Lompat ke isi

Kemahakuasaan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lotje (bicara | kontrib)
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Omslag till boken Guds tredje strategi.jpg|thumb|200px|Allah digambarkan dapat berbuat apa saja karena dia omnipoten]]
[[Berkas:Omslag till boken Guds tredje strategi.jpg|jmpl|200px|Tuhan digambarkan dapat berbuat apa saja karena dia omnipoten]]
'''Omnipoten''' adalah sifat yang dikenakan kepada [[Allah]] yang berarti Maha Kuasa.<ref name="Bagus">{{id}}Lorens Bagus., ''Kamus Filsafat'', Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000</ref> Kemahakuasaan Allah sehingga Dia begitu bebas dan tidak terpengaruh apa pun dan siapa pun dari luar diri-Nya sendiri.<ref name="Bagus"/> Dengan sifat ini, Allah diandaikan punya daya kreatif yang mutlak, tidak tergantung pada semua materi yang ada sehingga Dia benar-benar tidak dapat dibatasi,<ref name="Bagus"/> sedangkan manusia dan ciptaan selalu dibatasi oleh Allah.<ref name="Bagus"/>
'''Omnipoten''' adalah sifat yang dikenakan kepada [[Tuhan]] yang berarti Maha Kuasa.<ref name="Bagus">{{id}}Lorens Bagus., ''Kamus Filsafat'', Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000</ref> Kemahakuasaan Tuhan sehingga Dia begitu bebas dan tidak terpengaruh apa pun dan siapa pun dari luar diri-Nya sendiri.<ref name="Bagus"/> Dengan sifat ini, Tuhan diandaikan punya daya kreatif yang mutlak, tidak tergantung pada semua materi yang ada sehingga Dia benar-benar tidak dapat dibatasi,<ref name="Bagus"/> sedangkan manusia dan ciptaan selalu dibatasi oleh Tuhan.<ref name="Bagus"/>


Omnipotensi Allah juga selalu menuntut keselarasan [[ciptaan]] dalam sifat-sifatnya, tidak ada kontradiksi antar pencipta dan yang diciptakan.<ref name="Bagus"/> Maka jika Allah itu kudus, maka tidak mungkin Allah tidak kudus, begitulah Allah juga tidak memiliki kontradiksi dalam Dirinya.<ref name="Bagus"/> Kemahakuasaan Allah juga mempu mengangkat manusia yang terbatas itu melampaui kodratnya sehingga manusia dapat menjadi manusia rohani.<ref name="Bagus"/>
Omnipotensi Tuhan juga selalu menuntut keselarasan [[ciptaan]] dalam sifat-sifatnya, tidak ada kontradiksi antar pencipta dan yang diciptakan.<ref name="Bagus"/> Maka jika Tuhan itu kudus, maka tidak mungkin Tuhan tidak kudus, begitulah Tuhan juga tidak memiliki kontradiksi dalam Dirinya.<ref name="Bagus"/> Kemahakuasaan Tuhan juga mempu mengangkat manusia yang terbatas itu melampaui kodratnya sehingga manusia dapat menjadi manusia rohani.<ref name="Bagus"/>


Kemahakuasaan Allah bisa dilihat dari beberapa sifatnya yang lain, misalnya dalam hal kehendak dan pengetahuan.<ref name="Torrance"/> Allah mengetahui semuanya dan Allah juga tidak dapat dibatasi oleh siapa pun dalam bertindak.<ref name="Torrance"/> Dua sifat ini bukan hanya figur yang tanpa realitas, namun sangat nyata dialami oleh umat manusia.<ref name="Torrance">{{en}}Karl Barth,Geoffrey William Bromiley,Thomas Forsyth Torrance., ''Church dogmatics, Volume 2,Bagian 1'', New York: T&T Clark International, 2004</ref>
Kemahakuasaan Tuhan bisa dilihat dari beberapa sifatnya yang lain, misalnya dalam hal kehendak dan pengetahuan.<ref name="Torrance"/> Tuhan mengetahui semuanya dan Tuhan juga tidak dapat dibatasi oleh siapa pun dalam bertindak.<ref name="Torrance"/> Dua sifat ini bukan hanya figur yang tanpa realitas, tetapi sangat nyata dialami oleh umat manusia.<ref name="Torrance">{{en}}Karl Barth,Geoffrey William Bromiley,Thomas Forsyth Torrance., ''Church dogmatics, Volume 2,Bagian 1'', New York: T&T Clark International, 2004</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
*[[Gereja Katolik Roma]]
* [[Paradoks kemahakuasaan]]
* [[Paradoks kemahakuasaan]]



Revisi per 4 Juli 2023 12.05

Tuhan digambarkan dapat berbuat apa saja karena dia omnipoten

Omnipoten adalah sifat yang dikenakan kepada Tuhan yang berarti Maha Kuasa.[1] Kemahakuasaan Tuhan sehingga Dia begitu bebas dan tidak terpengaruh apa pun dan siapa pun dari luar diri-Nya sendiri.[1] Dengan sifat ini, Tuhan diandaikan punya daya kreatif yang mutlak, tidak tergantung pada semua materi yang ada sehingga Dia benar-benar tidak dapat dibatasi,[1] sedangkan manusia dan ciptaan selalu dibatasi oleh Tuhan.[1]

Omnipotensi Tuhan juga selalu menuntut keselarasan ciptaan dalam sifat-sifatnya, tidak ada kontradiksi antar pencipta dan yang diciptakan.[1] Maka jika Tuhan itu kudus, maka tidak mungkin Tuhan tidak kudus, begitulah Tuhan juga tidak memiliki kontradiksi dalam Dirinya.[1] Kemahakuasaan Tuhan juga mempu mengangkat manusia yang terbatas itu melampaui kodratnya sehingga manusia dapat menjadi manusia rohani.[1]

Kemahakuasaan Tuhan bisa dilihat dari beberapa sifatnya yang lain, misalnya dalam hal kehendak dan pengetahuan.[2] Tuhan mengetahui semuanya dan Tuhan juga tidak dapat dibatasi oleh siapa pun dalam bertindak.[2] Dua sifat ini bukan hanya figur yang tanpa realitas, tetapi sangat nyata dialami oleh umat manusia.[2]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g (Indonesia)Lorens Bagus., Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
  2. ^ a b c (Inggris)Karl Barth,Geoffrey William Bromiley,Thomas Forsyth Torrance., Church dogmatics, Volume 2,Bagian 1, New York: T&T Clark International, 2004