Lompat ke isi

Kantata Takwa (film): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k perbaikan kecil
 
(23 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5: Baris 5:
| image_size =
| image_size =
| caption = Poster Film ''Kantata Takwa''
| caption = Poster Film ''Kantata Takwa''
| director = [[Eros Djarot]]{{br}}[[Gotot Prakosa]]
| director = [[Eros Djarot]]<br />[[Gotot Prakosa]]
| producer = [[Ekapraya Tata Cipta Film]]{{br}}[[Sedco Indonesia]]
| producer = [[Ekapraya Tata Cipta Film]]<br />[[Sedco Indonesia]]
| eproducer = [[Slamet Rahardjo Djarot]]
| eproducer = [[Slamet Rahardjo Djarot]]
| aproducer =
| aproducer =
| writer = [[Eros Djarot]]{{br}}[[Gotot Prakosa]]
| writer = [[Eros Djarot]]<br />[[Gotot Prakosa]]
| starring = [[W.S. Rendra]]{{br}}[[Iwan Fals]]{{br}}[[Sawung Jabo]]{{br}}[[Setiawan Djodi]]{{br}}[[Jockie Surjoprajogo]]{{br}}[[Clara Sinta Rendra]]{{br}}[[Bengkel Teater Rendra]]
| starring = [[W.S. Rendra]]<br />[[Iwan Fals]]<br />[[Sawung Jabo]]<br />[[Setiawan Djodi]]<br />[[Jockie Surjoprajogo]]<br />[[Clara Sinta Rendra]]<br />[[Bengkel Teater Rendra]]
| music = [[Kantata Takwa]]
| music = [[Kantata Takwa]]
| cinematography = [[Soetomo GS]]<br>[[Bambang Supriadi]] (operator)<br>[[Yadi Sugandi]] (operator)<br>[[Roy Lolang]] (operator)<br>[[Yudi Datau]] (asisten)
| cinematography =
| editing =
| editing = Tri Rahardjo<br>[[Sentot Sahid]]
| distributor =
| distributor =
| release_date = '''[[Indonesia]]'''{br}}26 September [[2008]]
| release_date = '''[[Indonesia]]:'''<br />26 September [[2008]]
| runtime = 72 menit
| runtime = 72 menit
| country = [[Indonesia]]
| country = [[Indonesia]]
| awards =
| awards =
| movie_language = [[Bahasa Indonesia]]
| language = [[Bahasa Indonesia]]
| budget =
| budget =
| gross =
| gross =
| preceded_by =
| preceded_by =
| followed_by =
| followed_by =
Baris 28: Baris 28:
| imdb_id = 0387333
| imdb_id = 0387333
}}
}}
'''Kantata Takwa''' merupakan [[film dokumenter]] [[film musikal|musikal]] [[Indonesia]] yang dirilis pada tahun [[2008]] arahan sutradara [[Eros Djarot]] dan [[Gotot Prakosa]] yang dibuat berdasarkan [[konser]] akbar proyek seni [[Kantata Takwa]] di [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]], [[Jakarta]], tahun 1991. Film ini mengalami banyak kesulitan dalam pembuatannya karena sarat dengan tema [[sosial]] [[politik]] dan kritikannya yang sangat tajam pada sistem pemerintahan [[Orde Baru]] Indonesia yang [[represif]] saat itu, sehingga pembuatannya memakan waktu 18 tahun hingga dirilis. <ref>[http://www.antara.co.id/print/1221706956 Film Kantata Takwa Siap Beredar], diakses 25 Agustus 2009</ref> Film ini diputar secara premier di Indonesia mulai tanggal 26 September 2008 di [[Jakarta]] di jaringan bioskop Indonesia [[Blitzmegaplex]] dan kemudian dalam berbagai festival film [[internasional]].
'''Kantata Takwa''' adalah [[film dokumenter]] [[film musikal|musikal]] [[Indonesia]] yang dirilis pada tahun [[2008]] arahan sutradara [[Eros Djarot]] dan [[Gotot Prakosa]] yang dibuat berdasarkan [[konser]] akbar proyek seni [[Kantata Takwa]] di [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]], [[Jakarta]], tahun 1991. Film ini mengalami banyak kesulitan dalam pembuatannya karena sarat dengan tema [[sosial]] [[politik]] dan kritikannya yang sangat tajam pada sistem pemerintahan [[Orde Baru]] Indonesia yang [[represif]] saat itu, sehingga pembuatannya memakan waktu 18 tahun hingga dirilis.<ref name="Film Kantata Takwa Siap Beredar">[http://www.antara.co.id/print/1221706956 Film Kantata Takwa Siap Beredar]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 25 Agustus 2009</ref> Film ini diputar secara premier di Indonesia mulai tanggal 26 September 2008 di [[Jakarta]] di jaringan bioskop Indonesia [[Blitzmegaplex]] dan kemudian dalam berbagai festival film [[internasional]].


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Pembuatan film ini dimulai dari Agustus [[1990]], dan baru dirilis September [[2008]] akibat mengalami banyak kesulitan. Film ini dibuat berdasarkan [[konser]] akbar proyek musik [[Kantata Takwa]] di [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]], [[Jakarta]] pada era [[Orde Baru]] tahun 1991, didukung oleh [[seniman]] kondang Indonesia [[W.S. Rendra]] dan musisi-musisi kawakan dari [[grup musik]] "''[[Kantata]]''", yaitu [[Iwan Fals]], [[Sawung Jabo]], [[Jockie Surjoprajogo]], dan [[Setiawan Djodi]]. Konser "''Kantata Takwa''" diadakan pada bulan April [[1991]], dan dilarang setelah penampilan selanjutnya di [[Surabaya]]. Konser ini adalah [[simbol]] perlawanan dan [[oposisi]] terhadap pemerintah penguasa saat itu, disuarakan dengan lantang dalam konser tersebut melalui [[syair]] dan [[lagu]] yang sarat dengan nuansa [[teater|teatrikal]].
Pembuatan film ini dimulai dari Agustus [[1990]], dan baru dirilis September [[2008]] akibat mengalami banyak kesulitan. Film ini dibuat berdasarkan [[konser]] akbar proyek musik [[Kantata Takwa]] di [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]], [[Jakarta]] pada era [[Orde Baru]] tahun 1991, didukung oleh [[seniman]] kondang Indonesia [[W.S. Rendra]] dan musisi-musisi kawakan dari [[grup musik]] "''[[Kantata]]''", yaitu [[Iwan Fals]], [[Sawung Jabo]], [[Jockie Surjoprajogo]], dan [[Setiawan Djodi]]. Konser "''Kantata Takwa''" yang ditampilkan dalam film ini adalah yang diadakan pada bulan April [[1991]], yang kemudian dilarang tampil setelah penampilan selanjutnya di [[Surabaya]]. Konser ini adalah [[simbol]] perlawanan dan [[oposisi]] terhadap pemerintah penguasa saat itu, disuarakan dengan lantang dalam konser tersebut melalui [[syair]] dan [[lagu]] yang sarat dengan nuansa [[teater|teatrikal]].


Saat awal proses pembuatannya, film ini didukung oleh banyak sineas Indonesia, dimana banyak yang diantaranya tergabung dalam [[Institut Kesenian Jakarta]] (IKJ). Banyak yang diantaranya telah [[meninggal]] sebelum film ini diselesaikan dan dirilis. Film yang pada awalnya di-''shoot'' dengan [[kamera]] [[35mm]] ini tidak dapat dirilis pada era pemerintahan [[Orde Baru]]. Setelah diselesaikan dan dirilis tahun 2008, perbedaan dengan versi awalnya hanya dalam format [[digital]] mediumnya saja. Rol filmnya harus disimpan selama kurang lebih 18 tahun akibat berbagai kesulitan dalam pembuatannya, termasuk karena [[Krisis finansial Asia 1997]] yang merambat ke gonjang ganjingnya politik di Indonesia dan jatuhnya pemerintahan [[Orde Baru]] pada tahun 1998. Setelah datangnya [[Sejarah Indonesia (1998-sekarang)|era reformasi]] di Indonesia, film ini akhirnya dapat dilepaskan dari belenggu represif, walaupun para kritikus film Indonesia sangat menyayangkan keterlambatan film ini. Walau umumnya mendapat sambutan positif, film ini mendapat kritik yang bercampur antara masih [[relevan]] atau tidaknya dengan kehidupan dan situasi Indonesia setelah era reformasi. <ref>[http://old.rumahfilm.org/resensi/resensi_kantata.htm Ketika Iwan Fals masih mirip Che Guevara], diakses 25 Agustus 2009</ref>
Saat awal proses pembuatannya, film ini didukung oleh banyak sineas Indonesia, di mana banyak yang diantaranya tergabung dalam [[Institut Kesenian Jakarta]] (IKJ). Banyak yang diantaranya telah [[meninggal]] sebelum film ini diselesaikan dan dirilis. Film yang pada awalnya di-''shoot'' dengan [[kamera]] [[35mm]] ini tidak dapat dirilis pada era pemerintahan [[Orde Baru]]. Setelah diselesaikan dan dirilis tahun 2008, perbedaan dengan versi awalnya hanya dalam format [[digital]] mediumnya saja. Rol filmnya harus disimpan selama kurang lebih 18 tahun akibat berbagai kesulitan dalam pembuatannya, termasuk karena [[Krisis finansial Asia 1997]] yang merambat ke gonjang ganjingnya politik di Indonesia dan jatuhnya pemerintahan [[Orde Baru]] pada tahun 1998. Setelah datangnya [[Sejarah Indonesia (1998-sekarang)|era reformasi]] di Indonesia, film ini akhirnya dapat dilepaskan dari belenggu represif, walaupun para kritikus film Indonesia sangat menyayangkan keterlambatan film ini. Walau umumnya mendapat sambutan positif, film ini mendapat kritik yang bercampur antara masih [[relevan]] atau tidaknya dengan kehidupan dan situasi Indonesia setelah era reformasi.<ref>[http://old.rumahfilm.org/resensi/resensi_kantata.htm Ketika Iwan Fals masih mirip Che Guevara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090502162119/http://old.rumahfilm.org/resensi/resensi_kantata.htm |date=2009-05-02 }}, diakses 25 Agustus 2009</ref>


== Sinopsis ==
== Sinopsis ==
[[Berkas:Kantata_Takwa_film_cuplik1.jpg|thumbnail|right|Iwan Fals dalam adegan eksekusi film "''Kantata Takwa''".]]
[[Berkas:Kantata_Takwa_film_cuplik1.jpg|jmpl|ka|Iwan Fals dalam adegan eksekusi film "''Kantata Takwa''".]]
Film ini adalah sebuah [[puisi]] kesaksian dari para [[seniman]] Indonesia tentang masa [[represif]] rezim [[Orde Baru]] [[Soeharto]]. Sebuah masa yang banyak diwarnai dengan [[korupsi]], [[kolusi]], [[nepotisme]], dan banyaknya [[penangkapan]], [[penculikan]], bahkan [[pembunuhan]] para [[aktivis]] yang tidak memiliki [[ideologi]] yang sama dengan pemerintah penguasa saat itu. Termasuk dalam orang-orang tadi adalah [[W.S. Rendra]], seorang [[penyair]] yang harus keluar-masuk [[penjara]] karena karya-karyanya dianggap menyindir dan mengkritisi pemerintah. [[Seniman]] dan [[penyanyi]] [[Iwan Fals]], [[Sawung Jabo]], [[Jockie Surjoprajogo]], dan [[Setiawan Djodi]] yang sering menyuarakan keadaan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu juga harus berhadapan dengan kemungkinan pencekalan oleh pemerintah penguasa. Suara kesaksian para seniman tersebut ditumpahkan dalam konser akbar mereka, sebuah [[pertunjukan seni]] "''Kantata Takwa''".
Film ini adalah sebuah [[puisi]] kesaksian dari para [[seniman]] Indonesia tentang masa [[represif]] rezim [[Orde Baru]] [[Soeharto]]. Sebuah masa yang banyak diwarnai dengan [[korupsi]], [[kolusi]], [[nepotisme]], dan banyaknya [[penangkapan]], [[penculikan]], bahkan [[pembunuhan]] para [[aktivis]] yang tidak memiliki [[ideologi]] yang sama dengan pemerintah penguasa saat itu. Termasuk dalam orang-orang tadi adalah [[W.S. Rendra]], seorang [[penyair]] yang harus keluar-masuk [[penjara]] karena karya-karyanya dianggap menyindir dan mengkritisi pemerintah. [[Seniman]] dan [[penyanyi]] [[Iwan Fals]], [[Sawung Jabo]], [[Jockie Surjoprajogo]], dan [[Setiawan Djodi]] yang sering menyuarakan keadaan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu juga harus berhadapan dengan kemungkinan pencekalan oleh pemerintah penguasa. Suara kesaksian para seniman tersebut ditumpahkan dalam konser akbar mereka, sebuah [[pertunjukan seni]] "''Kantata Takwa''".


Film dibuka dengan adegan W.S. Rendra yang bermimpi tentang orang-orang yang berlari dikejar sekelompok orang yang mengenakan [[masker gas]], ber[[sepatu]] [[militer]], mengenakan [[jas hujan]] dan menenteng [[senjata api]] laras panjang, seolah menggambarkan bagaimana represifnya situasi tersebut. "''Aku mendengar suara..... Jerit makhluk terluka.... luka... luka.... Orang-orang harus dibangunkan... ''", dilanjutkan alunan lagu "''Kesaksian''". Kemudian W.S. Rendra membacakan syair panjang yang berisi [[kritik]] tajam terhadap kondisi masyarakat dan pemerintahan.
Film dibuka dengan adegan W.S. Rendra yang bermimpi tentang orang-orang yang berlari dikejar sekelompok orang yang mengenakan [[masker gas]], ber[[sepatu]] [[militer]], mengenakan [[jas hujan]] dan menenteng [[senjata api]] laras panjang, seolah menggambarkan bagaimana represifnya situasi tersebut. "''Aku mendengar suara..... Jerit makhluk terluka.... luka... luka.... Orang-orang harus dibangunkan... ''", dilanjutkan alunan lagu "''Kesaksian''". Kemudian W.S. Rendra membacakan syair panjang yang berisi [[kritik]] tajam terhadap kondisi masyarakat dan pemerintahan.
Adegan demi adegan kemudian dibentuk oleh [[dialog]] / [[monolog]] [[teater]] dan [[puisi]] yang disambung dengan lagu-lagu yang diambil dari album [[Kantata Takwa]] dan [[Swami I]] dan dibalut dengan cuplikan-cuplikan konser akbar "''Kantata Takwa''" tahun 1991 di [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]], [[Jakarta]]. Latar berpindah dari sebuah pe[[desa]]an yang damai ke [[pantai]] berpasir dengan angin menderu yang mengibarkan [[jilbab]] dan [[selendang]] sekelompok wanita, mengisi atmosfir dengan nuansa [[agama|religius]], ke latar orang-orang teater yang menari dengan mengenakan [[topeng]] mengerikan, kemudian sebuah adegan dialog antara [[Iwan Fals]] dan [[Sawung Jabo]] yang duduk bersila membicarakan kehidupan.
Adegan demi adegan kemudian dibentuk oleh [[dialog]] / [[monolog]] [[teater]] dan [[puisi]] yang disambung dengan lagu-lagu yang diambil dari album [[Kantata Takwa]] dan [[Swami I]] dan dibalut dengan cuplikan-cuplikan konser akbar "''Kantata Takwa''" tahun 1991 di [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]], [[Jakarta]]. Latar berpindah dari sebuah pe[[desa]]an yang damai ke [[pantai]] berpasir dengan angin menderu yang mengibarkan [[jilbab]] dan [[selendang]] sekelompok wanita, mengisi atmosfer dengan nuansa [[agama|religius]], ke latar orang-orang teater yang menari dengan mengenakan [[topeng]] mengerikan, kemudian sebuah adegan dialog antara [[Iwan Fals]] dan [[Sawung Jabo]] yang duduk bersila membicarakan kehidupan.


Syair-syair W.S Rendra dan lagu-lagu dari "''[[Kantata Takwa]]''" dan "''[[Swami]]''" menyertai adegan demi adegan dalam film ini, diselingi dengan munculnya seorang tokoh wanita yang mengenakan busana [[jilbab]] ([[Clara Sinta Rendra]]), yang selalu hadir menjadi saksi tanpa kata-kata. W.S. Rendra akhirnya diadili oleh [[hakim]] dengan banyak [[wajah]] ber[[topeng]], dan film mencapai adegan klimaks dalam [[eksekusi]] personil "''Kantata''" satu persatu oleh pasukan bermasker, dimana [[Jockie Surjoprajogo]] tewas dipukuli di rumahnya, [[Setiawan Djodi]] tewas dibekap dengan [[bantal]] saat tidur, [[Sawung Jabo]] tewas ditembak di sebuah [[jalan buntu]], dan [[Iwan Fals]] dieksekusi dengan dicabut [[gigi]]nya satu persatu. Film diakhiri dengan perlawanan orang-orang desa melawan pasukan bermasker, hancurnya pasukan bermasker, dan ditutup dengan alunan lagu "''Kesaksian''".
Syair-syair W.S Rendra dan lagu-lagu dari "''[[Kantata Takwa]]''" dan "''[[Swami]]''" menyertai adegan demi adegan dalam film ini, diselingi dengan munculnya seorang tokoh wanita yang mengenakan busana [[jilbab]] ([[Clara Sinta Rendra]]), yang selalu hadir menjadi saksi tanpa kata-kata. W.S. Rendra akhirnya diadili oleh [[hakim]] dengan banyak [[wajah]] ber[[topeng]], dan film mencapai adegan klimaks dalam [[eksekusi]] personel "''Kantata''" satu persatu oleh pasukan bermasker, di mana [[Jockie Surjoprajogo]] tewas dipukuli di rumahnya, [[Setiawan Djodi]] tewas dibekap dengan [[bantal]] saat tidur, [[Sawung Jabo]] tewas ditembak di sebuah [[jalan buntu]], dan [[Iwan Fals]] dieksekusi dengan dicabut [[gigi]]nya satu persatu. Film diakhiri dengan perlawanan orang-orang desa melawan pasukan bermasker, hancurnya pasukan bermasker, dan ditutup dengan alunan lagu "''Kesaksian''".


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
* ''[[Jogja-NETPAC Asian Film Festival]]'' (JAFF) - Film Terbaik 2008 - ''Golden Hanoman Award'' <ref>[http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2008/08/14/brk,20080814-130767,uk.html 'Kantata Takwa':Best Film 2008 of JAFF - TempoInteraktif.com], diakses 25 Agustus 2009</ref>
* ''[[Jogja-NETPAC Asian Film Festival]]'' (JAFF) - Film Terbaik 2008 - ''Golden Hanoman Award'' <ref>[http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2008/08/14/brk,20080814-130767,uk.html 'Kantata Takwa':Best Film 2008 of JAFF - TempoInteraktif.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090613034113/http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2008/08/14/brk,20080814-130767,uk.html |date=2009-06-13 }}, diakses 25 Agustus 2009</ref>
* ''[[Asia Pacific Screen Awards]]'' 2008 - Nominasi untuk [[film dokumenter|Film Dokumenter]] Terbaik <ref>[http://www.asiapacificscreenawards.com/news_room/media_releases/asia_pacific_screen_awards_nominees_announced2 Asia Pacific Screen Award Nominees Announced], diakses 25 Agustus 2009</ref>
* ''[[Asia Pacific Screen Awards]]'' 2008 - Nominasi untuk [[film dokumenter|Film Dokumenter]] Terbaik <ref>[http://www.asiapacificscreenawards.com/news_room/media_releases/asia_pacific_screen_awards_nominees_announced2 Asia Pacific Screen Award Nominees Announced] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090228193928/http://asiapacificscreenawards.com/news_room/media_releases/asia_pacific_screen_awards_nominees_announced2 |date=2009-02-28 }}, diakses 25 Agustus 2009</ref>
* Nominasi dalam ''[[Hawaii International Film Festival]]'' 2008.
* Nominasi dalam ''[[Hawaii International Film Festival]]'' 2008.
* Nominasi dalam ''[[Osian Cine Fan]], [[New Delhi]]'' 2008.
* Nominasi dalam ''[[Osian Cine Fan]], [[New Delhi]]'' 2008.
Baris 66: Baris 66:
* [[Jockie Surjoprajogo]] - [[Keyboard]] / [[Piano]] / [[Vokal]]
* [[Jockie Surjoprajogo]] - [[Keyboard]] / [[Piano]] / [[Vokal]]
* [[Setiawan Djodi]] - [[Gitar]] / [[Vokal]]
* [[Setiawan Djodi]] - [[Gitar]] / [[Vokal]]
* [[Totok Thewel]] - [[Gitar]]
* [[Totok Tewel]] - [[Gitar]]
* [[Nanoe]] - [[Bass]]
* [[Nanoe]] - [[Bass]]
* [[Innisisri]] - [[Drum]]
* [[Innisisri]] - [[Drum]]
Baris 81: Baris 81:
* "''Hio''" dari album '''[[Swami II]]''' (1991)
* "''Hio''" dari album '''[[Swami II]]''' (1991)
* "''Paman Doblang''" dari album '''[[Kantata Takwa]]''' (1990)
* "''Paman Doblang''" dari album '''[[Kantata Takwa]]''' (1990)
* "''Bongkar''" dari album '''[[Swami I]]''' (1989)
* "''Bongkar''" dari album '''[[Swami I]]''' (1989)
* "''Kantata Takwa''" dari album '''[[Kantata Takwa]]''' (1990)
* "''Kantata Takwa''" dari album '''[[Kantata Takwa]]''' (1990)
* "''Air Mata''" dari album '''[[Kantata Takwa]]''' (1990)
* "''Air Mata''" dari album '''[[Kantata Takwa]]''' (1990)
* "''Cinta''" dari album '''[[Swami I]]''' (1989)
* "''Cinta''" dari album '''[[Swami I]]''' (1989)


== Anekdot ==
== Catatan produksi ==
* Menurut Sutradara Gotot Prakosa, [[rol film]] "''Kantata Takwa''" saat disimpan pernah terendam banjir. <ref>[http://www.antara.co.id/print/1221706956 Film Kantata Takwa Siap Beredar], diakses 25 Agustus 2009</ref>
* Menurut Sutradara Gotot Prakosa, [[rol film]] "''Kantata Takwa''" saat disimpan pernah terendam banjir.<ref name="Film Kantata Takwa Siap Beredar"/>


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV424 Ulasan "''Kantata Takwa''" di Blitzmegaplex]
* [http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV424 Ulasan "''Kantata Takwa''" di Blitzmegaplex] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081017144004/http://www.blitzmegaplex.com/en/movie_detail.php?id=MOV424 |date=2008-10-17 }}
* [http://blog.liputan6.com/2008/09/30/kantata-takwa-dan-panggung-yang-redup/ Kantata Takwa dan Panggung yang Redup] - blog.liputan6.com
* [http://blog.liputan6.com/2008/09/30/kantata-takwa-dan-panggung-yang-redup/ Kantata Takwa dan Panggung yang Redup] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100209033350/http://blog.liputan6.com/2008/09/30/kantata-takwa-dan-panggung-yang-redup/ |date=2010-02-09 }} - blog.liputan6.com

== Catatan kaki ==


== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{film-stub}}


[[Kategori:Film Indonesia tahun 2008]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2008]]
[[Kategori:Film musikal]]
[[Kategori:Film Indonesia]]
[[Kategori:Film dicekal Indonesia]]
[[Kategori:Film tentang musik dan musikus]]

Revisi terkini sejak 27 Juni 2023 01.29

Untuk album grup musik Kantata berjudul sama, lihat: Kantata Takwa (album).
Kantata Takwa
Poster Film Kantata Takwa
SutradaraEros Djarot
Gotot Prakosa
ProduserEkapraya Tata Cipta Film
Sedco Indonesia
Ditulis olehEros Djarot
Gotot Prakosa
PemeranW.S. Rendra
Iwan Fals
Sawung Jabo
Setiawan Djodi
Jockie Surjoprajogo
Clara Sinta Rendra
Bengkel Teater Rendra
Penata musikKantata Takwa
SinematograferSoetomo GS
Bambang Supriadi (operator)
Yadi Sugandi (operator)
Roy Lolang (operator)
Yudi Datau (asisten)
PenyuntingTri Rahardjo
Sentot Sahid
Tanggal rilis
Indonesia:
26 September 2008
Durasi72 menit
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia

Kantata Takwa adalah film dokumenter musikal Indonesia yang dirilis pada tahun 2008 arahan sutradara Eros Djarot dan Gotot Prakosa yang dibuat berdasarkan konser akbar proyek seni Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, tahun 1991. Film ini mengalami banyak kesulitan dalam pembuatannya karena sarat dengan tema sosial politik dan kritikannya yang sangat tajam pada sistem pemerintahan Orde Baru Indonesia yang represif saat itu, sehingga pembuatannya memakan waktu 18 tahun hingga dirilis.[1] Film ini diputar secara premier di Indonesia mulai tanggal 26 September 2008 di Jakarta di jaringan bioskop Indonesia Blitzmegaplex dan kemudian dalam berbagai festival film internasional.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Pembuatan film ini dimulai dari Agustus 1990, dan baru dirilis September 2008 akibat mengalami banyak kesulitan. Film ini dibuat berdasarkan konser akbar proyek musik Kantata Takwa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta pada era Orde Baru tahun 1991, didukung oleh seniman kondang Indonesia W.S. Rendra dan musisi-musisi kawakan dari grup musik "Kantata", yaitu Iwan Fals, Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, dan Setiawan Djodi. Konser "Kantata Takwa" yang ditampilkan dalam film ini adalah yang diadakan pada bulan April 1991, yang kemudian dilarang tampil setelah penampilan selanjutnya di Surabaya. Konser ini adalah simbol perlawanan dan oposisi terhadap pemerintah penguasa saat itu, disuarakan dengan lantang dalam konser tersebut melalui syair dan lagu yang sarat dengan nuansa teatrikal.

Saat awal proses pembuatannya, film ini didukung oleh banyak sineas Indonesia, di mana banyak yang diantaranya tergabung dalam Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Banyak yang diantaranya telah meninggal sebelum film ini diselesaikan dan dirilis. Film yang pada awalnya di-shoot dengan kamera 35mm ini tidak dapat dirilis pada era pemerintahan Orde Baru. Setelah diselesaikan dan dirilis tahun 2008, perbedaan dengan versi awalnya hanya dalam format digital mediumnya saja. Rol filmnya harus disimpan selama kurang lebih 18 tahun akibat berbagai kesulitan dalam pembuatannya, termasuk karena Krisis finansial Asia 1997 yang merambat ke gonjang ganjingnya politik di Indonesia dan jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998. Setelah datangnya era reformasi di Indonesia, film ini akhirnya dapat dilepaskan dari belenggu represif, walaupun para kritikus film Indonesia sangat menyayangkan keterlambatan film ini. Walau umumnya mendapat sambutan positif, film ini mendapat kritik yang bercampur antara masih relevan atau tidaknya dengan kehidupan dan situasi Indonesia setelah era reformasi.[2]

Iwan Fals dalam adegan eksekusi film "Kantata Takwa".

Film ini adalah sebuah puisi kesaksian dari para seniman Indonesia tentang masa represif rezim Orde Baru Soeharto. Sebuah masa yang banyak diwarnai dengan korupsi, kolusi, nepotisme, dan banyaknya penangkapan, penculikan, bahkan pembunuhan para aktivis yang tidak memiliki ideologi yang sama dengan pemerintah penguasa saat itu. Termasuk dalam orang-orang tadi adalah W.S. Rendra, seorang penyair yang harus keluar-masuk penjara karena karya-karyanya dianggap menyindir dan mengkritisi pemerintah. Seniman dan penyanyi Iwan Fals, Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, dan Setiawan Djodi yang sering menyuarakan keadaan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu juga harus berhadapan dengan kemungkinan pencekalan oleh pemerintah penguasa. Suara kesaksian para seniman tersebut ditumpahkan dalam konser akbar mereka, sebuah pertunjukan seni "Kantata Takwa".

Film dibuka dengan adegan W.S. Rendra yang bermimpi tentang orang-orang yang berlari dikejar sekelompok orang yang mengenakan masker gas, bersepatu militer, mengenakan jas hujan dan menenteng senjata api laras panjang, seolah menggambarkan bagaimana represifnya situasi tersebut. "Aku mendengar suara..... Jerit makhluk terluka.... luka... luka.... Orang-orang harus dibangunkan... ", dilanjutkan alunan lagu "Kesaksian". Kemudian W.S. Rendra membacakan syair panjang yang berisi kritik tajam terhadap kondisi masyarakat dan pemerintahan.

Adegan demi adegan kemudian dibentuk oleh dialog / monolog teater dan puisi yang disambung dengan lagu-lagu yang diambil dari album Kantata Takwa dan Swami I dan dibalut dengan cuplikan-cuplikan konser akbar "Kantata Takwa" tahun 1991 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Latar berpindah dari sebuah pedesaan yang damai ke pantai berpasir dengan angin menderu yang mengibarkan jilbab dan selendang sekelompok wanita, mengisi atmosfer dengan nuansa religius, ke latar orang-orang teater yang menari dengan mengenakan topeng mengerikan, kemudian sebuah adegan dialog antara Iwan Fals dan Sawung Jabo yang duduk bersila membicarakan kehidupan.

Syair-syair W.S Rendra dan lagu-lagu dari "Kantata Takwa" dan "Swami" menyertai adegan demi adegan dalam film ini, diselingi dengan munculnya seorang tokoh wanita yang mengenakan busana jilbab (Clara Sinta Rendra), yang selalu hadir menjadi saksi tanpa kata-kata. W.S. Rendra akhirnya diadili oleh hakim dengan banyak wajah bertopeng, dan film mencapai adegan klimaks dalam eksekusi personel "Kantata" satu persatu oleh pasukan bermasker, di mana Jockie Surjoprajogo tewas dipukuli di rumahnya, Setiawan Djodi tewas dibekap dengan bantal saat tidur, Sawung Jabo tewas ditembak di sebuah jalan buntu, dan Iwan Fals dieksekusi dengan dicabut giginya satu persatu. Film diakhiri dengan perlawanan orang-orang desa melawan pasukan bermasker, hancurnya pasukan bermasker, dan ditutup dengan alunan lagu "Kesaksian".

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Musisi yang terlibat dalam film ini adalah musisi-musisi kondang Indonesia yang juga terlibat dalam pembuatan album "Kantata Takwa", "Swami I", "Swami II" dan tampil dalam konser akbar "Kantata Takwa" tahun 1991.

Daftar lagu

[sunting | sunting sumber]

Catatan produksi

[sunting | sunting sumber]
  • Menurut Sutradara Gotot Prakosa, rol film "Kantata Takwa" saat disimpan pernah terendam banjir.[1]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]