1][3]

Sebagai pendiri PEKKA[sunting | sunting sumber]

Memasuki tahun 2000, ia mulai merintis Perkumpulan Perempuan Kepala Keluarga atau yang populer dengan singkatan PEKKA. Lembaga ini didirikannya dengan tujuan pemberdayaan para perempuan janda kepala keluarga atau female headed households. Saat mendirikan PEKKA, kebetulan ia sedang diuji dengan perceraian. Nani harus menyandang status janda dan menanggung kesulitan ekonomi untuk membesarkan tiga orang anaknya. Meskipun begitu, ia tetap semangat mengembangkan PEKKA. Bahkan, ia semakin terpecut untuk mengembangkan PEKKA ketika suatu hari melihat kehidupan janda di wilayah konflik.[1]

Perempuan di Pekka mayoritas merupakan janda yang terpaksa menjadi kepala keluarga untuk membesarkan anak-anaknya. Mereka menjanda karena berbagai alasan, seperti suami telah meninggal dunia atau pergi tanpa pamit dan menikah lagi dengan wanita lain. Tidak hanya para janda, ada juga perempuan yang masih berstatus sendiri tetapi harus bekerja karena alasan ekonomi. Ada pula perempuan yang masih memiliki suami, namun penghasilannya tidak mencukupi keperluan rumah tangga sehingga memaksa para istri bekerja demi menambah pemasukan.[2]

Ketika awal membangun PEKKA, Nani tak pernah membayangkan kalau organisasinya bakal berumur panjang dan tumbuh besar. Pada tahun pertama, Pekka hanya ada di empat provinsi, yakni Jawa Barat, Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Tenggara. Untuk membantunya, ia merekrut teman-temannya yang berusia muda menjadi fasilitator lapangan.[1]

Saat ini, Pekka memiliki lebih dari 50 ribu anggota di 20 provinsi. Jumlah anggota yang aktif mencapai 30 ribu orang.[4] Anggota-anggota tersebut direkrut melalui proses bertingkat.[1] Awalnya, program yang ia buat di PEKKA hanya berfokus pada simpan-pinjam. Tetapi, dalam perjalanannya ternyata ditemukan bahwa banyak ibu yang mengemukakan berbagai permasalahan hukum, seperti perkawinan yang tidak tercatat, anak-anak yang belum memiliki akta kelahiran, dll. Oleh karena hal tersebut, PEKKA membuat program pemberdayaan hukum dan juga program di bidang pendidikan karena banyak yang buta huruf dan anak-anak putus sekolah. Sekarang ini PEKKA juga telah memiliki banyak program, salah satunya adalah kegiatan PEKKA Perintis bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Bentuk kerja samanya adalah menemukan perempuan-perempuan kepala keluarga yang telah berkarya nyata di masyarakat di berbagai daerah di 34 provinsi.

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

  • Inspiring Woman Award pada tahun 2008[5]
  • Sarinah Award pada tahun 2014[6]
  • Global Fairness Award pada tahun 2014[2][7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e developer, mediaindonesia com (2017-05-18). "Nani Zulminarni Memperjuangkan Kemandirian Janda". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2020-06-02. 
  2. ^ a b c d e "Nani Zulminarni, Mencetak Perempuan Pekerja Mandiri". Republika Online. 2015-03-10. Diakses tanggal 2020-06-02. 
  3. ^ a b c d Puthut E. A., 1977- (2007). Jejak air : biografi politik Nani Zulminarni. Insist Press. ISBN 979-3457-82-1. OCLC 163614179. 
  4. ^ "24% Keluarga Dikepalai Perempuan". KORAN SINDO (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-02. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ "PKS: Inspiring Woman Award Ini Bukan Kompetisi". detiknews. Diakses tanggal 2020-06-02. 
  6. ^ "10 Perempuan Raih Sarinah Award". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2020-06-02. 
  7. ^ "Press Release: 2014 Fairness Award November 24th - Global Fairness Initiative". www.globalfairness.org. Diakses tanggal 2020-06-02.