Lompat ke isi

Pengguna:SINODE GEKISIA: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
SINODE GEKISIA (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''GEREJA KRISTEN INJILI di INDONESIA (GEKISIA) - ''The Syinod Council Of The Evangelical Christian Church in Indonesia''''' '''LATAR BELAKANG''' Sejarah berdirinya Gereja Kristen Injili di Indonesia (GEKISIA), meliputi momentum awal masuknya Injil dan perkembangannya di wilayah Serawai, Bengkulu Selatan. Ketika penulis membaca tulisan bapak Fredrik Lumban Tobing[1] mengenai catatan awal pelayanannya di Wilayah Serawai, penulis merasakan betapa besarnya kerin...'
 
k fix
 
(2 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''GEREJA KRISTEN INJILI di INDONESIA (GEKISIA) - ''The Syinod Council Of The Evangelical Christian Church in Indonesia'''''
= '''GEREJA KRISTEN INJILI di INDONESIA (GEKISIA) - ''The Synod Council Of The Evangelical Christian Church in Indonesia''''' =


'''LATAR BELAKANG'''
'''LATAR BELAKANG'''


Baris 10: Baris 8:
Di awali dengan hati yang mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang dan suatu wujud ketaatan kepada Amanat Agung, hamba-Nya Fredrik Lumban Tobing melakukan misi penginjilan kepada Suku Serawai – Bengkulu Selatan, sejak tahun 1954. Wilayah yang dituju yaitu Palak Bengkerung, di wilayah inilah mula-mula dilakukan perintisan jemaat awal GEKISIA. Pada saat yang sama badan misi WEC telah masuk di wilayah Serawai, salah satu strategi Pekabaran Injil yang dilakukan adalah dengan memuridkan bapak FL. Tobing, yang kemudian begerak memberitakan Injil diwilayah itu. Oleh bapak FL. Tobing, pendiri GEKISUS menuturkan sebagai berikut:
Di awali dengan hati yang mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang dan suatu wujud ketaatan kepada Amanat Agung, hamba-Nya Fredrik Lumban Tobing melakukan misi penginjilan kepada Suku Serawai – Bengkulu Selatan, sejak tahun 1954. Wilayah yang dituju yaitu Palak Bengkerung, di wilayah inilah mula-mula dilakukan perintisan jemaat awal GEKISIA. Pada saat yang sama badan misi WEC telah masuk di wilayah Serawai, salah satu strategi Pekabaran Injil yang dilakukan adalah dengan memuridkan bapak FL. Tobing, yang kemudian begerak memberitakan Injil diwilayah itu. Oleh bapak FL. Tobing, pendiri GEKISUS menuturkan sebagai berikut:


“Sejak tahun 1950, penginjilan ke daerah Serawai sudah menjadi beban bapak F. L. Tobing, seorang guru Agama Kristen yang telah lama mengabdi dalam bidang pendidikan bagi anak-anak pedesaan. Waktu itu bapak F.L. Tobing mendapat bimbingan tentang penginjilan  dari Dr. N. Mitchal, misionaris dari Go To Mission. Secara pribadi beliau mempunyai visi penginjilan ke daerah suku, Sumatera Selatan. Melalui bimbingan beliaulah visi bapak F.L. Tobing sudah tidak asing bagi masyarakat suku Talo khususnya karena ia menikah dengan penrempuan asli suku ini, yang bertetangga dengan suku Serawai. Pada tahun 1954, visi penginjilan ke daerah itu semakin nyata melalui pergumulan F. Hill, seorang misionaris yang pada waktu itu tinggal di Palembang sebagai anggota misi WEC. Firman Tuhan dari Yesaya 60:1-2 ''“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”,'' merupakan petunjuknya. Maka sekitar tahun itu juga telah dilaksanakan penginjilan, sementara pendekatan kepada suku Kedurang, pecahan dari suku Pasemah, kurang lebih 40 KM dari kota Manna arah ke selatan.”[2]
“Sejak tahun 1950, penginjilan ke daerah Serawai sudah menjadi beban bapak F. L. Tobing, seorang guru Agama Kristen yang telah lama mengabdi dalam bidang pendidikan bagi anak-anak pedesaan. Waktu itu bapak F.L. Tobing mendapat bimbingan tentang penginjilan dari Dr. N. Mitchal, misionaris dari Go To Mission. Secara pribadi beliau mempunyai visi penginjilan ke daerah suku, Sumatera Selatan. Melalui bimbingan beliaulah visi bapak F.L. Tobing sudah tidak asing bagi masyarakat suku Talo khususnya karena ia menikah dengan penrempuan asli suku ini, yang bertetangga dengan suku Serawai. Pada tahun 1954, visi penginjilan ke daerah itu semakin nyata melalui pergumulan F. Hill, seorang misionaris yang pada waktu itu tinggal di Palembang sebagai anggota misi WEC. Firman Tuhan dari Yesaya 60:1-2 ''“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”,'' merupakan petunjuknya. Maka sekitar tahun itu juga telah dilaksanakan penginjilan, sementara pendekatan kepada suku Kedurang, pecahan dari suku Pasemah, kurang lebih 40 KM dari kota Manna arah ke selatan.”[2]


Sebelum menjadi sebuah lembaga yang disebut GEKISUS di tempat ibadah yang disebut Balai Ibadat di Palak Bengkerung, kelompok orang Kristen telah memliki gagasan nama lembaga yang akan dibangun,  diungkapkan oleh FL. Tobing, bahwa  “Tahun 1966 pula, GKISS (Gereja Kristen Injili Sumatera Selatan) secara resmi di ganti dalam singkatan yang sama artinya yaitu GEKISUS (Gereja Kristen Injili di Sumatera Selatan).[3]  Hal yang sama dicatat dalam Mukadimah AD/ART GEKISIA tahun 2005, dijelaskan bahwa Gereja Kristen Injili di Sumatera Bagian Selatan, disingkat GEKISUS dimulai di dusun Sukanegri, Marga Anak Dusun Tinggi, Manna – Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu pada tanggal 16 Agustus 1964, dan kemudian dilembagakan menjadi Sinode GEKISUS pada tanggal 27 Januari 1974[4].
Sebelum menjadi sebuah lembaga yang disebut GEKISUS di tempat ibadah yang disebut Balai Ibadat di Palak Bengkerung, kelompok orang Kristen telah memliki gagasan nama lembaga yang akan dibangun, diungkapkan oleh FL. Tobing, bahwa “Tahun 1966 pula, GKISS (Gereja Kristen Injili Sumatera Selatan) secara resmi di ganti dalam singkatan yang sama artinya yaitu GEKISUS (Gereja Kristen Injili di Sumatera Selatan).[3] Hal yang sama dicatat dalam Mukadimah AD/ART GEKISIA tahun 2005, dijelaskan bahwa Gereja Kristen Injili di Sumatera Bagian Selatan, disingkat GEKISUS dimulai di dusun Sukanegri, Marga Anak Dusun Tinggi, Manna – Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu pada tanggal 16 Agustus 1964, dan kemudian dilembagakan menjadi Sinode GEKISUS pada tanggal 27 Januari 1974[4].


Pelayanan Sakramen Baptisan pertama dilakukan kepada 12 orang dewasa, dilakukan oleh Pdt. Fredrik Lumban Tobing di dusun Suka Negeri, Warga Anak Dusun Tinggi – Manna, Bengkulu Selatan. Dalam ibadah sakramen Baptisan ini, turut serta rombongan dari YPII Batu – Malang. Bapak FL. Tobing menuturkan sebagai berikut,
Pelayanan Sakramen Baptisan pertama dilakukan kepada 12 orang dewasa, dilakukan oleh Pdt. Fredrik Lumban Tobing di dusun Suka Negeri, Warga Anak Dusun Tinggi – Manna, Bengkulu Selatan. Dalam ibadah sakramen Baptisan ini, turut serta rombongan dari YPII Batu – Malang. Bapak FL. Tobing menuturkan sebagai berikut,


“Pada bulan Agustus 1964, datanglah serombongan tim pekabar Injil dari YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia) Batu, Malang yang dipimpin oleh bapak P. Octavianus. Tim tersebut terdiri dari bapak P. Octavianus, bapak F.L. Tobing, bapak Alex Naiola, bapak Wagiono dan saudara – yang telah mendahului sampai di tempat  – bapak Tehampa dan bapak Buyung.”[5]
“Pada bulan Agustus 1964, datanglah serombongan tim pekabar Injil dari YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia) Batu, Malang yang dipimpin oleh bapak P. Octavianus. Tim tersebut terdiri dari bapak P. Octavianus, bapak F.L. Tobing, bapak Alex Naiola, bapak Wagiono dan saudara – yang telah mendahului sampai di tempat – bapak Tehampa dan bapak Buyung.”[5]


Jadi GEKISUS lahir dari hasil misi penginjilan murni terhadap Suku Serawai di Suka Negeri, Bengkulu Selatan. Orang-orang yang sudah dibaptis mulai melakukan ibadah di suatu tempat yang sangat sederhana, suatu bangunan beratap daun rumbia, dinding dari gedek dan beralaskan tanah, yang dinamakan Balai Ibadat, di keluarahan Palak Bengkerung – Kabupaten Manna. FL. Tobing menjelaskan sebagai berikut:
Jadi GEKISUS lahir dari hasil misi penginjilan murni terhadap Suku Serawai di Suka Negeri, Bengkulu Selatan. Orang-orang yang sudah dibaptis mulai melakukan ibadah di suatu tempat yang sangat sederhana, suatu bangunan beratap daun rumbia, dinding dari gedek dan beralaskan tanah, yang dinamakan Balai Ibadat, di keluarahan Palak Bengkerung – Kabupaten Manna. FL. Tobing menjelaskan sebagai berikut:
Baris 39: Baris 37:
'''GEKISIA SEBAGAI GEREJA PROTESTAN INJILI YANG MISIONER'''
'''GEKISIA SEBAGAI GEREJA PROTESTAN INJILI YANG MISIONER'''


Gereja Kristen Injili di Indonesia adalah Gereja Protestan Injili yang missioner (Matius 28:19-20), dan menganut sistim Presbiterian Sinodal. Dalam Mukadimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/RT) GEKISIA yang disahkan tahun 2010, menjelaskan bahwa  “GEKISIA adalah persekutuan orang-orang percaya, yang mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, dan merupakan suatu Badan Allahi yang terdiri dari jemaat-jemaat yang mampu melaksankan Tri Kemandirian Gereja yaitu mengurus diri sendiri, membiayai diri sendiri, dan mengembangkan diri sesuai firman Tuhan. GEKISIA terpanggil untuk bersekutu, melayani dan bersaksi”.[11] GEKISIA menekankan kelahiran baru, kesetiaan, kekudusan hidup, dan loyalitas terhadap lembaga dan pemimpin.
Gereja Kristen Injili di Indonesia adalah Gereja Protestan Injili yang missioner (Matius 28:19-20), dan menganut sistim Presbiterian Sinodal. Dalam Mukadimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/RT) GEKISIA yang disahkan tahun 2010, menjelaskan bahwa “GEKISIA adalah persekutuan orang-orang percaya, yang mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, dan merupakan suatu Badan Allahi yang terdiri dari jemaat-jemaat yang mampu melaksankan Tri Kemandirian Gereja yaitu mengurus diri sendiri, membiayai diri sendiri, dan mengembangkan diri sesuai firman Tuhan. GEKISIA terpanggil untuk bersekutu, melayani dan bersaksi”.[11] GEKISIA menekankan kelahiran baru, kesetiaan, kekudusan hidup, dan loyalitas terhadap lembaga dan pemimpin.


'''PENGURUS SINODE GEKISIA PERIODE 2021-2026'''

'''Ketua Umum : Pdt. Elifata Hulu, S.Th'''

'''Wakil Ketua : Pdt. Dadik Yulianto, S.Th, M.Min. D.Min'''

'''Sekretaris Umum : Pdt. Kasmari Damanik, S.Th, M.Th'''

'''Wakil Sekertaris : Pdt. Lutheran Saragih, MA'''

'''Bendahara umum : Pdt. Bendot Margono, S.Th, S.Pak, M.A'''

'''Wakil Bendahara : Pnt. Danny L Tobing, BSBA'''

'''Bidang Koinonia : Pdt. Tingkat Berutu, S.Th, M.Th'''

'''Bidang Marturia : Pdt. Dr. Nixon Lumban Gaol, M.Pdk'''

'''Bidang Diakoni : Pdt. Wesley P. Siahaan, S.T, S.Th'''

'''Badan Penasehat Sinode:'''

'''Ketua : Pdt. Edy Triatmoko, S.Th, M.A, M.Th, D.Min'''

'''Anggota : Ibu Marry Pardede, B. Min'''

''' Pnt. Drs. M. Sibarani'''

''' Pnt. Lukman'''

'''Visi dan Misi'''

'''Visi:''' Memuliakan Allah melalui Membangun Gereja yang Injili dan Missioner

'''Misi:''' Melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus bagi keutuhan ciptaan melalui pelayanan koinonia, marturia, dan diakonia.

Motto: "We Love GEKISIA"
----[1] '''Fredrik Lumban Tobing''' adalah hamba Tuhan yang memberitakan Injil di wilayah Serawai, dan membuat ‘catatan’, mungkin sebuah laporan perkembangan pelayananya sebagai Penginjil yang mengasihi Tuhan dan mengasihi orang-orang Serawai.
----[1] '''Fredrik Lumban Tobing''' adalah hamba Tuhan yang memberitakan Injil di wilayah Serawai, dan membuat ‘catatan’, mungkin sebuah laporan perkembangan pelayananya sebagai Penginjil yang mengasihi Tuhan dan mengasihi orang-orang Serawai.



Revisi terkini sejak 13 Juni 2023 02.21

GEREJA KRISTEN INJILI di INDONESIA (GEKISIA) - The Synod Council Of The Evangelical Christian Church in Indonesia

[sunting | sunting sumber]

LATAR BELAKANG

Sejarah berdirinya Gereja Kristen Injili di Indonesia (GEKISIA), meliputi momentum awal masuknya Injil dan perkembangannya di wilayah Serawai, Bengkulu Selatan. Ketika penulis membaca tulisan bapak Fredrik Lumban Tobing[1] mengenai catatan awal pelayanannya di Wilayah Serawai, penulis merasakan betapa besarnya kerinduan hatinya, mewakili hati Tuhan yang menggelora dan penuh kasih kepada orang-orang Serawai. Tahun 1950 wilayah Serawai salah satu medan terberat untuk dimasuki berhubung infrastrukur yang belum baik, di samping itu masyarakat Serawai tidak terlalu ramah menyambut Kekristenan pada waktu itu.

Suatu langkah yang telah dimulai, ibarat biji sesawi yang kecil telah disemai, kemudian tumbuh berkembang menjadi pohon besar, dan menjadi naungan burung-burung, serta menjadi tempat kesukaan bagi mereka. Demikian juga awal mula Injil ditaburkan di wilayah Serawai, sebuah perjuangan menyangkut para penabur Injil, menghadapi cuaca yang ekstrim, lahan yang sulit, serta hambatan-hambatan lain yang mempengaruhinya. Namun situasi dan kondisi demikian tidak mengambat langkah dan semangat bapak FL. Tobing untuk masuk ke sana. Injil mulai ditaburkan dari wilayah Serawai, bertumbuh dalam sebuah wadah yaitu GEKISIA sampai merambat ke seluruh wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan seluruh Indonesia.

Di awali dengan hati yang mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang dan suatu wujud ketaatan kepada Amanat Agung, hamba-Nya Fredrik Lumban Tobing melakukan misi penginjilan kepada Suku Serawai – Bengkulu Selatan, sejak tahun 1954. Wilayah yang dituju yaitu Palak Bengkerung, di wilayah inilah mula-mula dilakukan perintisan jemaat awal GEKISIA. Pada saat yang sama badan misi WEC telah masuk di wilayah Serawai, salah satu strategi Pekabaran Injil yang dilakukan adalah dengan memuridkan bapak FL. Tobing, yang kemudian begerak memberitakan Injil diwilayah itu. Oleh bapak FL. Tobing, pendiri GEKISUS menuturkan sebagai berikut:

“Sejak tahun 1950, penginjilan ke daerah Serawai sudah menjadi beban bapak F. L. Tobing, seorang guru Agama Kristen yang telah lama mengabdi dalam bidang pendidikan bagi anak-anak pedesaan. Waktu itu bapak F.L. Tobing mendapat bimbingan tentang penginjilan dari Dr. N. Mitchal, misionaris dari Go To Mission. Secara pribadi beliau mempunyai visi penginjilan ke daerah suku, Sumatera Selatan. Melalui bimbingan beliaulah visi bapak F.L. Tobing sudah tidak asing bagi masyarakat suku Talo khususnya karena ia menikah dengan penrempuan asli suku ini, yang bertetangga dengan suku Serawai. Pada tahun 1954, visi penginjilan ke daerah itu semakin nyata melalui pergumulan F. Hill, seorang misionaris yang pada waktu itu tinggal di Palembang sebagai anggota misi WEC. Firman Tuhan dari Yesaya 60:1-2 “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”, merupakan petunjuknya. Maka sekitar tahun itu juga telah dilaksanakan penginjilan, sementara pendekatan kepada suku Kedurang, pecahan dari suku Pasemah, kurang lebih 40 KM dari kota Manna arah ke selatan.”[2]

Sebelum menjadi sebuah lembaga yang disebut GEKISUS di tempat ibadah yang disebut Balai Ibadat di Palak Bengkerung, kelompok orang Kristen telah memliki gagasan nama lembaga yang akan dibangun, diungkapkan oleh FL. Tobing, bahwa “Tahun 1966 pula, GKISS (Gereja Kristen Injili Sumatera Selatan) secara resmi di ganti dalam singkatan yang sama artinya yaitu GEKISUS (Gereja Kristen Injili di Sumatera Selatan).[3] Hal yang sama dicatat dalam Mukadimah AD/ART GEKISIA tahun 2005, dijelaskan bahwa Gereja Kristen Injili di Sumatera Bagian Selatan, disingkat GEKISUS dimulai di dusun Sukanegri, Marga Anak Dusun Tinggi, Manna – Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu pada tanggal 16 Agustus 1964, dan kemudian dilembagakan menjadi Sinode GEKISUS pada tanggal 27 Januari 1974[4].

Pelayanan Sakramen Baptisan pertama dilakukan kepada 12 orang dewasa, dilakukan oleh Pdt. Fredrik Lumban Tobing di dusun Suka Negeri, Warga Anak Dusun Tinggi – Manna, Bengkulu Selatan. Dalam ibadah sakramen Baptisan ini, turut serta rombongan dari YPII Batu – Malang. Bapak FL. Tobing menuturkan sebagai berikut,

“Pada bulan Agustus 1964, datanglah serombongan tim pekabar Injil dari YPPII (Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia) Batu, Malang yang dipimpin oleh bapak P. Octavianus. Tim tersebut terdiri dari bapak P. Octavianus, bapak F.L. Tobing, bapak Alex Naiola, bapak Wagiono dan saudara – yang telah mendahului sampai di tempat – bapak Tehampa dan bapak Buyung.”[5]

Jadi GEKISUS lahir dari hasil misi penginjilan murni terhadap Suku Serawai di Suka Negeri, Bengkulu Selatan. Orang-orang yang sudah dibaptis mulai melakukan ibadah di suatu tempat yang sangat sederhana, suatu bangunan beratap daun rumbia, dinding dari gedek dan beralaskan tanah, yang dinamakan Balai Ibadat, di keluarahan Palak Bengkerung – Kabupaten Manna. FL. Tobing menjelaskan sebagai berikut:

“Pada awal tahun 1967, GEKISUS masuk pada periode pelayanan yang lebih luas lagi. Mulanya pelayanan terbatas pada desa-desa sekita Palak Bengkerung. Namun tahun ini pelayanan diarahkan ke luar, di samping pelayanan ke dalam tetap diteruskan. Ke dalam, menambah sarana pelayanan melalui pendirian sekolah umum Kristen dan balai pengobatan, sedangkan ke luar, mulai dibukanya daerah baru seperti Napal Melintang Pino, Manna dan Kayu Ajaran serta Jemaat Rima Besar dan Mandi Angin.”[6]

Dari tempat inilah dimulai perkembangan GEKISUS ke seluruh wilayah Bengkulu dan menyebar ke Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, menuju ke arah Indonesia bagian Timur.


Gagasan Pendirian GEKISIA

GEKISUS adalah salah satu gereja Protestan Injili yang misioner di Indonesia, berpegang teguh pada firman Tuhan dalam 1 Korintus 3:11, “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakan, yaitu Yesus Kristus”. GEKISUS lahir sebagai respon dan ketaatan kepada Amanat Agung, dalam Matius 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Sebagai gereja Protestan Injili dan jemaat yang misioner, seluruh jemaat GEKISUS adalah orang-orang yang telah menerima (percaya) kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan telah menerima mandat Tuhan, serta siap melaksanakan perintah Agung Tuhan Yesus. Jadi Tujuan GEKISUS adalah Memuliakan Allah (Roma 11:36); Melengkapi (Efesus 4:11-12); Penginjilan (Matius 28:18-20); Mengutus (Roma 10:13-15); Memelihara persaudaraan di antara umat Kristen dan sesama manusia. Kesadaran akan tanggung jawab ini, maka sejak mula GEKISIA dimulai dengan Penginjilan, Pemuridan dan Pengutusan, selanjutnya dalam perkembangannya hal yang sama menjadi strategi pengembangan pelayanan (2 Timotius 2:2). Kini GEKISIA bergerak dengan pola yang diajarkan Tuhan Yesus, Alkitab. Konsisten memberitakan Injil dan memuridkan, sebagai tugas yang wajib bagi setiap orang percaya.


Perubahan Nama GEKISUS Menjadi GEKISIA

Konferensi Sinode Am pertama Gereja Kristen Sumatera Bahagian Selatan, di singkat GEKISUS, pada tanggal 25 – 27 Januari 1974 diselenggarakan di kota Bengkulu. Nama GEKISUS muncul sebagai penanda wilayah strategis yang meliputi Sumatera, tetapi fokus pada propinsi Sumatera Selatan. Pada masa itu belum ada pemekaran propinsi Bengkulu. Namun pada masa itu para pendiri GEKISUS merasa perlu memperluas wilayah jangkauan pelayanan, melihat jauh ke depan bahwa GEKISUS akan mengalami perkembangan, dan seiring kemajuan yang dicapai, kekuatan akan semakin besar. Maka pada konferensi Istimewa diusulkan agar wilayah jangkauan pelayanan bukan hanya Sumatera Bagian Selatan dan sektarnya, tetapi seluruh wilayah Nusantara, merentang dari barat sampai ke Timur, dan dari Utara ke Selatan. Wilayah ini lebih dikenal dari Sabang sampai Merauke, dan dari Sangir Talaud sampai ke Pulau Rote, itulah wilayah pelayanan GEKISUS. Maka pada Konferensi Istimewa di kota Manna – Bengkulu, 31 Agustus 1985, secara resmi ditetapkan perubahan nama Gereja Kristen Injili di Sumatera Bahagian Selatan (GEKISUS) menjadi Gereja Kristen Injili di Indonesia (GEKISIA) sampai sekarang.


GEKISIA SEBAGAI GEREJA PROTESTAN INJILI YANG MISIONER

Gereja Kristen Injili di Indonesia adalah Gereja Protestan Injili yang missioner (Matius 28:19-20), dan menganut sistim Presbiterian Sinodal. Dalam Mukadimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/RT) GEKISIA yang disahkan tahun 2010, menjelaskan bahwa “GEKISIA adalah persekutuan orang-orang percaya, yang mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, dan merupakan suatu Badan Allahi yang terdiri dari jemaat-jemaat yang mampu melaksankan Tri Kemandirian Gereja yaitu mengurus diri sendiri, membiayai diri sendiri, dan mengembangkan diri sesuai firman Tuhan. GEKISIA terpanggil untuk bersekutu, melayani dan bersaksi”.[11] GEKISIA menekankan kelahiran baru, kesetiaan, kekudusan hidup, dan loyalitas terhadap lembaga dan pemimpin.


PENGURUS SINODE GEKISIA PERIODE 2021-2026

Ketua Umum  : Pdt. Elifata Hulu, S.Th

Wakil Ketua  : Pdt. Dadik Yulianto, S.Th, M.Min. D.Min

Sekretaris Umum  : Pdt. Kasmari Damanik, S.Th, M.Th

Wakil Sekertaris  : Pdt. Lutheran Saragih, MA

Bendahara umum : Pdt. Bendot Margono, S.Th, S.Pak, M.A

Wakil Bendahara  : Pnt. Danny L Tobing, BSBA

Bidang Koinonia  : Pdt. Tingkat Berutu, S.Th, M.Th

Bidang Marturia  : Pdt. Dr. Nixon Lumban Gaol, M.Pdk

Bidang Diakoni  : Pdt. Wesley P. Siahaan, S.T, S.Th

Badan Penasehat Sinode:

Ketua  : Pdt. Edy Triatmoko, S.Th, M.A, M.Th, D.Min

Anggota  : Ibu Marry Pardede, B. Min

Pnt. Drs. M. Sibarani

Pnt. Lukman

Visi dan Misi

Visi: Memuliakan Allah melalui Membangun Gereja yang Injili dan Missioner

Misi: Melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus bagi keutuhan ciptaan melalui pelayanan koinonia, marturia, dan diakonia.

Motto: "We Love GEKISIA"


[1] Fredrik Lumban Tobing adalah hamba Tuhan yang memberitakan Injil di wilayah Serawai, dan membuat ‘catatan’, mungkin sebuah laporan perkembangan pelayananya sebagai Penginjil yang mengasihi Tuhan dan mengasihi orang-orang Serawai.

[2] Fredrik Lumban Tobing, Injil Mencapai Bengkulu Selatan, Arsip Sinode GEKISIA

[3] Idem

[4] AD/ART GEKISIA, 2005

[5] Fredrik Lumban Tobing, Idem

[6] Fredrik Lumban Tobing, Idem

[7] AD/ART Sinode GEKISIA, 2010

[8] AD/ART, pasal 4, hal.3, 2010

[9] Arsip Sinode GEKISIA

[10] Arsip Sinode GEKISIA

[11] Mukadimah AD/ART Sinode GEKISIA, tahun 2010


[1] Fredrik Lumban Tobing adalah hamba Tuhan yang memberitakan Injil di wilayah Serawai, dan membuat ‘catatan’, mungkin sebuah laporan perkembangan pelayananya sebagai Penginjil yang mengasihi Tuhan dan mengasihi orang-orang Serawai.