Lompat ke isi

Mapanji Garasakan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(25 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{infobox royalty
'''Sri Maharaja Mapanji Garasakan''' adalah raja pertama [[Kerajaan Janggala]] bergelar '''Śrī Mahārāja Rake Halu''', yang memerintah tahun 1042-1053.
|name = Mapanji Garasakan
|title = Sri Maharaja Rake Halu Sri Mapanji Garasakan Uttunggadewa
|image =
|father = [[Airlangga]]
|mother =
|succession = Raja Janggala Pertama
|reign = 1042 - 1052
|predecessor =
|successor = [[Alanjung Ahyes]]
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
|spouse =
|issue = [[Alanjung Ahyes]]
|birth_place = [[Kahuripan]]
|death_date = 1053
}}


'''Mapanji Garasakan''' adalah raja pertama [[Kerajaan Janggala]] bergelar ''abhiseka'' '''Śrī Mahārāja Rake Halu Sri Mapanji Garasakan Uttunggadewa''', yang memerintah tahun 1042-1052.
== Pembagian Kerajaan oleh Airlangga ==
Menurut ''[[Serat Calon Arang]]'', pada akhir pemerintahannya, [[Airlangga]] dihadapkan pada persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Wilayah kerajaan terpaksa dibagi menjadi dua. Bagian barat disebut [[Kerajaan Kadiri]] dengan ibukota di [[Daha]], sedangkan bagian timur disebut [[Kerajaan Janggala]] dengan ibukota di [[Kahuripan]]. Peristiwa ini terjadi pada akhir November 1042 [[prasasti Pamwatan]] dan [[prasasti Gandhakuti]].


== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ==
Berdasarkan [[prasasti Turun Hyang]] II (1044) diketahui raja pertama [[Janggala]] bernama Mapanji Garasakan.
Menurut ''[[Serat Calon Arang]]'', pada akhir pemerintahannya, [[Airlangga]] dihadapkan pada persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Wilayah kerajaan terpaksa dibagi menjadi dua. Bagian barat disebut [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]] dengan ibukota di [[Daha]], sedangkan bagian timur disebut [[Kerajaan Janggala|Janggala]] dengan ibukota di [[Kahuripan]]. Peristiwa ini terjadi pada akhir November 1042 [[prasasti Pamwatan]] dan [[prasasti Gandhakuti]].


Berdasarkan [[prasasti Turun Hyang]] II (1044) diketahui raja pertama [[Janggala]] bernama ''Mapanji Garasakan''.
== Perang Saudara ==
Pembagian kerajaan sepeninggal [[Airlangga]] tidak membuahkan hasil. Perang saudara tetap terjadi antara Garasakan raja [[Janggala]] melawan [[Sri Samarawijaya]] raja [[Kadiri]]. Mula-mula kemenangan berada di pihak [[Janggala]]. Pada tahun 1044 Garasakan menetapkan Turun Hyang sebagai ''sima swatantra'' atau perdikan, karena para pemuka desa tersebut setia membantu [[Janggala]] melawan [[Kadiri]].


== Perang saudara melawan Panjalu ==
Dalam [[Prasasti Kambang Putih]] tersebutlah, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana [[Kerajaan Janggala]]. Kambang Putih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan [[Panjalu]] yang berperang dengan [[Kerajaan Janggala]].
Pembagian kerajaan sepeninggal [[Airlangga]] tidak membuahkan hasil. Perang saudara tetap terjadi antara Garasakan raja [[Janggala]] melawan [[Sri Samarawijaya]] raja [[Kadiri|Panjalu]]. Mula-mula kemenangan berada di pihak [[Janggala]].


Pada tahun 1044 Garasakan menetapkan [[Prasasti Turun Hyang|Turun Hyang]] sebagai ''sima swatantra'' atau perdikan, karena para pemuka desa tersebut setia membantu [[Janggala]] melawan [[Kadiri|Panjalu]].
Pada tahun 1052 Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena membantu [[Janggala]] mengalahkan '''Aji Linggajaya''' raja Tanjung. Linggajaya ini merupakan raja bawahan [[Kadiri]]. Piagam yang berkenaan dengan peristiwa tersebut terkenal dengan nama [[prasasti Malenga]].


Dalam [[Prasasti Kambang Putih]] tahun 1050, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana [[Kerajaan Janggala]]. Kambang Putih (sekarang [[Tuban]]) merupakan wilayah kekuasaan [[Kerajaan Kadiri|kerajaan Panjalu]] yang berperang dengan [[Kerajaan Janggala]].
Kemudian Prasasti Garamān dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala yang bergelar '''Śrī Mahārāja Rake Halu''' pada tahun 975 Çaka atau 1053 Masehi. Prasasti ini berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garamān atas bantuan mereka ketika raja melawan '''Aji Panjalu''', musuh dan adiknya sendiri.<ref>http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf</ref>

Namun tidak diketahui dengan pasti apakah yang disebut ''Aji Panjalu'', raja [[Kadiri]] saat itu masih [[Sri Samarawijaya]] atau bukan.
Pada tahun 1052 Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena membantu [[Janggala]] mengalahkan '''Aji Linggajaya''' raja Tanjung. Linggajaya ini merupakan raja bawahan [[Kadiri|Panjalu]]. Piagam yang berkenaan dengan peristiwa tersebut terkenal dengan nama [[prasasti Malenga]].

Kemudian [[Prasasti Garaman]] dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala yang bergelar '''Śrī Mahārāja Rake Halu''' pada tahun 975 Çaka atau 1053 Masehi. Prasasti ini berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garamān atas bantuan mereka ketika raja melawan '''Aji Panjalu''', musuh dan anak dari adiknya sendiri, [[Sri Samarawijaya]].<ref>http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf</ref>
Kemungkinan yang disebut ''Aji Panjalu'' raja [[Kadiri|Panjalu]] saat itu adalah [[Sri Jitendrakara]] yang berkuasa tahun 1051-1112.


== Kepustakaan ==
== Kepustakaan ==
Baris 21: Baris 40:


[[Kategori:Kerajaan Janggala]]
[[Kategori:Kerajaan Janggala]]

== Referensi ==

Revisi terkini sejak 19 Juli 2023 16.39

Mapanji Garasakan
Sri Maharaja Rake Halu Sri Mapanji Garasakan Uttunggadewa
Raja Janggala Pertama
Berkuasa1042 - 1052
PenerusAlanjung Ahyes
KelahiranKahuripan
Kematian1053
KeturunanAlanjung Ahyes
WangsaIsyana
AyahAirlangga

Mapanji Garasakan adalah raja pertama Kerajaan Janggala bergelar abhiseka Śrī Mahārāja Rake Halu Sri Mapanji Garasakan Uttunggadewa, yang memerintah tahun 1042-1052.

Pembagian kerajaan oleh Airlangga

[sunting | sunting sumber]

Menurut Serat Calon Arang, pada akhir pemerintahannya, Airlangga dihadapkan pada persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Wilayah kerajaan terpaksa dibagi menjadi dua. Bagian barat disebut Panjalu dengan ibukota di Daha, sedangkan bagian timur disebut Janggala dengan ibukota di Kahuripan. Peristiwa ini terjadi pada akhir November 1042 prasasti Pamwatan dan prasasti Gandhakuti.

Berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044) diketahui raja pertama Janggala bernama Mapanji Garasakan.

Perang saudara melawan Panjalu

[sunting | sunting sumber]

Pembagian kerajaan sepeninggal Airlangga tidak membuahkan hasil. Perang saudara tetap terjadi antara Garasakan raja Janggala melawan Sri Samarawijaya raja Panjalu. Mula-mula kemenangan berada di pihak Janggala.

Pada tahun 1044 Garasakan menetapkan Turun Hyang sebagai sima swatantra atau perdikan, karena para pemuka desa tersebut setia membantu Janggala melawan Panjalu.

Dalam Prasasti Kambang Putih tahun 1050, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala. Kambang Putih (sekarang Tuban) merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Panjalu yang berperang dengan Kerajaan Janggala.

Pada tahun 1052 Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena membantu Janggala mengalahkan Aji Linggajaya raja Tanjung. Linggajaya ini merupakan raja bawahan Panjalu. Piagam yang berkenaan dengan peristiwa tersebut terkenal dengan nama prasasti Malenga.

Kemudian Prasasti Garaman dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala yang bergelar Śrī Mahārāja Rake Halu pada tahun 975 Çaka atau 1053 Masehi. Prasasti ini berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garamān atas bantuan mereka ketika raja melawan Aji Panjalu, musuh dan anak dari adiknya sendiri, Sri Samarawijaya.[1] Kemungkinan yang disebut Aji Panjalu raja Panjalu saat itu adalah Sri Jitendrakara yang berkuasa tahun 1051-1112.

Kepustakaan

[sunting | sunting sumber]
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf